Bisakah Kamu Mencapai Work-Life Balance? 7 Faktor Ini Berpengaruh

- Keseimbangan antara kerja dan kehidupan pribadi penting untuk kualitas hidup
- Beban finansial dan kemampuan mengelola waktu memengaruhi keseimbangan tersebut
- Peran pemberi kerja, keluarga, dan atasan turut menentukan tercapainya work-life balance
Semua orang pasti ingin bisa mencapai work-life balance atau keseimbangan antara aktivitas bekerja dengan kehidupan pribadi. Tercapainya keseimbangan tersebut sangat penting untuk menjaga kualitas hidup. Kamu menjadi tidak kelelahan secara fisik dan psikis.
Dirimu juga mampu mengembangkan hubungan yang sehat dengan orang-orang terdekat karena waktunya tersedia. Namun, dapatkan kamu benar-benar merasakan keseimbangan antara pekerjaan dengan kehidupanmu sendiri? Banyak faktor yang memengaruhi dan terkadang membuat keinginanmu tidak terlaksana.
Tapi bukannya gak ada yang bisa dilakukan olehmu agar ke depannya work-life balance betul-betul dapat terwujud. Ini tidak hanya memerlukan peranmu. Akan tetapi juga pemberi kerja, pemerintah, bahkan keluargamu di rumah. Ayo simak pembahasannya. Jangan menyerah kalau hidupmu masih berat sebelah sampai sering kelelahan.
1. Jumlah tanggungan

Kalau kamu di posisi tulang punggung keluarga, beban finansialmu sangat berat. Tambah banyak orang yang harus dinafkahi, tambah sulit pula untukmu bisa merasakan work-life balance. Hidupmu selalu dipenuhi kekhawatiran kalau-kalau pendapatan tak mencukupi seluruh kebutuhan.
Kamu pun mendorong diri dengan sangat keras untuk terus bekerja. Dirimu dapat melakoni beberapa pekerjaan sekaligus demi semua kebutuhan terpenuhi. Sebaliknya apabila jumlah tanggunganmu sedikit bahkan tidak ada sama sekali alias kamu cuma bekerja buat diri sendiri, work-life balance seharusnya mudah tercapai.
2. Kemampuan mengelola waktu dan kesibukan

Tidak semua orang yang saat ini tak mampu merasakan work-life balance disebabkan kesibukan yang luar biasa tinggi. Aktivitas kerja yang sebetulnya biasa-biasa saja pun dapat membuatmu gak bisa menikmati hidup. Ini dikarenakan kurangnya kemampuanmu dalam mengelola waktu serta kesibukan.
Contoh paling mudah, dirimu tidak bergegas menyelesaikan pekerjaan. Cara kerjamu lambat. Pekerjaan yang seharusnya selesai dalam 1 jam dapat molor hingga 2 jam. Akibatnya, kamu kehilangan waktu untuk beristirahat atau pulang tepat waktu. Dirimu terlihat sibuk sepanjang waktu, tetapi jumlah tugasmu sebenarnya tak seberapa. Hilangkan kebiasaan leletmu dan jadilah lebih cekatan.
3. Ada atau tidaknya ART dan kerja sama dengan anggota keluarga

Dapat atau tidaknya work-life balance tercapai juga bukan semata-mata ditentukan oleh diri sendiri. Pasalnya, peranmu tak hanya di kantor atau terkait pekerjaan yang menjadi sumber pendapatan. Sekalipun pekerjaanmu berjalan tanpa kendala yang berarti, ada hal lain yang dapat menyedot energi serta waktu.
Misalnya, pekerjaan rumah tangga yang sepenuhnya menjadi tanggung jawabmu. Ini membuatmu gak punya lagi waktu buat diri sendiri. Untukmu yang sudah sibuk bekerja sebaiknya gak usah ragu buat menggunakan jasa ART supaya work-life balance tercapai. Kalaupun tidak ada asisten rumah tangga, seluruh anggota keluarga mesti bekerja sama membereskan tugas domestik.
4. Atasan dan aturan yang ditetapkan untuk karyawan

