Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

[MADING] Sampah Bukan Masalah, tapi Awal Inovasi Masa Depan

IDN Times Xplore/Cilpacastra-SMA negeri 2 Cileungsi
IDN Times Xplore/Cilpacastra-SMA negeri 2 Cileungsi

Halo Sobat Bumi! Kami dari Team Cilpacastra, SMA Negeri 2 Cileungsi, dengan bangga mempersembahkan karya mading kami. Melalui visualisasi yang unik dan kreatif serta konten informatif yang tertera pada mading ini, kami ingin mengajak kawan-kawan semua untuk melihat sampah dari kaca mata yang berbeda. Sampah bukan lagi sebagai masalah, tapi sebagai peluang untuk berinovasi dan berkarya sekaligus untuk menyelamatkan masa depan. Penasaran? Yuk ikut berkelana bersama kami!

Tim redaksi kami terdiri dari:

• Guru Pendamping: Mutia Azizah, S.Pd.

• Penulis: Ayudiah Kinanti, Septiana Anggi Pratiwi

• Desainer visual: Varenka Darlen Tobing, Fahri Ramadhan, Yovanty Mulia Silalahi

• Fotografer: Yovanty Mulia Silalahi

• Videografer: Septiana Anggi Pratiwi

• Editor : Varenka Darlen Tobing, Septiana Anggi Pratiwi

Karya ini dibuat untuk keperluan kompetisi Mading Digital IDN Times Xplore 2025. Mading ini ditampilkan apa adanya tanpa proses penyuntingan dari redaksi IDN Times.

Esai: Latar Belakang

IDN Times Xplore/Cilpacastra_SMA Negeri 2 Cileungsi
IDN Times Xplore/Cilpacastra_SMA Negeri 2 Cileungsi

Sampah merupakan sesuatu yang hingga saat ini masih menjadi persoalan besar di Indonesia. Apapun bentuknya, sampah ialah yang dihasilkan dari segala tindakan setiap makhluk hidup yang ada di bumi, terutama manusia. Mulai dari bangun tidur, melakukan aktivitas, hingga tidur lagi. Manusia pastinya akan menghasilkan sampah. Dalam usaha bertahan hidup dan memenuhi kebutuhannya, manusia sering kali acuh terhadap aspek kelingkungan yang sudah seharusnya diperhatikan. Dikutip dari Waste Removal USA, secara global rata-rata manusia dapat menghasilkan sampah sekitar 0,74Kg per harinya. Menurut data dari World Bank (2022), dunia menghasilkan lebih dari 2,24 miliar ton sampah padat setiap tahunnya. Angka ini diprediksi akan terus meningkat hingga 3,88 miliar ton pada tahun 2050 apabila tidak ada langkah pengelolaan yang signifikan.

Indonesia sendiri sebagai negara dengan populasi lebih dari 270 juta jiwa, berada di peringkat keempat penyumbang sampah terbesar di dunia. Data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mencatat bahwa Jumlah timbulan sampah Indonesia pada tahun 2016 mencapai 66 juta ton/tahun. Komposisi sampah Indonesia berupa sampah organik (sisa makanan, kayu ranting daun) sebesar 57%, sampah plastik sebesar 16%, sampah kertas 10%, serta lainnya (logam, kain teksil, karet kulit, kaca) 17%. Rata-rata presentase sampah terolah dengan cara pengomposan untuk kota di Indonesia dengan cara sebesar 16,2%, sekitar 11 juta ton/tahun. Kemudian pada tahun 2022, timbulan sampah nasional mencapai 68,5 juta ton per tahun, atau setara dengan 187 ribu ton per hari. Seperti dari beberapa data yang sudah dibuktikkan, kita tahu bahwa masalah sampah bukan hanya isu lokal, tetapi juga masalah nasional yang berpotensi mengancam keberlanjutan lingkungan dan kesehatan masyarakat jika tidak segera diatasi. Namun, apakah sampah-sampah ini akan selalu menjadi beban bagi kita saat ini?

Dibalik permasalahan sampah yang makin serius, tersembunyi peluang untuk berinovasi. Sampah yang selalu menjadi beban dapat diubah menjadi 'senjata' yang akan berguna bagi masa depan. Di Indonesia, berbagai upaya inovasi sampah telah dilakukan, mulai dari metode yang memerlukan teknologi canggih seperti Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa), inovasi yang bisa mengubah sampah menjadi bahan bangunan seperti paving block, sampai inovasi yang paling sederhana, Ecobrick.

a. Pembangkit Listril Tenaga Sampah (PLTSa)

