Nilai-nilai Hidup Bapak Pendidikan Nasional, Ki Hajar Dewantara 

Pemimpin harus bisa jadi contoh yang baik

Siapa tak kenal sosok Ki Hajar Dewantara? Pemilik nama asli Raden Mas Soewardi Soerjaningrat ini, merupakan salah satu pahlawan nasional yang berjuang di bidang pendidikan. Salah satu bentuk perjuangannya adalah dengan bergabung di organisasi sosial dan politik bernama Budi Utomo, yang dibentuk pada tanggal (20/5/1908).

Organisasi ini bertujuan untuk meningkatkan kehidupan bangsa dengan cara mencerdaskan rakyat. Selama perjuangannya melawan kolonial Belanda, banyak nilai-nilai hidup yang bisa diteladani dari sosok Bapak Pendidikan Nasional, Ki Hajar Dewantara. Berikut beberapa di antaranya.

1. Mementingkan pendidikan agar tidak mudah diberdaya bangsa lain

Nilai-nilai Hidup Bapak Pendidikan Nasional, Ki Hajar Dewantara ilustrasi belajar di luar kelas (antara foto.com/Adeng Bustomi)

Ia tergabung dalam tokoh Tiga Serangkai bersama Douwes Dekker dan Tjipto Mangunkusumo, kemudian mendirikan sebuah organisasi yang diberi nama Indische Partij (IP), pada tanggal (25/12/1912). Bermula dari situ, ia menyadari bahwa cara melawan kolonialisme dapat dimulai melalui pendidikan. Meskipun sempat melewati berbagai rintangan, namun usahanya untuk mencerdaskan bangsa tidak pernah surut.

Nilai ini bisa dijadikan contoh, bahwa jika kita memiliki pengetahuan yang luas maka tidak akan mudah terpengaruh oleh orang lain. Hal ini pula yang mendorong Ki Hajar Dewantara dan rekan-rekannya untuk terus mengupayakan pendidikan bagi bangsa Indonesia. Sehingga mereka dapat berdiri sendiri dan melawan penjajahan.

Baca Juga: [OPINI] Konsep Pendidikan Ki Hajar Dewantara yang Semakin Terlupakan

2. Berani menyuarakan kritik

Nilai-nilai Hidup Bapak Pendidikan Nasional, Ki Hajar Dewantara ilustrasi memberikan kritik dan saran (pexels.com/ANTONI SHKRABA production)

Jangan takut mengemukakan pendapat atau kritik asal itu demi kebenaran dan kepentingan bersama. Seperti yang dilakukan oleh Ki Hajar Dewantara. Sebagai seorang jurnalis sekaligus penulis, ia pernah menyuarakan kritik pedas pada pemerintahan kolonial Belanda.

dm-player

Melalui sebuah artikel yang diberi judul 'Als ik een Nederlander was' (Seandainya Aku Seorang Belanda), yang dimuat dalam surat kabar De Expres, pada tanggal (3/7/1903), ia ingin menyorot kebijakan pemerintah Belanda yang dinilai tidak adil.

Salah satu kebijakan yang dirasa tidak adil itu adalah memungut sumbangan dari masyarakat, termasuk pribumi dalam rangka untuk merayakan 100 tahun kemerdekaan Belanda dari penjajahan Prancis. Hal ini dirasa memberatkan, serta merugikan rakyat.

Dari sini kita bisa belajar, bahwa bentuk kritik bisa bermacam-macam. Tak terkecuali dengan tulisan. Tapi ingat, untuk selalu menggunakan tata bahasa yang santun, meskipun isi kritik yang disampaikan terbilang cukup pedas.

3. Semboyan Tut Wuri Handayani, yang punya makna mendalam

Nilai-nilai Hidup Bapak Pendidikan Nasional, Ki Hajar Dewantara ilustrasi belajar mengajar (pexels.com/Katerina Holmes)

Ki Hajar Dewantara terkenal dengan semboyan pendidikan yang berbunyi 'Ing Ngarso sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani'. Di mana kutipan ini sering kali menjadi salah satu hiasan di dinding kelas, semasa sekolah dulu. Namun apa sebenarnya makna yang terkandung di dalamnya? Buat kamu yang belum tahu, berikut adalah artinya.

  • Ing Ngarsa sung Tuladha : Sebagai pendidik harus memberikan teladan yang baik bagi murid-muridnya.
  • Ing Madya Mangun Karsa : Di tengah atau di antara para muridnya, guru sebaiknya bisa menciptakan prakarsa dan ide
  • Tut Wuri Handayani : Seorang guru harus mampu memberikan dorongan atau arahan kepada murid-muridnya.

Nasihat ini tentu tak hanya berlaku bagi para tenaga pendidik saja. Buat siapa pun yang terpilih menjadi seorang pemimpin di bidang apa pun, bisa menjadikannya sebagai pedoman. Sehingga dapat bertindak layaknya pemimpin yang baik sekaligus bijaksana.

Meskipun tak pernah bertemu atau mengenal secara langsung sosok Ki Hajar Dewantara, namun banyak nilai dan teladan yang bisa dijadikan pelajaran hidup. Ingat, bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak melupakan jasa para pahlawannya. Semoga nilai-nilai yang diajarkan oleh Bapak Pendidikan Nasional ini bisa diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari, ya.

Baca Juga: Biografi Ki Hajar Dewantara, Maestro Pendidikan di Indonesia

Topik:

  • Angel Rose
  • Pinka Wima
  • Stella Azasya

Berita Terkini Lainnya