Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Alasan Kamu Sering Merasa Sedih di Akhir Tahun, Wajar Kok!

ilustrasi perempuan sedih
ilustrasi perempuan sedih (freepik.com/jcomp)
Intinya sih...
  • Akhir tahun sering membuat orang merasa sedih karena refleksi diri yang berlebihan dan evaluasi hidup yang memicu perbandingan dengan standar ideal.
  • Tekanan sosial dari pencapaian orang lain di media sosial juga menjadi penyebab sedih akhir tahun yang umum, memicu perasaan tidak cukup dan sensitif.
  • Kelelahan emosional setelah setahun penuh tekanan juga dapat menyebabkan perasaan sedih sebagai sinyal bahwa tubuh butuh istirahat.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Akhir tahun sering digambarkan sebagai momen penuh kebahagiaan, liburan, dan pencapaian yang dirayakan bersama. Namun, di balik gemerlap itu, gak sedikit orang justru merasa lebih sensitif, mudah sedih, dan emosinya naik turun. Perasaan ini sering bikin kamu bertanya-tanya, kenapa justru sedih saat seharusnya bahagia. Padahal, kondisi ini berkaitan erat dengan mental health dan cukup umum terjadi.

Perubahan ritme hidup, tekanan sosial, dan refleksi diri yang makin intens membuat emosi jadi lebih rapuh. Tanpa disadari, akhir tahun menjadi momen evaluasi besar yang memicu overthinking. Kalau kamu mengalaminya, bukan berarti ada yang salah dengan dirimu. Yuk simak lima penyebab sedih akhir tahun yang sering dialami banyak orang.

1. Terlalu banyak refleksi diri dan evaluasi hidup

ilustrasi perempuan merenung
ilustrasi perempuan merenung (freepik.com/freepik)

Akhir tahun sering dianggap sebagai garis finish yang memaksa kita menoleh ke belakang. Kamu mulai menghitung apa saja yang berhasil dan mana yang terasa gagal sepanjang tahun ini. Proses refleksi ini sebenarnya sehat, tapi bisa berubah jadi beban kalau dilakukan dengan cara menyalahkan diri. Akibatnya, perasaan sedih muncul karena ekspektasi yang belum terpenuhi.

Saat evaluasi berubah menjadi perbandingan diri dengan standar ideal, kesehatan mental bisa ikut terganggu. Kamu jadi fokus pada kekurangan, bukan proses yang sudah dijalani. Padahal, setiap orang punya ritme dan waktunya sendiri. Menyadari hal ini penting agar refleksi akhir tahun tetap memberi makna, bukan luka.

2. Tekanan sosial dari pencapaian orang lain

ilustrasi perempuan mengakses media sosial
ilustrasi perempuan mengakses media sosial (freepik.com/freepik)

Media sosial di akhir tahun penuh dengan unggahan pencapaian, liburan, dan momen bahagia. Tanpa sadar, kamu mulai membandingkan hidupmu dengan highlight orang lain. Perbandingan ini sering memicu rasa tidak cukup dan membuat emosi jadi lebih sensitif. Inilah salah satu penyebab sedih akhir tahun yang paling umum.

Tekanan sosial ini bisa berdampak langsung pada kesehatan mental jika dibiarkan. Kamu merasa tertinggal, padahal yang kamu lihat hanyalah potongan cerita. Setiap orang punya perjuangan yang gak selalu terlihat di layar. Mengurangi konsumsi media sosial bisa jadi langkah kecil untuk melindungi diri.

3. Kelelahan emosional setelah setahun penuh tekanan

ilustrasi perempuan
ilustrasi perempuan (freepik.com/freepik)

Setahun menjalani rutinitas, target, dan masalah yang datang silih berganti bisa menyisakan lelah emosional. Di akhir tahun, tubuh dan pikiran seolah kehilangan energi untuk terus berpura-pura kuat. Perasaan sedih muncul sebagai sinyal bahwa kamu butuh jeda. Ini bukan kelemahan, tapi bentuk komunikasi diri.

Kelelahan emosional sering dikaitkan dengan burnout yang gak disadari. Kamu mungkin merasa hampa meski gak terjadi apa-apa. Kondisi ini wajar dan perlu direspons dengan empati pada diri sendiri. Memberi ruang istirahat bisa membantu memulihkan kesehatan mental secara perlahan.

4. Perubahan suasana dan momen yang lebih sunyi

ilustrasi perempuan kesepian
ilustrasi perempuan kesepian (freepik.com/freepik)

Akhir tahun sering diiringi perubahan cuaca, suasana kota yang berbeda, dan ritme hidup yang melambat. Bagi sebagian orang, momen ini justru terasa lebih sunyi dan memicu kesedihan. Kenangan lama bisa muncul tanpa diundang dan memengaruhi emosi. Perubahan kecil ini ternyata punya dampak besar pada perasaan.

Kesedihan yang muncul bukan berarti kamu lemah menghadapi perubahan. Justru ini tanda bahwa kamu peka terhadap lingkungan sekitar. Mengenali emosi tanpa menghakimi diri bisa membantu menjaga keseimbangan batin. Dengan begitu, kesehatan mental tetap terjaga meski suasana berubah.

5. Ekspektasi tinggi terhadap kebahagiaan akhir tahun

ilustrasi perempuan overthinking
ilustrasi perempuan overthinking (freepik.com/freepik)

Akhir tahun sering dikaitkan dengan kebahagiaan yang “seharusnya” dirasakan semua orang. Ekspektasi ini membuatmu merasa aneh saat kenyataannya gak seindah bayangan. Ketika realita gak sesuai harapan, rasa sedih pun muncul. Padahal, emosi manusia gak bisa dipaksa mengikuti kalender.

Melepaskan ekspektasi berlebihan bisa jadi langkah penting untuk menjaga kesehatan mental. Kamu gak wajib selalu bahagia hanya karena tahun akan berganti. Mengizinkan diri merasakan apa pun yang hadir adalah bentuk kedewasaan emosional. Dari sini, kamu bisa berdamai dengan perasaan tanpa tekanan.

Merasa sedih di akhir tahun bukan tanda kegagalan, tapi sinyal bahwa kamu manusia yang punya emosi. Mengenali penyebab sedih akhir tahun bisa membantu kamu lebih memahami diri sendiri. Kesehatan mental perlu dirawat dengan penerimaan, bukan tuntutan. Yuk, hadapi akhir tahun dengan lebih jujur pada perasaan dan beri ruang untuk pulih perlahan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nabila Inaya
EditorNabila Inaya
Follow Us

Latest in Life

See More

14 Ide Kado Natal 2025 untuk Guru, Dukung Aktivitas Mengajar!

24 Des 2025, 10:03 WIBLife