3 Cara Menerbitkan Buku Sendiri Tanpa Langkah Konvesional

Pahami dulu kekuatan dan kekurangannya!

Tak bisa dipungkiri, jalan penulis menuju penerbitan terbilang sulit. Penerbit besar kerap mempertimbangkan nama penulis, besarnya modal, hingga jumlah pengikut di media sosial.

Kalau kita masih pemula, pertimbangan itu bisa bikin nyali ciut. Tapi, tidak usah berkecil hati karena sudah ada solusinya! Berikut beberapa tips atau cara menerbitkan buku sendiri tanpa langkah konvensional!

1. Pertama, ada cara menerbitkan buku dengan Self Publishing. Dengan cara ini, kita bisa menuliskan apa pun tanpa mengikuti aturan penerbit

3 Cara Menerbitkan Buku Sendiri Tanpa Langkah KonvesionalPexels/Pixabay

Bisa dikatakan, Self Publishing adalah model penerbitan buku tanpa melibatkan pihak penerbit ternama. Di sini, kamu menulis, membuat ilustrasi, hingga layout sendiri. Tiba saatnya mencetak, penulisnya sendiri yang membayar percetakan. Setelah buku fisik jadi, penulis juga yang menjual.

Di sini, penulis tidak menggalang kerja sama dengan instansi mana pun. Hak cipta sepenuhnya ada pada dirinya. Tidak ada logo penerbit dan percetakan, hanya nama penulis dan alamat penulis.

Meski terdengar rumit, hal ini sudah umum di luar negeri. Robert T. Kiyosaki adalah salah satu yang menerapkan ini. Ia sempat menjual karyanya di POM bensin. Kini, bahkan sudah ada toko buku alternatif dan komunitas menulis yang bisa kamu titipi dan membantumu dalam display penjualan.

Selain lebih bebas dalam materi di buku, royalti berupa keuntungan penjualan sepenuhnya milikmu. Waktu perampungan buku juga lebih fleksibel karena tidak ada pihak lain yang memberi tenggat waktu. Modalnya pun terserah kita karena jumlah eksemplar yang dicetak dan cara pemasarannya, sesuai kemampuan kita.

Meski begitu, tetap ada kekurangan dari metode penerbitan ini. Kamu yang terbiasa dengan deadline, mungkin jadi akan malas-malasan menerbitkan buku. Kamu juga harus siap sedia kalau buku yang sudah dicetak, tidak segera terjual. Dari menulis sampai promosi, bisa makan tenaga lebih banyak. Terakhir, kualitas tulisan bisa kurang terjaga karena tidak ada editor.

2. Lalu, ada E-ways Publishing yang membuat tulisanmu berpotensi dibaca orang-orang dari seluruh dunia

3 Cara Menerbitkan Buku Sendiri Tanpa Langkah KonvesionalPexels/Marek Levak

Kalau Self Publishing menekankan pada bentuk buku cetak, maka E-ways Publishing lebih ke bentuk soft file. Dengan ini, biaya untuk percetakan bisa dihapus. Untuk layout pun, sudah banyak website yang menyediakan template secara gratis. Dengan begitu, cara membuatnya bisa dibilang gampang. Proses mengunggahnya pun mudah.

dm-player

Karena persebarannya mengandalkan kekuatan internet, maka bukumu tadi punya kemungkinan dibaca secara global. Membacanya pun praktis banget karena bisa menggunakan beragam jenis gawai. Tidak ada biaya cetak, tidak ada biaya distribusi, serta go green. Orang tidak perlu ke toko buku untuk membeli.

Jika kamu ingin menerbitkan buku dengan metode ini, pelajarilah metode pembayaran online. Jika sudah mendapatkan pembaca dari luar negeri, setidaknya kamu punya Paypal untuk memprosesnya. Kekurangan lain adalah tidak semua orang senang membawa lewat gawai dan harus bisa menemukan pasar yang cukup melek teknologi.

Baca Juga: 5 Buku Rekomendasi Melinda Gates yang akan Menginspirasimu

3. Terakhir, kamu bisa menerbitkan dengan cara Print on Demand. Kamu bisa bikin sendiri teaser bukumu untuk promosi

3 Cara Menerbitkan Buku Sendiri Tanpa Langkah KonvesionalPexels/Luis Quintero

Print on Demand adalah sistem di mana buku yang kita tulis, hanya akan dicetak kalau sudah ada permintaan. Jenis penerbitan ini melibatkan pihak ketiga. Ada yang bisa memproses editing sampai distribusi sendiri. Ada juga mini publisher yang menawarkan paket jasa tersebut.

Keunggulan metode penerbitan ini adalah alur dari menulis sampai terbit, terbilang cukup teratur. Apalagi kalau kamu menggunakan paket jasa dari mini publisher. Kamu tidak perlu susah mencari orang untuk mengedit, membuat ilustrasi, sampai layout karena sudah ada di dalam paketnya.

Kamu bisa bikin teaser menarik untuk promosi buku dan modelnya juga menyesuaikan kantong. Cari saja paket yang termurah.

Namun kekurangan dari Print on Demand adalah distribusi dan pemasaran bisa jadi tidak seluas konvensional. Ini karena karyamu tidak terpampang di toko buku. Karena melibatkan pihak ketiga, kamu juga perlu berbagi profit dengan penyalur.

Kemudian, memilih paket dari mini publisher berarti mengeluarkan dana dan ada potensi tidak impas meskipun kecil jumlahnya. Persaingan dengan penulis lain, apalagi yang sudah punya nama, bisa membuatmu dianggap remeh.

Itu dia cara menerbitkan buku sendiri tanpa langkah konvensional. Menarik dicoba, bukan? Sekali lagi, perhatikan kekuatan dan kelebihan masing-masing cara penerbitan, ya! Sesuaikan dengan modal yang kamu miliki dan seberapa kuat tenagamu untuk menerbitkan secara lebih independen.

Yakinkan juga dirimu, apakah kamu ingin menerbitkan buku hanya untuk memiliki bukti fisik, diapresiasi, atau menjadikannya profesi sekaligus menceruk keuntungan?

Baca Juga: 7 Tips Dapatkan Manfaat Maksimal dari Buku yang Kamu Baca

Topik:

  • Febriyanti Revitasari
  • Elfida
  • Wendy Novianto

Berita Terkini Lainnya