Salah satu inovasi sampah yang sedang dikembangkan di Indonesia. Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSA) adalah pembangkit listrik yang memanfaatkan sampah sebagai bahan bakar untuk menghasilkan energi listrik. Di Indonesia, sudah ada beberapa daerah yang telah mengembangkan PLTSa yaitu Solo, Bekasi, Surabaya, dan Jakarta. Secara sederhana, konsep PLTSa ini adalah dengan menjadikan sampah sebagai bahan bakar utama yang akan menghasilkan panas sehingga dapat menggerakkan turbin pembangkit listrik. Konsep PLTSa sangat cocok diterapkan dan dikembangkan di Indonesia mengingat populasi penduduk yang terus meningkat dan secara otomatis sampah yang dihasilkan pun meningkat.

b. Paving Block

Tidak hanya PLTSa namun terdapat langkah lainnya yang lebih praktis dan sederhana yang juga dapat berkontribusi dalam upaya pengurangan jumlah sampah dan dapat menghasilkan sesuatu yang lebih bernilai. Salah satu contoh nyata pemanfaatan sampah plastik adalah mengolahnya menjadi paving block. Inovasi ini mulai banyak diterapkan di Indonesia, bahkan sejumlah sekolah, komunitas, hingga kelompok masyarakat telah memproduksinya secara mandiri. Proses pembuatannya pun cukup sederhana: plastik bekas dipotong kecil-kecil, dicampur dengan pasir, lalu dipanaskan hingga meleleh. Hasil akhirnya berupa paving block yang tidak hanya kuat dan tahan air, tetapi juga lebih ekonomis dibandingkan dengan paving block konvensional. Menariknya, hasil penelitian menunjukkan bahwa paving block berbahan dasar plastik memiliki daya tahan tekan yang setara, bahkan dalam beberapa kasus lebih unggul daripada produk biasa.

Tak hanya sebagai paving block, plastik bekas juga mulai dimanfaatkan sebagai campuran aspal jalan. Sejak tahun 2017, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Indonesia telah melakukan uji coba dengan menambahkan limbah plastik ke dalam campuran aspal. Hasilnya cukup menggembirakan: jalan yang menggunakan campuran aspal plastik terbukti lebih awet, tidak mudah retak, dan memiliki daya ikat yang lebih baik. Hingga tahun 2022, lebih dari 1.000 kilometer jalan di Indonesia telah memanfaatkan teknologi ini. Jika diterapkan secara luas, inovasi ini tidak hanya membantu mengurangi timbunan sampah plastik, tetapi juga mampu menekan biaya perawatan infrastruktur secara signifikan.

c. Ecobrick

Terdapat pula langkah lain yang jauh lebih praktis dan sederhana yang bisa dilakukan oleh siapa saja, kapan saja, dan di mana saja. Salah satu contoh yang kini semakin populer adalah pembuatan Ecobrick, yaitu bata ramah lingkungan yang dibuat dari botol plastik bekas yang diisi penuh dengan sampah plastik lalu dipadatkan hingga keras.

Ecobrick hadir sebagai bentuk kreativitas masyarakat dalam mengolah sampah plastik yang jumlahnya terus meningkat. Keunggulan utamanya terletak pada kemampuannya menampung banyak sekali sampah plastik dalam satu botol. Hal ini otomatis mengurangi kebutuhan ruang penyimpanan sampah sekaligus membantu mengurangi beban TPA. Lebih dari sekadar mengelola limbah, Ecobrick juga memberi kesempatan bagi masyarakat untuk berperan aktif dalam solusi lingkungan, tanpa harus menunggu kebijakan besar dari pemerintah atau industri.

Yang membuat Ecobrick semakin menarik adalah potensi nilai tambah yang dihasilkan. Ecobrick tidak hanya berhenti pada tahap “penampung sampah”, tetapi juga bisa disusun menjadi berbagai produk fungsional maupun karya kreatif. Banyak komunitas di Indonesia telah memanfaatkannya untuk membuat kursi, meja, pagar, bahkan dinding rumah sederhana. Beberapa sekolah juga menjadikan kegiatan membuat Ecobrick sebagai bagian dari kurikulum pendidikan lingkungan, sehingga anak-anak sejak dini diajak untuk peduli pada masalah sampah dengan cara yang menyenangkan.

Esai: Kesimpulan

IDN Times Xplore/Cilpacastra_SMA Negeri 2 Cileungsi
IDN Times Xplore/Cilpacastra_SMA Negeri 2 Cileungsi

Permasalahan sampah di Indonesia bukan lagi sekadar isu kebersihan, melainkan telah menjadi tantangan besar yang menyangkut keberlanjutan lingkungan, kesehatan masyarakat, hingga pembangunan ekonomi. Dengan jumlah timbulan sampah yang terus meningkat setiap tahunnya, diperlukan langkah-langkah pengelolaan yang inovatif, berkelanjutan, dan melibatkan seluruh lapisan masyarakat.

