Nia Dinata Bawa Kenangan Masa Kecil dalam Mendaki Puncak Kariernya

Nilai keluarga jadi inspirasi dirinya dalam berkarier

Jakarta, IDN Times - Real Talk with Uni Lubis kembali hadir di YouTube IDN Times. Tayang pada Senin (25/9/2023), sang Editor in Chief membawa sosok perempuan inspiratif di bidang perfilman yang sudah melegenda, yakni Nia Dinata selaku Sutradara sekaligus Produser Film. 

Dalam diskusinya yang bertajuk Merawat Idealisme Karya Seni, Nia menceritakan bila dirinya banyak mengambil kenangan masa kecil sebagai inspirasi dalam memproduksi film-filmnya. Selain itu, ia juga mengutarakan bila masih ada banyak hal yang ingin dilakukan sebelum menginjak usia 60 tahun. 

1. Pengalaman mengikuti Fellowship Eisenhower 2008 membentuknya jadi sosok film maker yang profesional

Nia Dinata Bawa Kenangan Masa Kecil dalam Mendaki Puncak KariernyaReal Talk by Uni Lubis bersama Nia Dinata dengan tema "Merawat Idealisme Karya Seni". (IDN Times/Tata Firza)

Mendapatkan kesempatan meneruskan pendidikan di luar negeri menjadi salah satu keuntungan bagi Nia. Dirinya bahkan mengaku bila momen ikut Fellowship Eisenhower 2008 silam membuatnya sadar bagaimana cara untuk menjadi seorang film maker yang baik dan profesional.

"Fellowship Eisenhower 2008, aku memilih untuk belajar tentang bagaimana kita sebagai film maker yang give back ke masyarakat lewat yayasan film," katanya.

"Sebenarnya ya mungkin karena aku ikut fellowship, waktu itu aku juga kuliah film di Amerika. Jadi, film maker kalau sudah di usia segini ada feedback-nya dan melihat itu kok kayanya hidup dia happy banget," tambah Nia.

2. Nilai empowerment dalam dirinya diyakini turun menurun dari sang nenek

Nia Dinata Bawa Kenangan Masa Kecil dalam Mendaki Puncak KariernyaReal Talk by Uni Lubis bersama Nia Dinata dengan tema "Merawat Idealisme Karya Seni". (IDN Times/Tata Firza)

Dalam meniti karier, Nia juga menjelaskan bahwa pengalaman yang dimiliki di masa kecil, tehadap sang nenek menjadi nilai yang sangat berharga bagi dirinya. Terlebih, ia memaparkan bila sang nenek adalah orang yang sangat aktif memberdayakan orang lain.

"Aku melihat nenek aku, dari kedua sisi, adalah orang yang sangat empowering others people. Mereka menyetir sendiri di tahun ini dan kalau mau apa-apa, walau ibu rumah tangga, tapi kalau ambil keputusan gak perlu persetujuan suami. Itu mereka lakukan karena mereka pikir hal tersebut yang terbaik bagi anak, cucu, sepupu, atau keponakan yang tinggal sama mereka. Setelah itu, baru nanti lapor ke suami dan momen ini terlihat sebagai team work," jelasnya.

3. Dukungan dari perempuan untuk perempuan jadi nilai tambah dalam dirinya dan keluarganya

Nia Dinata Bawa Kenangan Masa Kecil dalam Mendaki Puncak KariernyaReal Talk by Uni Lubis bersama Nia Dinata dengan tema "Merawat Idealisme Karya Seni". (IDN Times/Tata Firza)

Gak sampai situ, dukungan terhadap perempuan di keluarganya juga sangat penting. Bahkan, ia melihat bahwa friendship antar perempuan itu penting, termasuk dukungan dari teman laki-laki.

dm-player

"Ketika di dunia luar, aku melihat bahwa friendship antar perempuan itu penting. Support antar perempuan itu penting, dan kalau ada teman laki-laki yang mau jadi support system, ya welcome," tuturnya.

Baca Juga: Kekerasan Berbasis Gender Online Rentan Dialami Perempuan dan Jurnalis

4. Nia mengaku bila chilhood memory jadi inspirasi dalam setiap film yang diproduksinya

Nia Dinata Bawa Kenangan Masa Kecil dalam Mendaki Puncak KariernyaReal Talk by Uni Lubis bersama Nia Dinata dengan tema "Merawat Idealisme Karya Seni". (IDN Times/Tata Firza)

Berbicara mengenai kariernya di dunia perfilman, Nia mengaku jika kenangan masa kecilnya selalu menjadi inspirasi dalam setiap film yang diproduksinya. Gak hanya itu, ia juga meyakini bahwa sebagai perempuan akan sangat bagus kalau bisa berkontribusi terhadap perempuan lain.

"Dari childhood memory yang menempel, akhirnya tertarik ke industri film. Aku ambil film dengan kelas dokumenter, karena tertarik ke hal-hal yang menyatakan bahwa hidup itu memang harus seimbang antara kamu harus bisa menghidupi diri sendiri sebagai perempuan dan ikut berkontribusi terhadap anak dan keluarga ketika sudah berkeluarga," ujarnya.

"Akan tetapi, kamu juga perlu berkontribusi terhadap perempuan lain," lanjut Nia.

5. Nia turut berpesan agar setiap orang dapat mendefinisikan arti kebahagiaan sejati dalam meniti karier

Nia Dinata Bawa Kenangan Masa Kecil dalam Mendaki Puncak KariernyaReal Talk by Uni Lubis bersama Nia Dinata dengan tema "Merawat Idealisme Karya Seni". (IDN Times/Tata Firza)

Melengkapi perjalanan kariernya dengan rasa bahagia, Nia menambahkan bila kamu pun harus mengetahui definisi dari kebahagiaan yang diinginkan. Apalagi, setiap orang memiliki perspektif dari arti bahagia yang berbeda-beda.

"Kalau mau menjaga idealisme, kamu harus tahu definisi dari kebahagianmu sendiri. Apakah dengan dapat job lantas semua kamu kerjakan? Kalau aku mah capek, kejar tayang," ucapnya.

Untuk menjadi sosok yang profesional di bidang perfilman, Nia turut menyampaikan pesan agar membuat pemetaan karier yang diinginkan. Dengan begitu, kamu akan lebih mudah meraih apa yang diinginkan.

"Pas pulang fellowship, aku langsung buat pemetaan karier. Waktu itu tahun 2008 dan aku bikin daftar keinginan di usia sekian mau melakukan apa-apa saja," pungkasnya.

Demikian penjelasan Nia Dinata soal penunjang inspirasi dalam karier dan kehidupannya, termasuk bagaimana cara ia merawat idealisme yang dimilikinya terhadap karya seni. Semoga kamu juga terinspirasi dengan kisahnya, ya!

Baca Juga: 5 Cara Mengendalikan Idealisme agar Menjadi Hal Positif

Topik:

  • Muhammad Tarmizi Murdianto
  • Pinka Wima

Berita Terkini Lainnya