Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi bekerja (Pexels.com/Lisa Fotios)

Penggabungan antara bekerja di kantor dengan bekerja di rumah atau tempat lain menjadi semakin popular semenjak adanya pandemi. Tren hybrid working ini digadang-gadang akan menjadi cara kerja era baru di masa depan, lho.

Namun, banyak yang menganggap pekerjaan hybrid ini begitu melelahkan dan menantang. Untuk itu, pahami beberapa tantangan penerapan hybrid working di bawah ini agar kamu nantinya bisa segera beradaptasi dengan cepat, ya!

1.Jalinan komunikasi yang buruk

ilustrasi telepon (pexels.com/Tim Samuel)

Membagi karyawan untuk bekerja di kantor dan di rumah berisiko menciptakan dua budaya organisasi yang berbeda. Yang satu bisa menikmati fasilitas kantor serta bisa berbaur untuk berkomunikasi secara langsung, sedangkan yang lainnya seperti tak terlihat dan sendirian.

Nah, pemecahan ini rentan membuat jalinan komunikasi jadi buruk. Komunikasi yang buruk dapat menimbulkan perasaan bingung hingga terisolasi bagi pekerja yang tidak di kantor karena hubungan sebagian besar dibangun melalui media komunikasi online.

2.Koordinasi antar rekan kerja yang terhambat

ilustrasi rapat (pexels.com/Fauxels)

Dalam suatu organisasi kita itu bekerja secara tim. Kolaborasi antar beberapa rekan kerja ini sangatlah melibatkan koordinasi satu sama lain. Namun, hybrid working justru menghadirkan tantangan koordinasi yang jauh lebih sulit dibandingkan bekerja secara tatap muka.

Banyak pekerja merasa kesulitan menemukan waktu untuk berkolaborasi karena adanya jadwal yang tumpang tindih. Alhasil, akan tercipta semacam dua kelas yang berbeda antara mereka yang bekerja di kantor dengan yang bekerja dari jarak jauh. Ikatan profesional antar rekan kerja jadi semakin mengendur.

3.Tidak semua pekerja memiliki akses yang bagus

ilustrasi meja kerja (pexels.com/Ken Tomita)

Tantangan lainnya dalam penerapan hybrid working ini adalah penyediaan insfrastruktur dan kapasitas jaringan yang belum memadai. Tidak semua pekerja memiliki akses jarak jauh yang bagus. Apalagi penerapan cara kerja ini sangat bergantung pada jaringan telekomunikasi.

Ketika jaringan buruk, pekerjaan akan terancam tidak terselesaikan dengan maksimal. Selain akses jaringan, akses alat dan file juga penting sekali untuk diperhatikan.

4.Kreativitas individu yang terancam tidak muncul

ilustrasi tidur saat bekerja (pexels.com/Polina Zimmerman)

Memiliki waktu tenang sendirian memang bisa membantu individu untuk menghasilkan suatu ide atau wawasan baru. Namun, jika dilakukan berhari-hari hingga berbulan-bulan apakah bekerja sendiri ini terbukti efektif?

Ada alasan tersendiri bahwa setidaknya beberapa interaksi sosial dan percakapan spontan dengan rekan kerja lain itu juga penting untuk menumbuhkan kreativitas. Kita bisa melihat persepsi-persepsi dari rekan kerja lain yang semakin memperkaya inovasi kita, lho.

5.Rentan stres hingga burn out

ilustrasi bekerja berlebihan (pexels.com/Nataliya Vaitkevich)

Salah satu alasan mengapa banyak orang menganggap hybrid working ini melelahkan karena menyebabkan keseimbangan hidup yang buruk. Jam kerja cenderung meningkat karena batasan jam kerja yang tidak normal.

Waktu untuk istirahat pun jadi tidak teratur. Lelah secara fisik dan emosional rentan membuat pekerja stress hingga burn out. Hal ini pada akhirnya berpengaruh pada produktivitas.

Itulah beberapa tantangan yang bisa saja dialami ketika menerapkan hybrid working. Dunia terus berubah dan kamu harus bisa cepat menyesuaikannya. Tantangan di dunia kerja akan selalu ada, namun percayalah kamu pasti bisa melewatinya. Semoga bermanfaat!

 

 

 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team