Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kenapa Kita Cenderung Nostalgia ke Masa Lalu Saat Dewasa?

ilustrasi nostalgia (freepik.com/ASphotofamily)
ilustrasi nostalgia (freepik.com/ASphotofamily)
Intinya sih...
  • Masa lalu jadi tempat pelarian saat hidup terasa berat, otak mencari kenyamanan ke masa yang dianggap aman dan familiar.
  • Nostalgia adalah mekanisme pertahanan diri, otak memanggil kenangan indah untuk menyeimbangkan tekanan emosi saat ini.
  • Otak menyimpan kenangan sensorik dengan kuat, seperti aroma, suara, dan rasa, yang mudah terpicu oleh hal-hal kecil sehari-hari.

Semakin bertambah usia, semakin sering otak ini memutar ulang kenangan masa kecil atau masa remaja yang penuh warna. Lagu-lagu lama, jajanan SD, sampai serial TV jadul bisa tiba-tiba bikin hati hangat, senyum-senyum sendiri, atau bahkan mewek. Semua terasa lebih indah, meskipun dulu gak selalu bahagia. Pertanyaannya, kenapa sih momen-momen dari masa lalu itu begitu melekat dan sering muncul di pikiran saat dewasa?

Ternyata, ada alasan ilmiah dan emosional di balik kecenderungan kita buat nostalgia. Bukan cuma soal rindu sama masa kecil, tapi juga tentang cara otak bekerja, tekanan hidup orang dewasa, sampai kebutuhan emosional yang gak terpenuhi. Yuk, kita bahas satu per satu kenapa nostalgia sering muncul seiring bertambahnya usia!

1.Tekanan hidup yang meningkat bikin kita cari pelarian

ilustrasi nostalgia (freepik.com/freepik)
ilustrasi nostalgia (freepik.com/freepik)

Saat kecil atau remaja, masalah terbesar mungkin cuma PR matematika atau dimarahin guru. Tapi begitu dewasa, hidup tiba-tiba penuh tagihan, tanggung jawab, dan tuntutan sosial yang gak ada habisnya. Dalam kondisi seperti itu, otak cenderung mencari kenyamanan ke masa-masa yang dianggap aman dan familiar. Masa lalu pun jadi tempat pelarian paling ideal saat hidup terasa berat.

Nostalgia bisa jadi semacam mekanisme pertahanan diri. Otak memanggil kenangan indah buat menyeimbangkan tekanan emosi yang dirasakan saat ini. Makanya, saat lagi stres kerja atau overthinking tengah malam, tiba-tiba teringat main petak umpet bareng teman kecil atau bekal nasi goreng buatan ibu. Itu semua bukan kebetulan, tapi bentuk perlindungan psikologis dari otak yang lagi butuh pelipur lara.

2.Masa lalu terasa lebih aman dan sederhana

ilustrasi nostalgia (freepik.com/ASphotofamily)
ilustrasi nostalgia (freepik.com/ASphotofamily)

Makin dewasa, makin sadar kalau dunia ini rumit. Ada banyak hal yang gak bisa dikontrol, dari relasi sosial sampai nasib karier. Masa lalu, meskipun gak selalu ideal, terasa lebih mudah dijalani karena kita belum terlalu sadar akan kompleksitas hidup. Semua tampak lebih hitam putih, lebih jujur, dan gak seambiguitas sekarang.

Waktu mengenang masa lalu, otak cenderung menyaring hanya bagian-bagian yang positif. Itu sebabnya banyak orang merasa masa kecilnya bahagia meski kenyataannya penuh tantangan juga. Kenangan indah itu terbungkus rapi dalam lapisan emosi yang memberi rasa aman. Gak heran kalau masa lalu selalu terasa lebih baik dari masa sekarang, walaupun gak sepenuhnya benar.

3.Kenangan sensorik yang kuat meninggalkan jejak mendalam

ilustrasi nostalgia (freepik.com/freepik)
ilustrasi nostalgia (freepik.com/freepik)

Aroma tanah basah setelah hujan, lagu dari boyband 90-an, atau rasa es mambo bisa langsung memunculkan gambaran jelas dari masa kecil. Ini karena otak menyimpan kenangan sensorik, seperti bau, suara, dan rasa dengan sangat kuat. Pengalaman ini membekas dan mudah terpicu oleh hal-hal kecil yang kita temui sehari-hari.

Ketika sensorik terpicu, tubuh ikut bereaksi. Bisa muncul rasa tenang, senyum, bahkan air mata haru. Hal ini terjadi karena bagian otak yang memproses emosi dan memori, yaitu amigdala dan hippocampus, bekerja bareng saat kenangan diakses. Jadi, jangan heran kalau lagu lawas bisa bikin flashback total. Itu bukan cuma memori biasa, tapi jejak emosional yang dalam.

4.Kebutuhan untuk memahami diri lewat masa lalu

ilustrasi nostalgia (freepik.com/freepik)
ilustrasi nostalgia (freepik.com/freepik)

Seiring bertambahnya usia, orang cenderung mulai mempertanyakan siapa diri mereka sebenarnya. Dalam proses pencarian jati diri itu, masa lalu sering dijadikan titik acuan. Kenangan-kenangan lama membantu merangkai narasi hidup yang bikin kita merasa punya arah dan identitas.

Nostalgia juga bisa jadi semacam refleksi buat menilai seberapa jauh sudah melangkah. Dengan mengingat siapa kita dulu, kita bisa lebih menghargai versi diri yang sekarang, meskipun belum sempurna. Masa lalu bukan cuma tempat kembali, tapi juga kaca pembesar buat memahami alasan-alasan di balik sikap, nilai, dan cara pandang yang terbentuk sekarang.

5.Hubungan sosial yang erat tercipta di masa lalu

ilustrasi persahabatan (freepik.com/freepik)
ilustrasi persahabatan (freepik.com/freepik)

Persahabatan di masa kecil atau remaja biasanya terjalin secara alami tanpa banyak kepentingan. Main bareng tiap hari, bertukar bekal, atau sekadar nongkrong depan rumah sampai magrib, semua terasa tulus. Kenangan-kenangan seperti itu melekat karena penuh kehangatan dan rasa memiliki yang mendalam.

Saat dewasa, hubungan sosial sering kali terasa lebih rumit, ada batasan, ekspektasi, dan kadang kepalsuan. Itulah kenapa kenangan tentang teman lama atau momen sederhana bareng keluarga terasa jauh lebih berharga. Nostalgia terhadap hubungan masa lalu bukan cuma soal orang-orangnya, tapi juga rasa yang dulu hadir tanpa syarat.

Nostalgia bukan tanda gak move on, tapi cara alami otak menjaga keseimbangan emosional di tengah tekanan hidup. Justru, mengingat masa lalu bisa bantu memaknai hidup dan memperkuat identitas. Asalkan gak larut terus-menerus, nostalgia bisa jadi sumber energi positif. Jadi, gak usah heran kalau kenangan kecil bisa bikin hati lega.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Merry Wulan
EditorMerry Wulan
Follow Us