Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

[MADING] REUSE Sebagai Solusi Sederhana Menuju Bumi Berseri

IDN Times Xplore/Journey Suksma_SMA Negeri 1 Sukawati
IDN Times Xplore/Journey Suksma_SMA Negeri 1 Sukawati

Mentari terbit dari ufuk timur, menyambut hari penuh semangat. Halo sobat muda penyelamat bumi! Perkenalkan, kami Tim Journey Suksma, dari SMA Negeri 1 Sukawati. Dengan rasa bangga dan semangat membara mempersembahkan karya mading yang kami susun dengan apik, serta mengemas informasi mengenai salah satu solusi sederhana untuk bumi berseri. 

Bumi tak butuh langkah besar agar dirawat, melainkan sebuah kebiasaan kecil yang konsisten. Reuse menjadi salah satu langkah sederhana untuk mengurangi, menghemat, dan menggantikan ratusan sampah sekali pakai. Melalui kebiasaan sederhana, kita bisa menyelamatkan bumi. 

Setiap botol plastik yang berhasil tergantikan oleh tumbler, setiap kantong plastik yang diganti dengan tas kain, menjadi langkah perubahan bersama. Pilihan reuse yang kita lakukan hari ini, menjadi investasi hijau untuk keesokan harinya. Mari biasakan pakai ulang! Sebab menjaga bumi sama dengan menjaga anak cucu kita nanti. 

Tim redaksi kami terdiri dari:

  • Guru Pendamping: Ni Wayan Nopi Sutantri, S.Pd.

  • Ketua: Ni Made Mirah Pradnya Suari

  • Anggota: Putu Titania Aishwarya Mahottama, Ni Wayan Anggi Widyantari & Anak Agung Gede Anom Putra Sanjaya

Karya ini dibuat untuk keperluan kompetisi Mading Digital IDN Times Xplore 2025. Mading ini ditampilkan apa adanya tanpa proses penyutingan dari redaksi IDN Times. 


Esai: Latar Belakang

IDN Times Xplore/Journey Suksma_SMA Negeri 1 Sukawati
IDN Times Xplore/Journey Suksma_SMA Negeri 1 Sukawati

Tupperware hilang, sapu melayang.”

Awalnya hanya candaan klasik di media sosial, tentang amukan emak-emak karena kotak makan yang lenyap dibawa anaknya. Namun, di balik candaan itu, ada pesan mendalam, dimana kita terlalu sering menyepelekan hal kecil yang ternyata berdampak besar. Ketika produk reusable seperti kotak makan mulai dianggap remeh, plastik sekali pakai justru menjadi kebiasaan. Tercemarnya lautan menjadi contoh nyata bahwa ancaman sampah plastik bukan wacana semata. Pada tahun 2019, dunia dikejutkan oleh penemuan seekor paus mati dengan 40 kg sampah plastik memenuhi perutnya. Hal ini menjadikan sampah plastik sebagai masalah yang harus segera ditangani. Alam seakan memberi kita peringatan keras untuk menyadari betapa seriusnya masalah ini.

Plastik sekali pakai memang praktis, tapi jejaknya mengintai bumi selama ratusan tahun. Data dari UNEP (2025) menunjukkan bahwa dunia memproduksi lebih dari 400 juta ton sampah plastik pada tahun 2024, namun hanya 10% yang berhasil didaur ulang. Lalu, kemana sisanya bermuara? Sampah itu mengalir ke sungai, tersangkut di laut, terkubur di tanah, bahkan masuk ke tubuh makhluk hidup, dari ikan hingga manusia. Negara Indonesia menempati posisi kedua sebagai negara penyumbang sampah plastik terbanyak di dunia. Sebesar 70%-80% pencemaran laut di Indonesia umumnya berasal dari aktivitas manusia, seperti penggunaan plastik sekali pakai dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini menyebabkan terumbu karang rusak, hewan laut mati menelan plastik, bahkan mikroplastik ditemukan dalam air minum. Semuanya bukan hanya skenario film fiksi, tetapi sebuah realita.

Solusinya sederhana, cukup pakai ulang, bukan pakai, lalu dibuang. Barang-barang reusable, seperti botol minum, kotak makan, tas belanja kain, dan sedotan stainless bukan sekedar tren gaya hidup hijau. Justru, hal itu menjadi senjata utama untuk memutus rantai konsumsi plastik sekali pakai. Menurut studi National Geographic (2023), satu penggunaan tumbler oleh setiap orang dapat mengurangi sekitar 167 botol plastik per tahunnya. Sekarang, bayangkan jika hal itu dilakukan oleh jutaan orang, maka sampah plastik akan perlahan berkurang dan secara tidak langsung, kita sedang menyelamatkan bumi ini dari kerusakan serta pencemaran.

