5 Alasan Pentingnya Personal Branding setelah Kena Layoff

- Kehilangan pekerjaan karena PHK bisa jadi momen emosional, tapi juga bisa jadi peluang membangun ulang diri.
- Personal branding penting setelah layoff untuk membangun kembali kredibilitas.
- Personal branding menunjukkan ketangguhan dan membuka peluang karier baru.
Kehilangan pekerjaan karena pemutusan hubungan kerja (PHK) atau bahasa kerennya layoff bisa jadi salah satu momen paling menguras emosi dalam hidup. Rasanya seperti berhenti tiba-tiba di tengah perjalanan panjang yang sudah direncanakan matang. Segala kerja keras dan dedikasimu untuk perusahaan rasanya dianggap tidak berarti. Namun, di balik gelombang emosi yang kamu rasakan, ada peluang besar yang bisa kamu manfaatkan, yaitu peluang untuk membangun ulang diri, mulai dari dasar yang lebih kokoh.
Salah satu langkah paling penting dalam proses bangkit dari PHK ialah membangun personal branding. Ini bukan soal pencitraan palsu, melainkan tentang caramu memasarkan diri agar dikenal orang lain sesuai dengan keahlian, nilai, dan karakter yang kamu miliki. Setelah PHK, personal branding bisa jadi senjata utama untuk membuka peluang baru. Ini seperti kartu nama versi digital yang bisa menyebar luas lewat LinkedIn, media sosial, portofolio daring, bahkan dari mulut ke mulut. Yuk, kita bahas apa saja alasan pentingnya personal branding setelah terkena layoff.
1. Tampil menonjol di tengah persaingan kerja yang makin ketat

Pasca layoff besar-besaran, kamu mungkin akan bersaing dengan banyak orang yang juga sedang mencari pekerjaan. Di sinilah personal branding berperan penting. Daripada menjelaskan di LinkedIn bahwa kamu adalah seorang marketing, misalnya, lebih baik deskripsikan dirimu sebagai brand storytelling specialist yang berhasil meningkatkan engagement media sosial klien hingga 300 persen dalam 6 bulan. Itu jauh lebih spesifik dan menggambarkan keunikanmu dibanding sekadar menyebut jabatan.
Personal branding yang kuat membuat kamu lebih mudah dikenali dan diingat. Bayangkan kamu sedang berada di pameran kerja dan semua orang mengenakan jas hitam. Sementara, kamu satu-satunya yang memakai jas putih. Tentu lebih menonjol, kan? Nah, itulah analogi dari personal branding yang baik.
2. Membangun kepercayaan dan kredibilitas

Diberhentikan kerja secara paksa bisa membuat rasa percaya diri menurun. Namun, lewat personal branding, kamu bisa mulai membangun kembali kredibilitasmu secara perlahan, tapi pasti. Caranya? Konsisten bagikan wawasan, pengalaman, atau karya melalui media sosial profesional seperti LinkedIn.
Kamu bisa membagikan pengalaman mengelola tim, tantangan dalam proyek tertentu, bahkan refleksi pribadi tentang nilai-nilai kerja. Ini menunjukkan kamu masih aktif, relevan, dan punya sesuatu yang berarti untuk dibagikan meski saat ini gak sedang menjadi karyawan. Lambat laun, kamu akan dikenal sebagai seseorang yang punya nilai dan pemikiran yang layak dihargai.
3. Mempermudah ditemukan oleh rekruter atau klien

Pada era digital seperti sekarang, rekruter atau calon klien sering kali mencari kandidat lewat media sosial atau LinkedIn sebelum menghubungi secara langsung. Kalau personal branding kamu kuat dan konsisten, kemungkinan kamu ditemukan akan jauh lebih besar.
Jika kamu dikenal sebagai desainer UI/UX yang suka membagikan tips desain di X atau Behance, misalnya, orang yang membutuhkan jasa seperti itu akan lebih mudah menghubungi kamu. Bahkan, bukan tidak mungkin kamu akan mendapatkan tawaran pekerjaan tanpa harus melamar secara konvensional. Ini adalah kekuatan dari magnetic branding. Jadi, orang yang datang kepadamu, bukan sebaliknya.
4. Menunjukkan ketahanan dan adaptabilitas

Salah satu nilai penting dari personal branding setelah layoff ialah menunjukkan bahwa kamu adalah pribadi yang tangguh. Kamu bisa menunjukkan bahwa kamu punya mental penyintas. Kamu gak menyerah, gak tinggal diam, dan terus bergerak.
Kamu bisa membagikan proses kamu belajar keterampilan baru, mengikuti kursus daring, atau menjalani pekerjaan lepas untuk sementara waktu. Ini menunjukkan kamu gak terjebak dalam keterpurukan, melainkan siap beradaptasi dan terus bertumbuh. Calon atasan atau klien akan sangat menghargai karakter seperti ini.
5. Mempermudah transisi ke jalur karier baru

Layoff bisa membuka peluang untuk reorientasi karier. Barangkali kamu sudah lama ingin pindah jalur karier, misalnya dari staf keuangan ke penulis konten. Nah, personal branding bisa menjadi jembatan yang menghubungkan masa lalu dengan masa depanmu.
Dengan membangun citra baru secara bertahap, orang-orang akan mulai mengenal kamu dalam peran yang baru. Sebagai contoh, kamu bisa mengikuti kursus, membuat blog, atau mengisi konten di YouTube. Ini membuat transisi terasa lebih alami dan kredibel.
Terdampak layoff memang pahit, tapi bukan berarti jadi akhir segalanya. Dengan membangun personal branding yang kuat, kamu bisa membalikkan keadaan. Kamu menunjukkan pada dunia bahwa kamu adalah sosok dengan keahlian, karakter, dan nilai yang bisa memberikan dampak. Jadi, jangan tunggu nanti-nanti untuk membangun personal branding. Justru, saat sedang terpuruk, kamu punya kesempatan untuk menulis ulang narasi hidupmu. Saatnya tampil sebagai versi terbaik dari dirimu yang sesungguhnya!