Koleksi Buku Cerita Rakyat dari Kepulauan Riau di Situs BUDI

Cerita rakyat selalu menjadi cermin nilai kehidupan sekaligus identitas budaya yang diwariskan lintas generasi. Begitu pula di Kepulauan Riau. Kisah-kisah lisan yang sarat makna itu telah dibukukan supaya tetap lestari dan bisa dinikmati pembaca masa kini.
Melalui platform Buku Digital (BUDI) yang dikelola oleh Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, beberapa cerita rakyat dari Kepulauan Riau kini bisa diakses dengan mudah. Apa saja kira-kira judul buku cerita rakyat dari Kepulauan Riau di situs BUDI? Simak judulnya dengan gulir artikel ini ke atas, yuk!
1. Asal Mula Penamaan Pulau Matang dan Pulau Karas

Asal Mula Penamaan Pulau Matang dan Pulau Karas bermula di Istana Dalam Besar Ulu Bintan di mana Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah memimpin dengan bijaksana. Negeri yang damai itu tetiba terusik tatkala Pendekar Keras mengacau pesta syukuran rakyat. Sebagai lanun kejam yang gemar mengadu domba, ia menebar ketakutan di seluruh penjuru negeri. Pelbagai upaya Sultan untuk menangkapnya selalu berakhir gagal, hingga datanglah Tun Bija Ali, seorang pemuda gagah berani yang bergelar Pendekar Penantang.
Kisah ini menghadirkan pelajaran berharga mengenai penebusan diri dan kekuatan pemberian kesempatan kedua. Pendekar Keras yang terkalahkan justru mendapat pengampunan dan kesempatan untuk berubah yang menyiratkan bahwasanya setiap orang berhak memperbaiki kesalahan. Kekayaan budaya Melayu Kepri tergambar jelas dalam istana megah, pakaian adat, tradisi pesta rakyat, dan semangat gotong royong yang menyatu dalam alur cerita.
2. Jenang Perkasa

Batin Lagoi adalah raja bijaksana Kerajaan Bintan. Singkat cerita, ia dikaruniai seorang putri yang ditemukan di rumpun pandan dan diberi nama Putri Bintan. Kecantikannya menarik perhatian Megat Sri Rama, penguasa zalim Pulau Berhala yang kemudian menculiknya. Sementara itu, Jenang Perkasa, pangeran Kerajaan Galang yang difitnah hingga terusir, mendapatkan bantuan pusaka dari makhluk gaib gajah mina. Dengan bekal itu, ia bertualang menegakkan keadilan hingga akhirnya berhadapan dengan Megat Sri Rama untuk menyelamatkan Putri Bintan.
Kisah ini menegaskan bahwa kebenaran pada akhirnya akan mengalahkan kezaliman. Kearifan lokal Melayu Kepulauan Riau pun tergambar melalui kehidupan bahari, kepercayaan pada mimpi, dan petunjuk alam. Selain menghadirkan tokoh-tokoh yang mengajarkan kebijaksanaan, kesabaran, dan ketabahan, cerita ini juga memperkaya khazanah budaya dengan melestarikan identitas dan tradisi yang sarat pesan moral.
3. Meriam Tegak

Encik Nuh adalah seorang nelayan terhormat keturunan kesultanan. Ia memiliki meriam kecil di pekarangannya yang ingin dipindahkan istrinya, Encik Walek, lantaran dianggap mengganggu. Namun, berbagai upaya Encik Nuh untuk mengangkat meriam tersebut selalu gagal yang membuatnya frustrasi dan merenggangkan hubungannya dengan keluarga serta tetangga. Secara tak terduga, Encik Walek berhasil memindahkan meriam itu dengan mudah setelah memakan sejenis cendawan ajaib yang memberinya kekuatan luar biasa.
Cerita ini mengajarkan nilai kerendahan hati dan bahaya kesombongan. Kearifan lokal masyarakat Melayu terlihat dari penghargaan terhadap sejarah benda pusaka dan kehidupan harmonis dengan alam. Kisah ini menegaskan bahwa kekuatan sejati bukanlah dari ilmu kebatinan atau keturunan, melainkan bisa datang dari sumber yang tak terduga.
Ketiga buku cerita rakyat dari Kepulauan Riau di situs BUDI bukan sekadar bacaan, melainkan juga warisan budaya yang memperkaya wawasan kita tentang kearifan lokal. Dengan membaca dan melestarikan kisah-kisah tersebut, kita turut menjaga identitas budaya sekaligus memetik nilai moral yang masih relevan hingga detik ini.