6 Tips Menghadapi Stigma Sosial setelah Terkena Layoff

- Curhat ke orang terpercaya untuk meringankan beban mental dan mendapatkan perspektif baru.
- Kamu bisa bergabung dengan komunitas profesional atau grup yang isinya orang-orang senasib dan seperjuangan.
- Jawaban santai, tapi elegan, bisa membungkam pertanyaan nyinyir dari orang sekitar.
Kena layoff alias pemutusan hubungan kerja (PHK) memang bisa bikin mental drop. Akan tetapi, sering kali yang lebih menyakitkan bukan cuma kehilangan sumber pendapatan, melainkan juga stigma sosial. Mulai dari tetangga yang kepo, komentar pedas, sampai keluarga yang membandingkan kamu dengan orang lain, semua bisa bikin kita merasa rendah diri.
Padahal, zaman sekarang, kena layoff bukan hal yang aneh. Gak sedikit profesional hebat yang pernah ngalamin fase ini. Nah, daripada kamu terus-terusan merasa malu atau minder, yuk, simak tips menghadapi stigma sosial setelah kena layoff. Siapa tahu kamu bisa bangkit lebih cepat, bahkan jadi versi terbaik dari dirimu!
1. Buka diri dan cerita ke orang yang tepat

Memiliki satu atau dua orang yang bisa kamu percaya untuk curhat itu penting banget. Ini bisa teman, pasangan, keluarga dekat, bahkan mentor kerja. Dengan ngobrol, kamu bisa meringankan beban mental dan dapat perspektif baru.
Kalau terus-terusan memendam perasaan, kamu bisa stres sendiri. Kadang, cerita ke orang yang tepat bisa bikin kamu sadar kalau kamu gak sendirian. Banyak yang mengalami hal serupa dan berhasil bangkit. Jadi, jangan ragu buat buka diri, ya!
2. Gabung komunitas yang suportif

Punya support system yang tepat bikin kamu merasa gak sendirian dan lebih kuat menghadapi masa-masa sulit ini. Coba, deh, gabung komunitas profesional, alumni kampus, bahkan grup Telegram atau WhatsApp yang isinya orang-orang senasib dan seperjuangan. Dari sana, kamu bisa dapat semangat, info lowongan, sampai relasi baru yang bisa bantu kamu naik level. Kadang, ngobrol dengan orang-orang yang ngerti perjuanganmu jauh lebih menenangkan daripada mendengar nasihat dari orang yang gak pernah di posisi kamu.
3. Hadapi omongan orang dengan elegan

Pasti ada saja pertanyaan yang terkesan nyinyir, seperti, “Kok di rumah terus?” atau, “Belum kerja lagi?” Kunci menghadapi stigma adalah jangan over-explain ke semua orang. Jawaban santai, tapi elegan, bisa jadi senjata ampuh untuk membungkam mulut mereka. Contoh:
"Lagi ambil waktu buat skill upgrade dulu."
"Sekarang lagi fokus ke proyek pribadi."
"Lagi eksplor peluang yang lebih cocok."
Yang penting, kamu tetap kelihatan percaya diri. Lama-lama, orang juga akan berhenti tanya kalau mereka lihat kamu tenang dan tetap produktif.
4. Saring, bukan serap semuanya

Setiap orang bebas ngomong, tapi kamu bebas memilih mana yang layak didengar. Ada saja komentar negatif, seperti:
“Wah, kasihan banget, ya ….”
“Kok bisa, sih, dipecat?”
"Kerjaan kamu kurang baguskah?"
Kamu bisa langsung aktifkan filter mental. Ingat bahwa ini bukan tentangmu, melainkan orang-orang yang belum ngerti situasi. Ingat, komentar orang lain lebih mencerminkan kualitas mereka daripada kamu. Jadi, gak semua omongan layak diserap ke hati.
5. Jadikan komentar nyinyir sebagai bahan bakar

Kalau kamu tipe yang termotivasi sama tantangan, ubah komentar nyinyir jadi bahan bakar untuk membuktikan diri. Akan tetapi, jangan sampai kamu hidup hanya untuk balas dendam sosial. Alihkan energinya ke hal produktif, misalnya:
- Unggah karya secara berkala di LinkedIn atau Instagram.
- Tulis pengalaman kamu secara jujur dan inspiratif di blog.
- Bikin proyek atau kolaborasi kecil-kecilan yang bisa kamu banggakan.
Dengan begitu, kamu sudah menunjukkan pada dunia bahwa kamu tetap melaju meski sempat jatuh.
6. Tetapkan batasan tanpa drama

Kalau ada orang yang terlalu sering melontarkan komentar negatif atau kepo sampai bikin kamu gak nyaman, gak apa-apa, kok, ngomong langsung dan beri batasan. Kamu bisa bilang:
“Aku kurang nyaman ngobrolin soal kerjaan dulu, ya.”
“Kalau mau ngobrol, cari topik yang lebih seru, yuk!”
Kamu gak perlu merespons sambil marah-marah. Cukup dengan cara sopan, tapi tegas, kamu bisa menjaga ruang mentalmu tetap sehat. Kalau orang itu memang baik dan peduli, dia akan paham kondisimu. Kamu berhak punya batasan dan berhak merasa aman dalam percakapan.
Kena layoff memang gak enak, tapi bukan akhir dari segalanya. Yang bikin kita kuat bukan karena gak pernah jatuh, tapi karena tahu cara bangkit setelah terpuruk. Jangan biarkan stigma sosial mengatur hidupmu. Justru sekaranglah waktunya kamu menata ulang semuanya dengan lebih sadar, dewasa, dan siap menghadapi dunia kerja yang baru. Tetap semangat karena kamu gak sendirian. Layoff bukan aib, tapi bagian dari perjalanan suksesmu!