Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Kenakalan Remaja yang Sering Dianggap Sekadar Fase

ilustrasi kenakalan remaja
ilustrasi kenakalan remaja (pexels.com/Kindel Media)
Intinya sih...
  • Banyak kenakalan remaja berangkat dari dorongan mencari pengakuan dan meniru lingkungan tanpa memikirkan dampak.
  • Kebiasaan yang dianggap sepele, seperti konsumtif dan mengabaikan kesehatan, dapat membentuk pola hidup hingga dewasa.
  • Eksperimen identitas tanpa batasan sering membuat remaja terbiasa mengambil keputusan berisiko tanpa pertimbangan matang.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Kenakalan remaja sering ditoleransi karena dianggap hanya fase sementara yang akan hilang seiring bertambahnya usia. Padahal, perilaku ini tidak selalu sepele. Pilihan kecil sehari-hari, seperti tempat nongkrong, kebiasaan meniru teman, atau cara memanfaatkan waktu, bisa membentuk pola yang terbawa hingga dewasa.

Apakah semua perilaku ini memang sekadar fase atau justru menandai kecenderungan yang berulang? Berikut beberapa bentuk kenakalan yang sering luput dari perhatian, tetapi memengaruhi kehidupan remaja. Simak, ya!

1. Mencari perhatian lewat cara yang salah

ilustrasi kenakalan remaja
ilustrasi kenakalan remaja (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Remaja kadang melakukan hal ekstrem demi menarik perhatian teman atau lingkungan sekitar. Hal ini bisa berupa keisengan berlebihan, mengumbar kata-kata kasar, atau melakukan aktivitas yang tidak aman. Dari sini, mereka belajar bahwa pengakuan teman lebih penting daripada konsekuensi nyata.

Kebiasaan ini membentuk cara mereka menilai diri sendiri melalui respons orang lain. Saat terus diabaikan, perilaku ini bisa menular ke lingkaran lain dan memengaruhi cara mereka berinteraksi dengan keluarga atau lingkungan baru. Dampaknya tidak langsung terlihat, tapi terbentuk pola menempatkan pengakuan eksternal di atas pertimbangan pribadi.

2. Meniru perilaku konsumtif tanpa sadar

ilustrasi konsumtif
ilustrasi konsumtif (pexels.com/Karola G)

Mengikuti tren atau membeli barang tertentu sering dianggap hal sepele. Padahal, perilaku ini membentuk standar penilaian diri berdasarkan materi dan pengakuan sosial. Kebiasaan ini membuat remaja lebih fokus pada citra daripada kebutuhan nyata.

Jika berulang, mereka belajar menyepelekan pengelolaan keuangan dan membuat keputusan impulsif. Pola ini bisa berlanjut hingga dewasa, memengaruhi kebiasaan menabung, memilih gaya hidup, bahkan menentukan prioritas. Apa yang dimulai sebagai sekadar kesenangan sementara bisa berimbas jangka panjang.

3. Bereksperimen dengan batasan pribadi

ilustrasi pesta
ilustrasi pesta (pexels.com/RDNE Stock project)

Mencoba hal baru demi diterima teman merupakan bentuk eksperimen sosial yang umum, tapi kadang ekstrem. Beberapa contohnya seperti mencoba aktivitas fisik berisiko, gaya hidup tertentu, atau perilaku yang sebelumnya dihindari. Keputusan sering diambil tanpa memikirkan risiko.

Perilaku ini mengajarkan remaja bahwa keberanian diukur dari pengakuan teman, bukan keamanan atau kenyamanan diri sendiri. Jika terus dibiarkan, kemampuan menentukan batas pribadi melemah. Pola ini bisa membentuk cara remaja menilai risiko dan membuat keputusan untuk masa depan.

4. Mengabaikan dampak kesehatan karena tekanan lingkungan

ilustrasi bergadang
ilustrasi bergadang (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Bergadang, pola makan tidak teratur, atau malas bergerak sering dianggap sepele. Padahal, kebiasaan ini langsung memengaruhi energi, fokus, dan suasana hati. Remaja belajar menyepelekan tubuh karena pengaruh teman atau tren tertentu.

Jika kebiasaan ini terus berlangsung, efeknya bukan hanya fisik, tapi juga kualitas hidup sehari-hari. Konsentrasi menurun, mood tidak stabil, dan motivasi ikut terdampak. Perilaku yang dianggap fase sesaat sebenarnya membentuk pola hidup yang sulit diubah.

5. Menguji identitas lewat pilihan yang berisiko

ilustrasi remaja
ilustrasi remaja (pexels.com/Anna Shvets)

Remaja kerap mencoba perilaku baru untuk menegaskan siapa diri mereka. Ini mulai dari gaya berpakaian hingga kegiatan tertentu. Pilihan ini bisa berisiko, tetapi dianggap sah karena bagian dari pencarian identitas.

Dampaknya terlihat saat pilihan tersebut memengaruhi reputasi, relasi, atau bahkan keselamatan. Tanpa arahan, remaja belajar bahwa keputusan jangka pendek lebih penting daripada pertimbangan matang. Kebiasaan ini menandai bagaimana mereka menilai konsekuensi dan menentukan identitas pribadi.

Kenakalan remaja tidak selalu hadir dalam bentuk ekstrem, tetapi melalui kebiasaan sehari-hari yang membentuk pola hidup. Memahami konteks setiap perilaku membantu melihat sesuatu lebih realistis. Pertanyaannya, apakah wajar jika semua ini terus disebut sekadar fase tanpa perhatian lebih?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Yudha ‎
EditorYudha ‎
Follow Us

Latest in Life

See More

Apa Itu Barcode Nails? Nail Art K-Beauty yang Cocok untuk Natal

24 Des 2025, 09:03 WIBLife