in-Lite Hadirkan Inovasi Pencahayaan di ARCH:ID 2025, Futuristik!
Jakarta, IDN Times - Pencahayaan kini bukan hanya perkara fungsional, tetapi menjadi bagian integral dari narasi desain ruang. Seiring berkembangnya dunia arsitektur dan interior, cahaya telah bertransformasi menjadi medium yang mampu membentuk emosi, mempertegas struktur, hingga menciptakan atmosfer yang menggugah. Hal inilah yang ingin disampaikan in-Lite saat tampil perdana dalam ajang ARCH:ID 2025 di ICE BSD, Sabtu (10/5/2025).
Melalui partisipasi dalam instalasi in-Lite Pavilion dan kolaborasi monumental Jembatan Khatulistiwa, in-Lite tidak hanya menampilkan produk pencahayaan, namun juga menggambarkan filosofi “Beyond Illumination”. Hal tersebut merupakan pendekatan menyeluruh terhadap bagaimana pencahayaan seharusnya menjadi bagian sejak awal dalam proses desain, bukan tambahan di akhir pengerjaan.
1. Filosofi cahaya sebagai narasi desain

General Manager Marketing in-Lite, Fransiska Darmawan, menegaskan bahwa pencahayaan merupakan elemen fundamental dalam desain, bukan hanya elemen fungsional. Menurutnya, cahaya memiliki kemampuan membentuk ruang, menciptakan tekstur, menonjolkan warna, serta mengarahkan perhatian visual. Filosofi ini menjadi dasar dari tema in-Lite Talk bertajuk ‘Beyond Illumination: Lighting Through Space & Structure’ yang digelar di ICE BSD.
"Partisipasi in-Lite di ARCH:ID 2025 merupakan wujud nyata konsep 'Beyond Illumination', di mana kami terus ingin membuktikan bahwa cahaya bukan hanya sekedar penerangan, seiring dengan komitmen kami untuk terus #TerangIndonesia," jelasnya.
Melalui pernyataan tersebut, in-Lite ingin menunjukkan bahwa desain pencahayaan adalah seni tersendiri yang mengintegrasikan konsep, emosi, dan fungsi. Ini adalah bentuk apresiasi terhadap peran pencahayaan dalam membangun pengalaman ruang yang utuh dan bermakna, bukan sekadar pelengkap desain.
2. in-Lite Pavilion jadi bentuk eksplorasi lima narasi imersif

Kolaborasi in-Lite dengan Pavilion95 dan Insignio Studio menghasilkan in-Lite Pavilion bertajuk ‘A Glowing Light Box’. Instalasi ini menyuguhkan pengalaman imersif melalui lima ruang pencahayaan: The Chandeliers, The Room, The Void, The Corridor, dan The Garden. Setiap ruang pun dirancang untuk menggambarkan bagaimana cahaya dapat memengaruhi persepsi, emosi, dan gerakan.
Menurut Lighting Design Director Pavilion95, Agust Danang Ismoyo, pencahayaan adalah bahasa yang lembut tapi kuat. Warna, intensitas, dan arah cahaya mampu membangkitkan energi, menenangkan, atau memberikan nuansa tertentu. in-Lite Pavilion menjadi contoh konkret bagaimana cahaya bisa menjadi alat kurasi pengalaman yang menyentuh indera dan jiwa.
"Dunia tidak bisa dilihat tanpa cahaya. Sebuah caya akan menimbulkan bayangan dan bayangan terbentuk karena cahaya. Keduanya membentuk sebuah keharmonisan yang kontras," tuturnya.
3. Menyatukan konsep dan karakter pemilik ruang

Pentingnya pemahaman mendalam terhadap visi desain menjadi kunci sukses pencahayaan ruang. Adianto Salim dari Insignio Studio menyebutkan, bahwa desain pencahayaan sebaiknya dirancang sejak awal sebagai bagian dari narasi visual. Ini memungkinkan terciptanya ruang yang mencerminkan karakter dan kebutuhan penggunanya.
Cahaya yang tepat juga dapat mengangkat estetika berbagai elemen dalam ruangan. Warna, material, dan bentuk dapat tampil maksimal bila ditunjang pencahayaan yang selaras dengan konsep besar desain interior. Dengan demikian, pencahayaan tidak lagi dianggap sebagai detail akhir, melainkan pondasi yang menopang keseluruhan ekspresi visual ruang.
"Desain pencahayaan yang efektif berakar pada pemahaman mendalam tentang visi dan konsep dari arsitek atau desainer. Kami menyukai desain yang eksklusif, bermain dengan warna, beragam material dan visual. Cahaya bukan sekadar penerang, melainkan elemen yang membentuk narasi visual dalam ruang," papar Adianto.
4. Kontribusi nyata di instalasi Jembatan Khatulistiwa
Partisipasi in-Lite dalam pembuatan instalasi Jembatan Khatulistiwa, instalasi terbesar dalam sejarah ARCH:ID, menjadi bukti nyata dari komitmen mereka terhadap desain arsitektur performatif. Dengan menyediakan seluruh sistem pencahayaan jembatan, in-Lite memastikan bahwa aspek estetika dan fungsional berjalan beriringan.
"Kami sangat bangga dapat berkolaborasi di ARCH:ID bersama arsitek, desainer dan para mitra dalam mewujudkan in-Lite Pavilion dan mendukung Jembatan Khatulistiwa. Tentu, pencahayaan memiliki peran penting dan terintegrasi sebagai bagian dari karya yang mengagumkan ini. Kami juga merasa sangat beruntung karena in-Lite Pavilion terletak di tengah-tengah Jembatan Khatulistiwa, sehingga memiliki akses yang strategis bagi pengunjung,” kata Fransiska Darmawan.
Arsitek Alvar Mensana dari mensanaDANteman menekankan pentingnya kolaborasi dan dedikasi dalam menghasilkan karya luar biasa. Jembatan ini menjadi simbol kerja sama lintas disiplin yang mampu mendorong standar desain arsitektur di Indonesia ke level yang lebih tinggi.
5. Kolaborasi inklusif untuk desain yang terjangkau dan bermakna

Kesuksesan in-Lite Pavilion juga didukung oleh kemitraan strategis dengan berbagai merek, seperti Artisan Rug, TACO, Shema Lab, hingga Armonia Paint. Kolaborasi ini menunjukkan bila keindahan dan kualitas desain bisa diraih tanpa harus mahal, berkat ketersediaan produk yang accessible dan bernilai tinggi.
Dengan keterlibatan banyak pihak, in-Lite menegaskan posisinya sebagai pelopor dalam menghadirkan solusi pencahayaan yang inovatif, terjangkau, dan relevan dengan kebutuhan masyarakat luas. Ini sekaligus memperkuat komitmen mereka untuk terus mendukung pengembangan industri kreatif tanah air melalui pencahayaan.
Partisipasi in-Lite di ARCH:ID 2025 bukan hanya tentang memperkenalkan produk, tetapi menjadi perwujudan nyata dari filosofi Beyond Illumination. Melalui pencahayaan yang dirancang dengan visi, kolaborasi lintas sektor, dan pendekatan kuratif terhadap pengalaman ruang, in-Lite berhasil menunjukkan bahwa cahaya adalah elemen vital dalam membangun arsitektur yang inspiratif dan bermakna.