Berbagai upaya telah dan sedang dilakukan, mulai dari penerapan PLTSa yang mengubah sampah menjadi sumber energi listrik, hingga pemanfaatan sampah plastik menjadi paving block dan aspal plastik yang terbukti kuat, awet, sekaligus ekonomis. Tidak kalah penting, solusi berbasis masyarakat seperti Ecobrick menunjukkan bahwa setiap individu memiliki peran dalam mengurangi timbunan sampah sekaligus menciptakan nilai tambah dari sesuatu yang semula dianggap tidak berguna.

Ketiga inovasi ini, baik yang berskala industri maupun yang sederhana di tingkat masyarakat, membuktikan bahwa sampah sejatinya bukan hanya masalah, tetapi juga sumber daya potensial apabila dikelola dengan bijak. Kuncinya terletak pada kolaborasi antara pemerintah, industri, komunitas, dan individu untuk bersama-sama membangun pola pikir baru: dari sampah sebagai beban menjadi sampah sebagai peluang. Dengan demikian, Indonesia tidak hanya mampu mengurangi dampak negatif sampah, tetapi juga bertransformasi menuju bangsa yang lebih bersih, sehat, dan berkelanjutan. Mungkin sudah saatnya kita melihat sampah bukan sebagai akhir, tetapi sebagai awal dari sesuatu yang baru.

Infografik

IDN Times Xplore/Cilpacastra_SMA Negeri 2 Cileungsi
IDN Times Xplore/Cilpacastra_SMA Negeri 2 Cileungsi

"Dari Sampah Jadi Senjata, Ternyata Sampah Bisa Jadi Solusi" begitulah kalimat awalan yang tercantum pada infografik tersebut, yang seolah-olah mengajak kita semua untuk melihat sampah dari sudut pandang yang berbeda. Nyatanya persoalan sampah tidak selalunya negatif, dengan sentuhan kreativitas dan berbasis inovasi, sampah dapat diolah menjadi sesuatu yang sangat bernilai. Beberapa contoh pengelolaan sampah yang kreatif dan inovatif seperti yang tertera pada infografik tersebut yaitu PLTSa, ecobrick, ataupun paving block. Bayangkan, apabila sampah yang kita hasilkan sehari-hari dapat dimaksimalkan dalam proses pengelolaannya, hal ini juga didorong oleh adanya data tahun 2022 yang menunjukkan sebanyak 68,5 juta ton sampah dihasilkan di Indonesia dalam kurun waktu satu tahun. Maka dari itu, mulai sekarang kita harus dapat melihat dan memanfaatkan peluang yang ada pada sampah yang kita produksi sehari-hari, diharapkan ini akan mereduksi dampak negatif dari sampah dan menjadikan sampah sesuatu yang bernilai dan berguna baik untuk saat ini maupun untuk masa depan.

Rubrik Diskusi—Infografik Pertamina

IDN Times Xplore/Cilpacastra_SMA Negeri 2 Cileungsi
IDN Times Xplore/Cilpacastra_SMA Negeri 2 Cileungsi

Infografik di atas mempresentasikan sekaligus menekankan peran Pertamina yang krusial dalam Green Movement, istilah umum yang merujuk pada gerakan yang bertujuan untuk mempromosikan gaya hidup dan praktik berkelanjutan demi melindungi lingkungan dan mengatasi isu-isu seperti perubahan iklim dan kerusakan lingkungan lainnya. Pertamina berkomitmen mendukung target net zero emission Indonesia, mengembangkan energi baru terbarukan, dan mengintegrasikan kebudayaan inisiatif lingkungan yang lebih baik. Melalui program-program tersebut, Pertamina mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk aktif berpartisipasi dan berorientasi pada kehidupan masa kini maupun masa depan yang lebih baik dan berkelanjutan.

Foto Bercerita

IDN Times Xplore/Cilpacastra_SMA Negeri 2 Cileungsi
IDN Times Xplore/Cilpacastra_SMA Negeri 2 Cileungsi

Dari awal kesuksesan, pasti adanya proses yang kami lakukan melalui foto bercerita ini. Ketika tim kami bertemu dan memulai, kami mengeluarkan ide dan pendapat kami untuk memaksimalkan karya mading yang akan kami bawakan. Dibalik kesuksesan tersebut, adanya canda tawa dan keeratan antar anggota yang membuat karya mading ini sukses.

Lewat karya mading yang telah dibuat oleh tim Cilpacastra, kita telah belajar bahwa sampah tidak hanya menjadi beban dunia tetapi bisa dijadikan sebagai inovasi untuk masa depan kita. Dengan semangat inovasi, sampah dapat diolah menjadi sumber daya baru yang bermanfaat, sekaligus menjaga kelestarian lingkungan. Jadi, ayo kita mulai beraksi dan berinovasi bersama, karena dari sampah lah masa depan kita yang lebih baik akan tercipta.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Naufal Al Rahman
EditorNaufal Al Rahman
Follow Us

Latest in Life

See More

[MADING] Pilah Sampahmu, Jangan Hanya Jadi Pajangan Bisu!

17 Sep 2025, 16:04 WIBLife