Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Contoh Bercandaan Seksis yang Harus Kamu Hentikan

ilustrasi bercandaan seksis (pexels.com/Yan Krukau)

Bercanda memang sering dianggap cara ampuh mencairkan suasana atau membuat orang tertawa. Namun, nyatanya gak semua jenis bercandaan itu baik, terutama kalau sudah merendahkan orang lain. Salah satu contohnya adalah bercandaan seksis yang sering nggak disadari bisa melukai perasaan.

Masalahnya, candaan semacam ini sering dianggap wajar karena sudah terlalu sering kita dengar, bahkan di lingkungan terdekat. Padahal, bercandaan seksis seperti ini bisa memperkuat stereotip negatif yang bikin orang merasa gak dihargai. Berikut adalah lima contoh bercandaan seksis yang perlu banget kamu hentikan.

1. "Cewek kan tempatnya di dapur"

ilustrasi bercandaan seksis (pexels.com/Mikhail Nilov)

Kalimat ini sering muncul sebagai candaan saat membahas tugas rumah tangga, tetapi implikasinya jauh dari lucu. Pernyataan ini menguatkan stereotip bahwa perempuan cuma cocok untuk pekerjaan domestik dan gak layak berada di ranah publik atau profesional. Padahal, zaman sekarang, banyak perempuan sukses dalam kariernya, bahkan di bidang yang selama ini dianggap cuma “milik laki-laki.”

Candaan ini membuat perempuan merasa tidak dihargai atas pencapaian mereka di luar rumah. Selain itu, bercandaan seperti ini juga menciptakan tekanan sosial bagi laki-laki yang mungkin memilih untuk lebih banyak membantu di rumah. Ketika kamu melontarkan candaan ini, sebenarnya kamu sedang membatasi peran gender hanya pada stereotip yang sudah kuno. Bayangkan bagaimana perasaan seseorang yang sedang berjuang untuk membuktikan dirinya, tapi terus dihadapkan pada komentar seperti ini.

2. "Cowok kok nangis, mana jantan?"

ilustrasi bercandaan seksis (pexels.com/Jonas Wilson)

Bercandaan ini sering dilontarkan untuk menertawakan laki-laki yang menunjukkan emosi, terutama saat menangis. Banyak orang masih beranggapan bahwa menangis menjadi tanda kelemahan dan itu gak sesuai dengan “kodrat” laki-laki. Padahal, emosi merupakan bagian alami dari manusia, dan menangis bukanlah hal yang memalukan.

Dengan melontarkan candaan seksis ini, kamu secara gak langsung menyuruh laki-laki untuk menekan perasaan mereka. Dalam jangka panjang, tekanan ini bisa berakibat buruk, seperti gangguan kesehatan mental atau ketidakmampuan mengekspresikan diri. Membiarkan laki-laki menangis justru membantu mereka melepaskan beban dan merasa lebih baik. Jadi, daripada mengolok-olok, yuk, mulai dukung temanmu untuk menjadi dirinya sendiri tanpa takut dihakimi.

3. "Kok kerjaannya kayak cewek? Cowok kan harusnya kerja keras"

ilustrasi bercandaan seksis (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Candaan ini sering muncul ketika laki-laki mengambil pekerjaan atau aktivitas yang dianggap “ringan” oleh masyarakat. Misalnya, seorang laki-laki yang memilih menjadi penata rambut, perawat, penjahit, atau guru taman kanak-kanak sering kali menjadi bahan tertawaan. Padahal, pekerjaan gak punya gender dan setiap orang berhak memilih pekerjaan yang sesuai dengan minat dan keahliannya.

Dengan terus memaksakan stereotip ini, kamu bisa membuat orang merasa minder atau takut mengambil langkah yang mereka sukai. Laki-laki yang memilih pekerjaan ini justru menunjukkan keberanian untuk melawan stigma sosial. Bayangkan betapa sempitnya dunia jika semua orang hanya memilih pekerjaan berdasarkan pandangan tradisional. Mendukung kebebasan memilih pekerjaan menjadi langkah kecil yang berdampak besar bagi masyarakat yang lebih inklusif.

4. "Perempuan itu lemah, gak cocok sama sekali buat jadi pemimpin"

ilustrasi bercandaan seksis (pexels.com/August de Richelieu)

Kalimat seksis seperti ini sering digunakan untuk mengecilkan perempuan yang memiliki ambisi besar, terutama di bidang kepemimpinan. Sekilas mungkin terdengar seperti bercanda biasa, tapi sebenarnya ini menjadi bentuk pelecehan verbal yang bisa mengikis rasa percaya diri seorang perempuan. Stereotip seperti ini juga sering menjadi alasan mengapa perempuan jarang diberi kesempatan untuk memimpin.

Padahal, banyak banget contoh perempuan yang berhasil menjadi pemimpin hebat, baik di tingkat lokal maupun global. Jika kamu terus melontarkan candaan seperti ini, kamu sedang membatasi potensi seseorang hanya berdasarkan gendernya. Dunia membutuhkan lebih banyak pemimpin yang berbakat, dan itu bisa datang dari siapa saja, tidak peduli laki-laki atau perempuan. Jadi, mulai sekarang, berhentilah meremehkan perempuan dengan alasan yang tidak berdasar.

5. "Cewek cantik gak perlu pintar, yang penting good looking"

ilustrasi bercandaan seksis (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Candaan seksis ini sering terdengar dalam obrolan santai, tetapi efeknya bisa sangat menyakitkan. Pernyataan ini gak cuma merendahkan perempuan, tapi juga memperkuat pandangan bahwa nilai seorang perempuan hanya berdasarkan penampilannya. Bayangkan, bagaimana perasaan seorang perempuan yang berjuang keras untuk meraih pendidikan tinggi, tapi malah dihadapkan pada komentar seperti ini?

Candaan ini juga berbahaya karena menciptakan tekanan besar pada perempuan untuk selalu terlihat sempurna. Padahal, kenyataannya setiap orang pasti punya keunikan yang gak bisa diukur cuma dari penampilan fisik. Kalau kamu ingin membangun hubungan yang sehat dengan orang lain, cobalah menghargai mereka mulai dari kepribadian, pencapaian, dan kontribusinya, bukan hanya karena penampilannya.

Bercandaan seksis mungkin terlihat sederhana, tapi dampaknya bisa sangat besar. Kamu gak pernah tahu bagaimana candaan itu bisa memengaruhi orang lain, terutama jika mereka sedang berjuang melawan stigma atau stereotip yang sama. Jadi, yuk, mulai ubah cara bercandamu menjadi lebih positif dan membangun!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Hella Pristiwa
EditorHella Pristiwa
Follow Us