5 Cara Menghadapi Kritik di Kantor dengan Kepala Dingin

Dunia kerja memang bukan tempat yang selalu nyaman dan penuh pujian. Sekalipun udah kerja keras, tetap aja kritik bisa datang dari rekan kerja, atasan, bahkan bawahan. Kadang kritik terasa menyakitkan, bikin kesal, dan menyentil harga diri. Tapi yang lebih penting dari kritik itu sendiri adalah gimana cara menyikapinya.
Reaksi pertama emang biasanya emosional. Tapi kalau tiap dikritik langsung baper, justru bikin citra profesional makin meredup. Menahan diri, berpikir jernih, dan belajar dari kritik adalah langkah dewasa yang gak semua orang bisa lakukan.
Nah, buat yang lagi berusaha tetap tenang di tengah badai kritik, berikut lima cara menghadapi kritik di kantor dengan kepala dingin.
1.Tarik napas dan jangan langsung merespons

Ketika kritik datang tiba-tiba, refleks paling umum adalah membela diri. Rasanya pengin langsung menyaut, bahkan kadang suara ikut naik. Tapi justru di momen seperti itu, tarik napas dalam-dalam dan kasih jeda beberapa detik sebelum merespons. Diam sejenak bisa jadi bentuk kendali diri yang powerful dan bikin situasi gak makin panas.
Dengan ngasih waktu beberapa detik atau menit buat menenangkan pikiran, otak bisa mulai memilah mana yang fakta, mana yang opini, dan mana yang cuma emosi sesaat. Reaksi impulsif biasanya malah nambah masalah baru, bukan menyelesaikan. Lebih baik kasih respons setelah hati agak adem dan kepala udah lebih jernih.
2.Dengarkan sampai tuntas, jangan potong

Salah satu kesalahan umum saat menerima kritik adalah buru-buru menyela. Padahal, dengerin dulu sampai selesai bisa bantu memahami konteks dan niat si pemberi kritik. Terkadang kritik yang disampaikan emang gak enak, tapi ada maksud baik di baliknya. Kalau langsung dipotong, bisa-bisa pesan utamanya malah hilang.
Dengarkan sampai habis juga jadi bentuk penghargaan. Walau perasaan lagi campur aduk, coba fokus ke apa yang disampaikan, bukan nada bicaranya. Dengan begitu, bisa lebih objektif dalam menyerap informasi yang mungkin berguna buat perbaikan kerja ke depannya.
3.Evaluasi kritiknya, bukan orangnya

Sering kali kritik bikin jadi pribadi defensif karena ngerasa diserang secara personal. Padahal yang perlu dievaluasi itu isi kritiknya, bukan siapa yang ngasih. Jangan buru-buru nyimpulin bahwa kritik datang dari rasa iri atau pengen menjatuhkan. Bisa jadi itu murni feedback profesional.
Kalau terus-terusan fokus ke siapa yang ngomong, kesempatan buat belajar justru lewat begitu aja. Coba gali apa yang bisa diperbaiki dari ucapan tersebut. Misalnya, kalau dikritik soal keterlambatan, cek dulu apakah memang selama ini suka telat rapat atau deadline molor. Jadiin kritik sebagai cermin, bukan palu yang bikin tumbang.
4.Tanya balik dengan sopan buat klarifikasi

Kadang kritik disampaikan dengan cara yang kurang jelas atau terlalu umum. Di situ pentingnya nanya balik, bukan buat nyerang, tapi biar gak salah tafsir. Misalnya, kalau dibilang "Kerjanya kurang maksimal", coba tanya, "Bagian mana yang dirasa masih kurang dan bisa ditingkatkan?"
Pertanyaan yang baik bisa membuka percakapan yang konstruktif. Selain itu, nanya balik juga menunjukkan niat buat berkembang dan memperbaiki diri. Daripada diem dan menduga-duga, mending pastikan maksudnya biar bisa ambil langkah konkret. Tapi tetap jaga nada bicara biar kesannya gak defensif atau nyolot.
5.Simpan yang berguna, buang yang gak perlu

Gak semua kritik itu valid dan layak ditelan bulat-bulat. Ada juga kritik yang lebih ke arah nyinyir atau gak berdasar. Di situ pentingnya punya filter. Ambil hal-hal yang memang bisa bikin performa kerja naik level, dan buang sisanya yang cuma bikin mental drop.
Gak usah ngebawa semua omongan ke hati. Kalau semuanya ditanggapi serius, bisa-bisa tiap hari stress sendiri. Fokus aja ke kritik yang bisa dijadikan bahan evaluasi, sisanya anggap angin lalu. Dengan begitu, energi bisa dialihin ke hal-hal yang lebih produktif dan positif.
Menghadapi kritik di kantor emang gak gampang, tapi bukan berarti gak bisa dilatih. Dengan sedikit latihan menahan ego dan belajar melihat kritik sebagai peluang, suasana kerja bisa jadi lebih sehat. Ingat, kritik itu bagian dari pertumbuhan profesional. Makin bijak dalam menanggapinya, makin dewasa pula cara kerja dan pola pikir yang terbentuk.