“Orang yang sangat sensitif sering berorientasi pada pola pikir ‘lakukan sekali dan lakukan dengan benar’, ungkap Freund. “Mereka juga kerap berpikir sejenak sebelum bereaksi dan memproses apa yang mereka lihat sebelum bertindak,” imbuhnya.
5 Kebiasaan Kerja Ini Menunjukkan Kamu Orang yang Sangat Sensitif

Setiap orang memiliki kepribadian berbeda, salah satunya adalah orang yang sangat sensitif (HSP). Istilah ini pertama kali muncul pada tahun 1990-an, dicetuskan oleh psikolog Elaine Aron melalui bukunya yang berjudul The Highly Sensitive Person (1996).
Dikutip dari Verywell Mind, orang yang sangat sensitif (HSP) adalah individu dengan tingkat kepekaan tinggi terhadap berbagai hal, mulai dari rangsangan fisik, emosional, hingga sosial. HSP juga mudah terstimulasi secara berlebihan dan cenderung memproses segala informasi lebih mendalam.
Mengidentifikasi sifat ini dalam diri sendiri, memang tidak selalu mudah. Namun, ada beberapa kebiasaan kerja yang tanpa disadari bisa menunjukkan bahwa kamu termasuk orang yang sangat sensitif. Yuk, cermati satu per satu!
1. Selalu berhati-hati dalam mengambil keputusan

Orang yang sangat sensitif biasanya tidak mengambil keputusan secara terburu-buru. Menurut Alane Freund, seorang terapis pernikahan dan keluarga berlisensi, dikutip dari HuffPost, biasanya ketika seorang HSP dihadapkan oleh sebuah proyek atau diminta untuk memberikan respons terhadap sesuatu, mereka akan melakukan itu dengan sungguh-sungguh.
Bagi mereka, kesempurnaan adalah segalanya. Jadi, mereka akan menganalisis semua hal, termasuk kelebihan dan kekurangan sebelum membuat keputusan.
Meskipun kemampuan berpikir mendalam bisa menjadi kekuatan tersendiri. Namun, HSP juga sering terjebak dalam pikiran mereka sendiri. Terlalu detail menganalisa sesuatu, bahkan untuk hal-hal yang sebenarnya kurang penting bisa membuat HSP sulit mengambil keputusan.
“HSP sering kesulitan mengambil keputusan. Mereka takut memilih opsi yang salah meskipun risikonya kecil. Sebab, mereka sangat teliti tentang bagaimana keputusan mereka dapat memengaruhi orang lain serta pandangan orang lain terhadap diri mereka,” ujar Melody Wilding, LMSW, seorang pekerja sosial berlisensi dan pelatih eksekutif, dikutip dari Psychology Today.
2. Kurang nyaman dengan desain ruang kerja open space

Beberapa kantor memilih menerapkan ruang kerja berkonsep open space karena selain mampu menciptakan suasana kerja yang lebih dinamis, juga dapat memudahkan karyawan dalam berinteraksi, berdiskusi, dan bertukar ide secara spontan. Namun, bagi seorang HSP, ruang kerja dengan konsep ini justru menjadi pengalaman yang kurang menyenangkan.
Karena mereka sangat sensitif terhadap berbagai hal, ruang kerja berkonsep open space membuat HSP sulit fokus dalam pekerjaannya. Kebisingan, gerakan, bahkan cahaya lampu yang terlalu terang atau berwarna mencolok dapat mengganggu dan membuat mereka susah berkonsentrasi.
3. Membutuhkan lebih banyak waktu istirahat

Selain kurang nyaman dengan ruang kerja berkonsep open space, orang yang sangat sensitif (HSP) juga tidak bisa bekerja secara terburu-buru. Karena mereka cenderung perfeksionis, alhasil jadwal yang padat dan deadline ketat bisa terasa sangat menegangkan.
Sebaliknya, mereka membutuhkan lebih banyak jeda untuk beristirahat di tengah-tengah kesibukan. Ini karena otak mereka terlalu sering menganalisis sesuatu yang menyebabkan energi mereka cepat terkuras.
Menurut Freund, agar seorang HSP bisa kembali fokus pada pekerjaannya, mencoba tidur siang sejenak atau memejamkan mata selama 30 detik dapat membantu memblokir berbagai hal yang berpotensi menstimulasi diri secara berlebihan. Di samping itu, menikmati waktu sore yang tenang sepulang kerja efektif memulihkan energi yang sempat hilang.
4. Memiliki empati yang besar

Ciri lainnya yang dimiliki seorang HSP adalah empati yang besar. Dikarenakan tingkat kepekaan tinggi, gak heran jika HSP suka menolong dan disukai oleh banyak orang, termasuk rekan-rekan kerja. Menurut Wilding, seorang HSP juga mempunyai kemampuan dalam memproses emosi dan berkomunikasi.
Namun, penting diingat, kelebihan tersebut juga bisa berbalik menjadi bumerang. Karena terlalu fokus mengutamakan kebutuhan orang lain, HSP kerap lupa terhadap kebutuhan diri sendiri.
“Terkadang, kita ingin memberikan sesuatu yang lebih dari apa yang orang lain inginkan. Namun, jika kamu menanggung stres dan masalah orang lain secara terus-menerus. Hal itu bisa menyebabkan dirimu kewalahan,” ungkap Wilding.
5. Sulit mengatakan ‘tidak’

Masih berkaitan dengan poin sebelumnya, karena orang yang sangat sensitif cenderung peka terhadap kebutuhan dan perasaan orang lain, gak heran jika mereka sulit menolak atau mengatakan ‘tidak’. Menurut Amy Marchall, PsyD, psikolog klinis berlisensi, dilansir Verywell Mind, belajar mengatakan ‘tidak’ adalah tantangan besar bagi seorang HSP. Ini karena mereka cenderung merasa tertekan oleh ekspektasi orang lain, terutama ketika mereka ikut merasakan kekecewaan yang dialami oleh orang tersebut.
“Teliti, berkomitmen, dan loyal mungkin bisa menjadi penghambat bagi HSP di lingkungan kerja. Sebab, mereka cenderung berpikir bahwa ‘jika aku menolak, aku akan dipecat, jika aku menolak, aku akan dijauhi, dan jika aku menolak, mereka akan menganggapku buruk’”, tarang Wilding.
Menjadi individu dengan tingkat sensitivitas tinggi, terkadang bisa menjadi tantangan. Karenanya, apabila kebiasaan tersebut sesuai dengan dirimu, ada baiknya jika kamu mencari cara untuk membuat rutinitas kerja terasa lebih ringan. Dengan begitu, kamu akan merasa lebih bersemangat sekaligus nyaman berada di tempat kerja.