Langkah kecil ini akan semakin berdampak jika dilakukan bersama. Pulau Bali sebagai ikon pariwisata di Indonesia juga tidak luput dari ancaman sampah plastik. Melalui Peraturan Gubernur Bali Nomor 97 Tahun 2018 mengenai Pembatasan Timbulan Sampah Plastik Sekali Pakai, toko swalayan hingga restoran tidak lagi diperbolehkan menyediakan kantong plastik, sedotan plastik, dan styrofoam. Peraturan ini menjadi pijakan penting untuk mendorong masyarakat beralih ke produk reusable yang ramah lingkungan. Hal serupa juga diterapkan oleh SMA Negeri 1 Sukawati, di mana aturan bebas plastik sekali pakai telah diberlakukan. Seluruh warga sekolah bahkan kantin kini menggunakan kotak makan dan tumbler, khususnya saat Gerakan Sekolah Sehat setiap hari Jumat pagi. Penerapan ini mungkin tampak sederhana, tapi perlahan membentuk budaya baru, "Sadar lingkungan dimulai dari kebiasaan harian". Hal ini sejalan dengan adanya Surat Edaran Gubernur Bali Nomor 09 Tahun 2025 tentang Gerakan Bali Bersih Sampah, yang mengatur pengelolaan sampah berbasis sumber dan pembatasan penggunaan sampah sekali pakai. Peraturan ini diwujudkan dengan menghadirkan teba modern di lingkungan sekolah yang turut didukung oleh seluruh warga sekolah. Teba modern merupakan teknologi berbasis kearifan lokal yang diperuntukkan untuk mengolah sampah organik menjadi pupuk. Dengan perkembangan teknologi, kehadiran plastik di tengah kehidupan masyarakat justru menjadi pisau bermata dua, dapat menyelamatkan sekaligus mengancam lingkungan. Namun, seiring berjalannya waktu, teba modern yang awalnya menjadi tempat untuk mengolah sampah organik justru dipenuhi oleh sampah plastik. Penyebab terjadinya kondisi ini adalah kurangnya kesadaran warga sekolah dalam mengelola sampah plastik. Selain itu, perilaku acuh tak acuh terhadap lingkungan sekolah juga menjadi salah satu penyebabnya. Oleh karena itu, perlu adanya edukasi guna meningkatkan kesadaran masyarakat sehingga dapat meminimalisir plastik sekali pakai melalui penggunaan produk reusable

Gerakan ini diperkuat melalui beragam edukasi kreatif dari para influenser muda yang peduli terhadap lingkungan. Nama seperti Jerhemy Owen menjadi contoh nyata bagaimana sebuah edukasi dapat memengaruhi pola pikir masyarakat luas. Lewat berbagai konten edukatif di media sosial, Jerhemy mengajak anak muda hidup minim sampah dan peduli dengan isu-isu lingkungan. Begitu juga dengan Pandawara Group yang viral dengan aksi bersih-bersih sungai. Mereka membuktikan bahwa aktivisme bisa dikemas secara menarik dan berdampak luas. Tak heran, banyak aksi peduli lingkungan yang lahir dari dorongan dan pengaruh para green influencer tersebut, seperti kampanye peduli lingkungan, menanam pohon, dan aksi membersihkan perairan. Hingga munculnya “Bye Bye Plastic Bags” yang mengkampanyekan gerakan bebas kantong plastik melalui media sosial. Fenomena ini menandakan bahwa teknologi dan kreativitas, kini menjadi sarana penting untuk membentuk kesadaran masyarakat, terutama generasi muda untuk menjaga lingkungan.

Saat ini, sampah plastik masih menjadi keresahan di tengah kehidupan masyarakat. Produksi sampah plastik yang kian hari kian bertambah merupakan ancaman nyata bagi kelangsungan hidup manusia dan planet bumi. Sehingga diperlukan solusi dan aksi nyata dari seluruh lapisan masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang asri dan berkelanjutan. Menumbuhkan kebiasaan sederhana melalui penggunaan produk reusable menjadi salah satu solusi untuk menekan produksi sampah plastik. 

Ibarat peribahasa “Sedikit-sedikit, lama-lama menjadi bukit”, meski nampak sederhana, namun dengan dukungan dari masyarakat luas, kebiasaan ini dapat membentuk tren gaya hidup ramah lingkungan yang berdampak pada penurunan produksi sampah plastik. Sehingga bumi lestari bisa kita wariskan kepada anak cucu kita nanti. Melalui berbagai kolaborasi yang dilakukan secara konsisten, isu-isu lingkungan, terutama sampah plastik akan teratasi melalui edukasi digital yang melibatkan peran aktif generasi muda. Diharapkan, perubahan gaya hidup ini akan menciptakan bumi yang hijau. 


