Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Haruskah Kamu Berbohong tentang Sinterklas kepada Anakmu?

ilustrasi santa (pexels.com/Andrea Piacquadio)
Intinya sih...
  • Sinterklas adalah tokoh legendaris pelindung tradisional Natal di Amerika Serikat dan negara lain, yang membawa hadiah untuk anak-anak berdasarkan Santo Nikolas.
  • Berbohong tentang sinterklas dapat mengganggu perkembangan moral anak, menurut penelitian dari Dr Justin Coulson dan Christian L. Hart.
  • Menceritakan kebenaran tentang sinterklas lebih baik daripada membuat anak kecewa karena fiksi yang mereka percayai selama ini tidak nyata.

Mungkin beberapa dari kamu sudah mendengar cerita tentang sinterklas yang memberikan hadiah kepada anak-anak. Nah, seiring berjalannya waktu menjadi dewasa, kini kamu tahu bahwa sinterklas tidak nyata dan itu hanyalah dongeng belaka.

Lantas, bagaimana caramu memberi tahu anakmu tentang sinterklas? Apakah boleh berbohong tentang sinterklas demi memenuhi imajinasi anak-anakmu? Yuk, simak artikel ini sampai selesai!

1. Apa itu sinterklas?

ilustrasi santa (pexels.com/Pixabay)

Dilansir laman Britannica, sinterklas atau santa claus adalah tokoh legendaris yang merupakan pelindung tradisional Natal di Amerika Serikat dan negara lain dengan tugas membawakan hadiah untuk anak-anak. Gambaran populernya didasarkan pada tradisi yang terkait dengan Santo Nikolas, seorang santo Kristen abad ke-4 yang biasanya digambarkan dalam jubah uskup berwarna merah.

Sedangkan, dilansir laman History, sinterklas atau dikenal sebagai Saint Nicholas atau Kris Kringle, memiliki sejarah panjang yang kaya akan tradisi Natal. Saat ini, ia dianggap sebagai pria periang berbaju merah yang membawakan mainan untuk anak perempuan dan laki-laki yang baik pada malam Natal. Kisahnya dimulai sejak abad ke-3, ketika Santo Nikolas berjalan di bumi dan menjadi santo pelindung dunia anak-anak.

2. Haruskah kamu berbohong tentang sinterklas?

ilustrasi santa (pexels.com/cottonbro studio)

Kamu tidak boleh berbohong tentang sinterklas, karena kamu mendorong anak-anakmu untuk mempercayai kebohongan yang ambigu secara moral. Santa seharusnya mendorong imajinasi, tetapi kamu sebenarnya meminta anak-anak untuk menangguhkan sikap kritis dan mempercayai fiksi.

Seperti yang ditunjukkan dalam artikel ini, fantasi dan imajinasi berhasil karena kita memilih untuk percaya bahwa apa yang kita tahu tidaklah benar. Alih-alih mempromosikan keajaiban, kisah sinterklas mendorong anak-anak untuk menjadi konsumen ide-ide orang lain.

Penelitian menunjukkan, bahwa berbohong kepada anak-anak adalah praktik yang buruk. Dr Justin Coulson, salah satu pakar pengasuhan anak terkemuka di Australia, dilansir BBC, menyatakan, "Jika kamu ingin membuat santa, tidak masalah, namun beri tahu anak-anak bahwa santa didasarkan pada tokoh sejarah yang mungkin atau mungkin tidak melakukan hal-hal yang menurut kami telah dilakukannya".

3. Dampak berbohong kepada anak tentang sinterklas

ilustrasi natal (pexels.com/Element5 Digital)

Berbohong kepada anak juga dapat mengganggu hubunganmu dengan mereka. Dalam sebuah penelitian, para peneliti menemukan bahwa setelah anak-anak mendeteksi orang dewasa yang tidak jujur ​​terhadap mereka, mereka cenderung kurang memercayai orang dewasa tersebut.

Dilansir Psychology Today, Christian L. Hart, profesor psikologi di Texas Womans University menjelaskan, "Kita semua ingin anak-anak memercayai kita, namun seperti yang telah kita pelajari sebelumnya, kepercayaan diperoleh seumur hidup, namun kepercayaan dapat disia-siakan jika terjadi ketidakjujuran. Jadi, ada baiknya kalau kamu berbicara secara jujur tentang santa claus, dengan cara memberikan pengetahuan baru tentang tokoh fiksi kepada anak-anakmu".

Intinya, kamu lebih baik memberi tahu anakmu tentang sinterklas alih-alih membuat mereka kecewa karena apa yang mereka ketahui selama ini tidak nyata. Kalau kamu ada cerita menarik apa tentang sinterklas, nih?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Muhammad Tarmizi Murdianto
EditorMuhammad Tarmizi Murdianto
Follow Us