5 Strategi Mengatur Waktu antara Pekerjaan dan Anak biar Gak Kewalahan

- Mengatur waktu antara pekerjaan dan anak butuh prioritas yang realistis.
- Memisahkan zona kerja dan keluarga membantu menjaga fokus dan mengurangi stres saat bekerja dari rumah.
- Komunikasi terbuka dengan pasangan atau support system penting untuk berbagi peran dan menjaga keseimbangan hidup.
Untuk yang sudah menjadi orangtua sekaligus pekerja, kamu pasti tahu banget gimana ribetnya membagi waktu antara kerja dan mengurus anak. Satu tangan pegang laptop, satu tangan lagi gendong anak yang lagi rewel. Kalau gak pandai atur waktu, bisa-bisa pekerjaan keteteran, anak pun merasa diabaikan. Padahal, dua-duanya penting banget. Karier untuk masa depan dan anak untuk kebahagiaan hidup.
Kuncinya adalah keseimbangan. Bukan berarti harus sempurna dua-duanya setiap waktu, tapi tahu kapan harus fokus ke pekerjaan dan kapan harus hadir sepenuhnya buat anak. Nah, biar kamu gak terus-menerus merasa kejar-kejaran sama waktu, berikut ini beberapa strategi realistis dan efektif untuk mengatur waktu antara pekerjaan serta anak tanpa bikin stres.
1. Tetapkan prioritas yang realistis

Langkah pertama yang wajib banget kamu lakukan ialah menentukan prioritas. Gak semua hal harus dikerjakan sekarang juga. Coba pisahkan mana yang penting dan mendesak serta mana yang bisa ditunda. Sebagai contoh, kalau anak lagi butuh perhatian karena sakit atau rewel, pekerjaan bisa disesuaikan sebentar. Sebaliknya, kalau ada tenggat penting, kamu bisa jelaskan ke anak dengan bahasa sederhana bahwa kamu butuh waktu fokus sebentar. Dengan begitu, kamu gak hanya disiplin dengan waktu, tapi juga mengajari anak tentang tanggung jawab.
2. Buat jadwal fleksibel, tapi konsisten

Kunci sukses multitasking antara kerja dan anak bukanlah jadwal yang kaku, tapi yang fleksibel serta bisa disesuaikan. Sebagai contoh, kamu bisa menentukan jam kerja utama adalah 9 pagi sampai 5 sore, kemudian sore hari untuk main bareng atau malam untuk dongeng sebelum tidur. Gunakan alat bantu, seperti Google Calendar atau agenda digital, agar semua kegiatan bisa terlihat jelas. Namun, jangan stres kalau jadwalnya kadang berantakan. Sebab, hidup dengan anak kecil memang sulit diprediksi, jadi fleksibilitas itu wajib.
3. Pisahkan “zona kerja” dan “zona keluarga”

Kalau kamu kerja dari rumah, batas antara pekerjaan dan keluarga bisa jadi kabur. Karena itu, penting sekali untuk punya area khusus buat kerja walau cuma meja kecil di pojokan kamar. Begitu kamu duduk di situ, otakmu otomatis “mode kerja”. Sebaliknya, begitu kamu keluar dari area itu, artinya waktumu untuk keluarga. Batas sederhana ini bisa bantu kamu lebih fokus dan mengurangi rasa bersalah karena merasa terus bawa kerjaan ke rumah.
4. Libatkan anak dalam rutinitas harian

Anak sebenarnya suka banget kalau dilibatkan dalam aktivitas orangtua. Jadi, kenapa gak ajak mereka dalam rutinitasmu? Sebagai contoh, kalau kamu lagi menyiapkan rapat, biarkan anak bantu ambil pulpen atau duduk di sampingmu sebentar. Kalau kamu kerja malam, biarkan anak berpartisipasi dengan menggambar atau membaca buku di dekatmu. Cara ini bikin anak merasa diperhatikan dan lebih mengerti kenapa kamu sibuk. Bonusnya, kamu juga bisa tetap merasa dekat meski sedang produktif.
5. Komunikasi dengan pasangan atau support system

Kalau kamu punya pasangan, pastikan komunikasi jalan dua arah. Bicarakan jadwal masing-masing, seperti siapa yang ambil peran saat anak sakit atau kapan waktu “tanpa gangguan” untuk masing-masing. Kalau kamu single parent, jangan ragu minta bantuan ke orangtua, teman, atau daycare terpercaya. Ingat, minta bantuan bukan tanda lemah, melainkan tanda kamu cerdas membagi energi dan tanggung jawab.
Mengatur waktu antara kerja dan anak memang gak mudah, tapi bukan mustahil. Dengan strategi yang tepat dan pola pikir yang fleksibel, kamu bisa tetap produktif tanpa kehilangan momen berharga bersama si kecil. Jadi, yuk, mulai sekarang ubah kaos (chaos) jadi keseimbangan yang bikin hidupmu lebih tenang dan bermakna.


















