Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Kemungkinan Saat Terjebak Superiority Complex

ilustrasi perempuan berpose (pexels.com/Elias de Carvalho)

Apakah kamu pernah bertemu dengan seseorang yang selalu merasa dirinya lebih unggul daripada orang lain? Tanpa alasan dan penjelasan yang pasti, ia memperlakukan orang-orang sekitar tidak sepantasnya. Ia beranggapan bahwa dirinya lah sosok yang paling sempurna, paling unggul, dan tidak boleh ada yang lebih.

Tahukah kamu? sikap seperti ini biasa disebut dengan superiority complex. Padahal ini bukan sikap yang bijak, bahkan bisa menimbulkan kerugian. Berikut ini merupakan lima kemungkinan yang terjadi saat kamu terjebak dalam superiority complex.

1. Dibenci orang-orang sekitar

ilustrasi berkumpul rekan kerja (pexels.com/MART PRODUCTION)

Tipe orang yang selalu merasa dirinya superior identik dengan sikap angkuh. Merasa sudah jadi sosok yang paling unggul, mereka tidak mau lagi menghormati antar sesama. Padahal perilaku seperti ini tidak akan membuat orang lain merasa kagum apalagi hormat.

Melanggengkan sikap superior, salah satu kemungkinan yang bisa terjadi yaitu dibenci orang-orang sekitar. Sebagaimana dirimu yang tidak suka ketika ketika ada orang bersikap angkuh, begitu pulalah yang dirasakan oleh orang-orang sekitar.

2. Orang tidak akan lagi respek

ilustrasi berkumpul rekan kerja (pexels.com/ANTONI SHKRABA Production)

Dalam menjalani hidup, sudah seharusnya kita saling menghargai satu sama lain. Ini penting untuk menjaga relasi sosial agar tidak memicu perselisihan. Tapi pada kenyataannya, ada tipe orang yang tidak bisa menghargai satu sama lain dan cenderung angkuh.

Tumbuh menjadi seseorang dengan superiority complex, salah satu kemungkinan yang akan terjadi yaitu orang di sekitar tidak akan lagi respek. Sikap sok paling unggul membuat orang-orang tidak lagi mengharga dan menghormatimu. 

3. Citra positif dalam diri memudar

ilustrasi perempuan angkuh (pexels.com/Karolina Grabowska)

Citra positif dalam diri tergantung bagaimana cara kita dalam bertingkah dan berperilaku. Tidak terkecuali dengan cara kita dalam membawa diri di tengah-tengah lingkungan masyarakat. Menjadi seseorang yang mampu berperilaku baik, maka orang-orang sekitar juga akan memandang kita sebagai sosok berkarakter positif.

Lantas, bagaimana jadinya jika seseorang menganggap dirinya adalah sosok yang paling berkualitas dibanding yang lain? Salah satu kemungkinan yang akan terjadi yaitu citra positif dalam diri memudar. Kamu bisa dicap tak tahu diri seperti kacang lupa kulit.

4. Tidak mengalami kemajuan

ilustrasi merasa tertekan (pexels.com/Karolina Grabowska)

Setiap dari kita sudah seharusnya tumbuh dan berkembang menjadi sosok yang lebih baik dari waktu ke waktu. Ini penting agar kita tidak tenggelam dalam zaman yang semakin bersifat dinamis. Tapi ini akan menjadi hambatan tersendiri ketika kamu masih melanggangkan superiority complex.

Memelihara superiority complex, salah satu kemungkinan yang akan dihadapi yaitu tidak mengalami kemajuan. Perasaan paling unggul membuatmu cepat berpuas diri. Kamu enggan mengembangkan diri lebih jauh lagi.

5. Kualitas diri semakin menurun

ilustrasi merasa tertekan (pexels.com/Yan Krukov)

Kualitas diri sudah seharusnya ditingkatkan dari waktu ke waktu. Ini dikarenakan persaingan semakin ketat. Cepat merasa puas apalagi merasa jadi sosok paling unggul membuatmu ketinggalan dengan yang lain.

Terjebak dalam superiority complex, salah satu kemungkinan yang akan terjadi yaitu kualitas diri semakin menurun. Di saat orang lain sudah berproses menjadi sosok yang lebih baik, kamu justru selangkah mengalami kemunduran.

Sikap sok merasa paling unggul sudah seharusnya dihindari. Jika kamu masih akrab dengan superiority complex, sudah siap menanggung lima kemungkinan di atas?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Topics
Editorial Team
Mutiatuz Zahro
EditorMutiatuz Zahro
Follow Us