5 Kegilaan Penulis yang Tak Pernah Diungkap Publik, Sudah Tahu?

- Menulis, sambil ngobrol sama diri sendiri. Penulis doyan bicara sama diri sendiri untuk menuangkan ide-ide yang berkelindan dan mengubrak-abrik isi kepalanya.
- Suka mengamati orang lain. Penulis diam-diam memperhatikan orang dengan tajam untuk mendapatkan inspirasi karakter tokoh utama dalam ceritanya.
- Mengetik di pukul dua dini hari. Ide suka muncul tanpa bilang-bilang, bahkan saat pukul dua dini hari karena penulis tahu ide bisa hilang tanpa jejak.
Katanya sih, profesi penulis itu penuh dengan ketenangan, keanggunan, atau hal-hal yang puitis nan romantis. Duduk di kafe estetis sambil mengetik dengan tumpukan buku, merenung sambil menatap langit, atau pasang tampang serius sembari meramu diksi.
Tapi, realitasnya tidak selalu demikian. Karena penulis punya sisi "gila" yang tidak pernah diceritakan olehnya. Di balik tulisan yang rapi dan enak dibaca, ada pengorbanan yang disembunyikan. Nah makanya itu, kali ini kita akan mengintip sedikit "kegilaan" mereka. Supaya kita jadi paham apa yang mereka alami. Yuk, tengok bersama.
1. Menulis, sambil ngobrol sama diri sendiri

Terdengar aneh? Tapi inilah faktanya. Penulis itu doyan bicara sama diri sendiri. Bukan membenci orang lain, tapi mereka lebih tertarik untuk menuangkan ide-ide yang berkelindan dan mengubrak-abrik isi kepalanya.
Nah, bagian menariknya adalah ketika mereka berdebat dengan diri sendiri. Bahkan sampai ngomong keras hanya untuk memastikan kalau kalimat yang ditulisnya sudah pas, renyah dibaca, dan punya nyawa hingga terasa hidup di benak pembaca.
2. Suka mengamati orang lain

Pemandangan yang biasa ketika penulis diam-diam memperhatikan seseorang dengan tajam. Bukan bermaksud jahat, tapi ada misi rahasia di balik itu semua. Barangkali ia tengah meriset perihal karakter tokoh utama yang bakal dimasukkan dalam ceritanya.
Kadang gestur atau cara bicara seseorang dapat menjadi sumber inspirasinya. Dengan menyaksikan secara langsung, mereka bisa mengamati dengan akurat. Nah, kalau dipikir-pikir, jangan-jangan kita sudah pernah berperan sebagai tokoh pada karya mereka. Siapa yang tahu?
3. Mengetik di pukul dua dini hari

Namanya juga ide, sukanya muncul tanpa bilang-bilang. Kadang lagi makan, lagi di atas angkot, atau bahkan yang absurdnya adalah saat pukul dua dini hari. lya, ketika orang-orang terlelap bersama mimpinya.
Tapi penulis dengan riangnya langsung mengikat ide itu. Karena mereka tahu, lengah sedetik saja, ide itu bisa langsung hilang, menguap tanpa jejak. Maka jalan terbaik yang harus ditempuh adalah segera mengeksekusinya. Bahkan jika itu di pukul dua dini hari. Demi harta karun yang sangsi untuk dilewatkan begitu saja. Benar-benar "gila" kan?
4. Revisi berkali-kali

Jangankan satu artikel utuh, satu paragraf yang dirasanya kurang nendang bakal mengalami revisi. Tidak peduli berapa kali, asalkan perubahan yang terjadi sesuai dengan harapan. Seperti yang mulanya ambigu, bisa terasa nyambung dan mengalir deras bak aliran air sungai.
Kenapa sih mereka rela jalani itu? Jawabannya sederhana. Mereka adalah penulis sejati yang memang tidak sudi pada kalah. Obsesi mereka adalah melahirkan karya yang memukau dan membius jutaan pasang mata. Apa itu dapat digapai? Tentu. Dengan kerja keras dan konsistensi yang tidak pernah mati.
5. Overthinking pada kata-kata

Terkadang mereka merenung. Bukan karena karyanya yang rampung, tapi satu dua kata yang masih belum klop. Entah dilema penggunaan "serta" atau "dan''. Dilema antara "kamu" atau "anda". Juga kebimbangan yang lainnya. Hingga memakan waktu berjam-jam lamanya.
Agak mencengangkan? Tapi begitulah mereka. Dengan ciri khas yang melekat dan tidak pernah lepas dari dirinya. Mungkin bagi orang lain itu agak aneh dan tidak mampu untuk dinalar, tapi bagi penulis tidak demikian. Mereka adalah insan yang senantiasa berusaha. Bahkan pada hal yang orang-orang pandang remeh-temeh sekali pun. Mereka dengan senang hati berdedikasi agar karya-karyanya diterima luas untuk semua kalangan.
Nah guys, itu dia sisi "gila" penulis yang jarang untuk diungkapkan, atau bahkan tidak pernah diceritakan ke khalayak umum. Sebagai pembaca, marilah kita lebih menghargai profesi mereka. Karena pengorbanan yang mereka berikan sangat layak dan patut untuk diapresiasi.