6 Cara Irit yang Gak Direkomendasikan, Siksa Diri dan Merepotkan Orang

- Bawa uang secukupnya saat bepergian, jangan terlalu sedikit atau terlalu banyak
- Perhatikan nutrisi saat makan, jangan irit ekstrem hingga mengganggu kesehatan
- Jangan pinjam uang ke orang lain, dan batasi permintaan kepada tetangga, teman, atau saudara
Semangat menghemat uang dengan menekan pengeluaran memang bagus. Apalagi in this economy yang tidak menentu dan mungkin pendapatanmu lagi kurang bagus. Sementara apa-apa tambah mahal.
Kalau dirimu tak mengubah pengaturan keuangan menjadi lebih hemat, nanti yang biasanya masih ada sisa sedikit malah minus. Akan tetapi, baik kamu akan menghemat penghasilan atau uang saku jangan dilakukan asal-asalan. Irit bukan pelit ke diri sendiri maupun orang lain.
Malah jika bisa orang-orang tak terlalu menyadari bahwa dirimu sedang berhemat. Buat hari-harimu berjalan senormal mungkin karena berhemat yang berlebihan akan terasa menyiksa. Irit sih, irit. Namun, tak perlu sampai seperti di bawah ini.
1. Bawa terlalu sedikit uang saat bepergian

Mungkin kamu berpikir bahwa dengan membawa sedikit uang, otomatis pengeluaran dapat ditekan. Tidak ada uang untuk dibelanjakan secara berlebihan. Ini ada benarnya, terutama untukmu yang dapat menghabiskan berapa pun uang dalam dompet.
Akan tetapi, jangan sampai salah perhitungan. Bagaimana pun juga, bepergian pasti butuh duit buat bayar ini itu. Barangkali kamu mesti makan di luar, bayar parkir, dan sebagainya.
Gawat apabila uang tunai yang dibawa amat sedikit. Sementara saldo dompet digital yang digunakan juga sengaja dibuat tipis. Atau, saldo dompet digital lumayan banyak, tetapi pembayaran mesti tunai. Tetaplah membawa uang sekiranya cukup untuk seluruh keperluanmu hari itu dan dilebihkan sedikit buat jaga-jaga.
2. Makan tanpa memperhatikan nutrisi

Biaya makan memang dapat menjadi sumber pemborosan apabila tidak dicermati dengan bijak. Seperti pesan makanan secara online terus padahal lagi gak ada promo. Makanan yang harga aslinya cuma belasan ribu rupiah di aplikasi sudah lebih dari Rp20 ribu.
Belum ditambah ongkirnya tanpa promo dapat lebih dari Rp30 ribu. Itu untuk sekali makan. Sementara masak sendiri modal kurang dari Rp20 ribu sudah dapat buat seharian. Akan tetapi, jangan sampai penghematanmu dalam hal makan tak memperhatikan nutrisi.
Irit ekstrem seperti setiap hari cuma makan mi instan, misalnya. Atau, tiap pagi hanya minum minuman sereal atau kopi lalu baru makan nasi lengkap siang hari. Nanti asam lambungmu naik. Usahakan penghematan tetap beriringan dengan kesehatan. Bukan pilih salah satu.
3. Pinjam uang ke orang-orang

Mau kamu pinjam uang ke orang-orang atau tidak, intinya bakal sama-sama membayar. Bedanya, dirimu membayar langsung dengan uangmu atau menundanya bila berutang. Meski mengeluarkan uang dari kocek sendiri terasa berat, kamu gak ada beban apa-apa lagi.
Lain dengan hari ini dirimu memutuskan pinjam duit saja dulu ke seseorang. Itu sama dengan menciptakan tanggungan untuk masa depan. Padahal, sekali kamu berutang bakal lebih mudah memutuskan kembali melakukannya.
Tanpa terasa utang makin menumpuk. Uang yang selama ini diirit-irit bisa habis cuma buat bayar utang. Mungkin malah sampai bikin keuanganmu minus jika ada utang yang berbunga. Orang-orang yang dimintai pinjaman juga akan merasa terganggu.
4. Minta ini itu ke tetangga, teman, atau saudara

Kalau poin sebelumnya pinjam uang, sekarang malah meminta. Artinya, sesuatu yang diminta gak bakal dikembalikan. Misalnya, kamu minta ditraktir agar hemat uang makan atau jajan.
Juga sering dirimu minta nebeng teman yang bawa kendaraan biar irit biaya transportasi. Atau, minta kado ulang tahun sesuai dengan keinginanmu supaya kamu tidak perlu membelinya sendiri. Makin banyak permintaanmu ke orang lain makin memalukan.
Termasuk bila itu pacarmu. Orang-orang tidak punya kewajiban apa pun terhadapmu. Kecuali, kamu dalam keadaan sakit parah atau tertimpa musibah lainnya. Permintaan pada orangtua saja mesti dibatasi apalagi ke orang lain.
5. Sadis menawar ketika berbelanja

Pembeli memang punya hak menawar. Khususnya saat kamu berbelanja di pasar. Harganya belum harga pas. Namun, menawar juga harus pakai akal sehat. Jangan menawar terlalu rendah walaupun dirimu lagi berhemat.
Apalagi untuk bahan makanan yang tidak mungkin harganya dikatrol setinggi mungkin cuma buat cari untung. Laba pedagang bahan makanan biasanya tipis. Untuk produk lainnya, dirimu juga harus ingat bahwa penjualnya butuh biaya hidup.
Mereka mengumpulkan keuntungan dari tiap barang yang terjual. Jangan seenaknya minta harga pabrik. Cara menawar yang semaunya sendiri bila dituruti pedagang sama dengan mematikan usahanya. Atau, kamu dimarahi di depan banyak orang.
6. Tak memenuhi kewajiban sosial

Terakhir, soal kewajiban sosial juga mesti tetap dipenuhi dengan baik. Contohnya, segala iuran di lingkungan tempat tinggal. Seperti iuran sampah, keamanan, menjenguk orang sakit, dan sebagainya.
Bila demi berhemat kamu tak mau lagi membayar kewajiban sosial tersebut, akibatnya besar. Warga sepertimu menyusahkan pengurus lingkungan. Masa jatah iuranmu akan terus ditanggung pakai uang kas? Nanti warga lain protes dan mengikuti caramu.
Di luar itu, kamu memiliki kewajiban membantu orang yang kesusahan. Selama dirimu masih punya uang mesti ada dana yang disedekahkan. Jangan bersikap tidak peduli sama sekali dengan alasan kamu sedang berhemat.
Jika penghematan dilakukan secara sembarangan belum tentu bikin tabunganmu bertambah. Pola makan yang buruk misalnya, akan membuatmu sakit dan butuh biaya berobat yang tinggi. Semangat untuk irit harus tetap dijaga, tapi gak perlu sampai seperti enam poin di atas.