Kamu yang bekerja di kantor atau ikut orang lain tidak bisa berbuat banyak kalau atasan menghendaki suatu peraturan. Meski itu artinya keseimbangan hidupmu sedikit banyak menjadi terganggu. Tipe atasan yang suka menghubungimu kapan saja buat urusan pekerjaan tentu bikin pikiranmu tak pernah bebas.
Bisa-bisa kamu membawa laptop dan dokumen ke mana pun pergi. Lain halnya jika atasan benar-benar memahami kebutuhan anak buahnya untuk lepas sejenak dari segala hal yang berkaitan dengan pekerjaan. Dia malah kesal kalau dirimu berkeras pulang terlambat demi terus bekerja. Atasan seperti ini memudahkanmu mencapai keseimbangan antara kehidupan profesional dengan pribadi.
5. Sulit jika kamu sedang merintis usaha

Merintis usaha selalu butuh energi yang luar biasa. Tidak ada cara cepat untukmu memapankan usaha yang baru dimulai. Masa-masa awal usahamu berjalan adalah pertaruhan. Dirimu dituntut buat menunjukkan totalitas dalam menjalankannya. Semua upaya dilakukan di atas rata-rata.
Kamu gak punya waktu buat bersantai. Setiap saat muncul usaha baru yang berpotensi menjadi kompetitormu. Dirimu tentu tak mau dikalahkan oleh mereka. Di sisi lain, usaha yang bertumbangan juga tidak sedikit. Awal kamu membangun usaha merupakan waktu yang berat. Keseimbangan hidupmu dapat terganggu sampai lebih dari setahun.
6. Juga saat keadaan ekonomi nasional kurang baik

Perekonomian dalam negeri yang sedang tidak stabil pasti berpengaruh langsung pada masyarakat, termasuk kamu. Harga berbagai kebutuhan mengalami kenaikan. Sementara kenaikan upah pekerja tidak seberapa atau malah banyak perusahaan terancam bangkrut. Akibatnya banyak korban PHK.
Walaupun posisimu masih aman bukan lantas tidak terdampak. Efisiensi yang dilakukan kantor mungkin membuatmu harus mengerjakan lebih banyak tugas. Atau, gajimu terkena potongan yang lebih besar dari biasanya. Itu bikin dirimu mesti mencari tambahan pemasukan dengan bekerja sambilan. Impian akan work-life balance menjadi sukar terwujud.
7. Tergantung caramu sendiri dalam memaknai work-life balance

Work-life balance bisa sangat sulit dicapai bila kamu kurang tepat dalam memaknainya. Walaupun tidak ada aturan pasti tentang standar work-life balance, bayangan yang gak realistis malah menyulitkanmu untuk mencapainya. Misalnya, kamu berpikir keseimbangan hidupmu baru tercapai bila bisa 4 hari bekerja dan 3 hari libur.
Atau malah 3 hari bekerja serta 4 hari bebas melakukan apa saja. Ini sangat sukar diwujudkan karena umumnya orang bekerja di kantor 5 hingga 6 hari dalam seminggu. Bahkan pekerja lepas malah bisa gak kenal libur kecuali terpaksa.
Lebih gampang buatmu mencapai keseimbangan hidup bila standarnya lebih realistis. Seperti terpenting ada libur meski sehari dalam sepekan. Atau untukmu yang freelancer masih merasa hidupmu seimbang meski bekerja tiap hari. Tapi setiap harinya kamu harus masih dapat berolahraga, tidur cukup, dan berinteraksi dengan orang lain.
Usaha mewujudkan work-life balance perlu melibatkan berbagai pihak. Selama kesejahteraan belum tercapai, sulit buat siapa pun merasakan keseimbangan antara pekerjaan dengan aspek-aspek lain dalam hidup. Ruang diskusi antara pekerja dengan pemberi kerja juga kudu terus dibuka.
Ini penting agar kamu mendapatkan hakmu atas hari libur tanpa disisipi urusan pekerjaan yang tak ada habisnya. Pemerintah pun punya tugas besar menjaga perekonomian supaya stabil bahkan terus bertumbuh. Bila situasi ekonomi tak menentu, boro-boro kamu mencapai work-life balance. Malah kecemasanmu akan masa depan makin bertambah. Lalu kamu bekerja sepanjang waktu atau justru putus asa dan gak mau melakukan apa-apa.