5 Tantangan Kerja Sama dengan Orang Minim Inisiatif, Pernah Merasakan?

Untuk meraih tujuan dalam skala besar memang dibutuhkan kerja sama. Kita harus mampu menjalin komunikasi yang efektif dan efisien dengan rekan satu tim. Tapi semua kembali lagi dari tipe orang yang terlibat dalam kerjasama tersebut. Menjadi tantangan tersendiri saat kita dihadapkan dengan tipe orang minim inisiatif.
Seringkali kita dihadapkan dengan beban kerja yang tidak seimbang. Belum lagi solidaritas yang tidak terbangun dengan baik. Sudah tentu ini menghambat proses kerjasama yang dalam menyelesaikan proyek. Terlibat satu tim dengan orang-orang minim inisiatif, setidaknya lima tantangan ini wajib diwaspadai.
1. Lambatnya progres dan proyek yang harus diselesaikan

Dalam dunia kerja, adakalanya kita memang harus terlibat kerjasama dalam satu tim. Namun, keberagaman karakter dan cara bersikap setiap orang terkadang menghadirkan tantangan. Hal ini pula yang akan terjadi saat kita satu tim dengan orang-orang yang memiliki karakter minim inisiatif.
Salah satu yang mungkin dihadapi adalah lambatnya progres dan proyek yang harus diselesaikan. Tanpa kontribusi aktif dari seluruh pihak yang terlibat di dalamnya, besar kemungkinan ritme kerja akan tersendat. Proyek perjalanan stagnan karena tidak ada perkembangan sama sekali.
2. Menghadapi beban kerja yang tidak seimbang

Pernahkah mengamati orang-orang yang memiliki karakter inisiatif? Apalagi saat terlibat kerjasama dalam satu tim. Mereka adalah tipe orang yang cenderung pasif, hanya menunggu perintah, dan jarang mengambil tindakan atau keputusan secara mandiri.
Terlibat kerja sama dengan tipe orang minim inisiatif terjadinya menjadi tantangan tersendiri. Siap ataupun tidak, kita akan menghadapi beban kerja yang tidak seimbang. Tipe individu minim inisiatif cenderung menunggu instruksi, namun tidak tergerak untuk mencari solusi. Kita menanggung beban lebih besar karena harus terus mendorong progres kerja.
3. Minimnya ide dan solusi

Dalam sistem kerjasama meraih tujuan, kita memang harus memiliki pemikiran kreatif dan inovatif. Karena ini yang berperan besar dalam menentukan strategi pemecahan masalah. Tapi apa jadinya ketika terlibat kerjasama dengan orang-orang yang memiliki karakter dan pola pikir minim inisiatif?
Salah satu yang patut diwaspadai adalah minimnya ide dan solusi. Jika hanya satu pihak yang aktif memberi masukan, kualitas dan variasi ide bisa terbatas. Tipe orang seperti mereka jarang sekali mengusulkan pemikiran atau menawarkan solusi dalam memecahkan masalah.
4. Solidaritas yang tidak terjalin dengan baik

Kerja sama bukan sekadar hadir dan melaksanakan rapat. Namun, yang paling penting, harus ada langkah pasti untuk melaksanakan strategi yang sudah disusun. Tentunya ini tidak bisa dipisahkan dari solidaritas yang terbangun dalam pola kerja sama tim.
Tapi di sisi yang lain, tentu tidak mudah saat terlibat kerjasama dengan tipe orang minim inisiatif. Satu tim dengan mereka, kita harus siap menghadapi solidaritas yang tidak terjalin dengan baik. Seringnya mereka bekerja secara individualis tanpa mau terlibat dalam kerja sama yang intens.
5. Pembagian tugas yang tidak efektif dan efisien

Untuk menyelesaikan project dalam skala besar, setiap orang juga memiliki keterbatasan. Seluruh rencana tersebut tidak dapat dilaksanakan secara mandiri. Sebaliknya, dibutuhkan pembagian tugas sesuai dengan kapasitas dan keahlian masing-masing anggota di dalam tim.
Tapi tantangan ini terasa berat saat harus terlibat kerjasama dengan tipe orang minim inisiatif. Mereka seringkali menghindari tanggung jawab karena sudut pandang pesimis yang lebih dahulu tertanam. Delegasi jadi rumit karena harus terus-menerus memantau dan memastikan tugas dijalankan, bukan sekadar mempercayakan dan memberi ruang.
Terlibat kerja sama dengan tipe orang minim inisiatif memang tidak mudah. Selain progres dan proyek yang berjalan melambat, kita juga disibukkan dengan beban kerja tidak seimbang. Kondisi demikian ini tidak jarang menguras minta sekaligus emosi sehingga tidak mampu mengarahkan fokus secara utuh.