Esai: Kesimpulan

IDN Times Xplore/Journey Suksma_SMA Negeri 1 Sukawati
IDN Times Xplore/Journey Suksma_SMA Negeri 1 Sukawati

Pada akhirnya menyelamatkan bumi bukan tentang satu aksi besar, tapi ribuan langkah kecil yang harus berjalan konsisten. Dari rumah, sekolah, hingga berbagai postingan di media sosial mampu menjadi awal dari sebuah perubahan. Plastik sekali pakai memang praktis, tapi dampaknya akan berjejak hingga ratusan tahun ke depan. Reusable itu sederhana, tapi berdampak positif bagi lingkungan. Kita sebagai generasi muda, punya kekuatan unik untuk menyelamatkan bumi, lewat kesadaran, keberanian, hingga edukasi kreatif. Kita mampu memberi pengaruh positif bagi lingkungan. Jadi, kenapa kita tidak memaksimalkannya untuk menyelamatkan bumi? Karena bumi adalah rumah kita dan menjaga rumah bukan pilihan, tapi kewajiban. Jangan tunggu bumi makin panas atau laut makin meluap, tetapi jadilah bagian dari perubahan dan solusi. 

Produk reusable adalah salah satu solusi sederhana untuk bumi berseri. Gunakan edukasi dan teknologi sebagai senjata revolusi. Kalau bukan kita, siapa lagi? Kalau bukan sekarang, kapan lagi? Inilah saatnya beraksi! Kurangi plastik dan selamatkan bumi! 


Infografik: Urgensi Sampah Plastik

IDN Times Xplore/Journey Suksma_SMA Negeri 1 Sukawati
IDN Times Xplore/Journey Suksma_SMA Negeri 1 Sukawati

Halo sobat bumi! Tahu ga sih? Benda yang selama ini membuat kehidupan kita praktis, ternyata memiliki dampak yang berbahaya bagi bumi. Melalui infografik di atas, mari kita waspada terhadap bahaya sampah plastik sedari sekarang, sebelum akhirnya menyesal di kemudian hari. 

Mengurangi dan berbenah lebih baik daripada menata ulang, dengan mengurangi sampah plastik secara bertahap dan rutin, bumi akan kembali pulih. Ayo ketahui urgensi sampah plastik! Bumi bersih, kita sehat. Bumi asri, kehidupan berseri.  

Infografik: Pentingnya Reuse

IDN Times Xplore/Journey Suksma_SMA Negeri 1 Sukawati
IDN Times Xplore/Journey Suksma_SMA Negeri 1 Sukawati

Sampah sekali pakai menjadi salah satu masalah besar di seluruh dunia. Namun, bayangkan jika setiap orang mulai memilih untuk berhenti menggunakan sampah sekali pakai dan beralih ke barang reusable


Dengan pakai ulang bukan pakai lalu dibuang, kita bisa mengurangi timbunan sampah sekaligus menjaga bumi berkelanjutan. Itulah kekuatan sederhana dari reuse. Melalui infografik ini, mari lakukan langkah kecil dengan reuse untuk dampak besar bagi bumi.

Rubrik Diskusi: Infografik Pertamina

IDN Times Xplore/Journey Suksma_SMA Negeri 1 Sukawati
IDN Times Xplore/Journey Suksma_SMA Negeri 1 Sukawati

Halo sobat bumi! Kami memiliki kabar gembira melalui infografik di atas. Sebagai wujud komitmen terhadap keberlanjutan, Pertamina berkontribusi dengan merilis program hijau yang sejalan dengan target Indonesia menuju Net Zero Emission 2060. Pertamina memimpin transisi energi dengan mengembangkan berbagai inisiatif ramah lingkungan.  

Terlihat pada infografik kami yang berjudul “Program Hijau Pertamina Menuju Net Zero Emission 2060”, Pertamina berhasil mengelola panas bumi sebesar 80%, menurunkan 70% emisi karbon, menangkap 500 ton CO₂, menyediakan charging station di SPBU, mengembangkan Green Diesel dari kelapa sawit, dan mengelola hidrogen rendah karbon. Dalam hal ini, Pertamina mendukung penuh penghijauan bumi demi kehidupan berkelanjutan. 


Rubrik Diskusi: Infografik Pertamina

IDN Times Xplore/Journey Suksma_SMA Negeri 1 Sukawati
IDN Times Xplore/Journey Suksma_SMA Negeri 1 Sukawati

Tahukah kamu bahwa menjaga bumi adalah kewajiban kita? Pertamina hadir sebagai salah satu solusi nyata untuk memelihara kelestarian bumi. Infografik yang berjudul “Satu Energi, Sejuta Aksi, Bumi Hijau Bersama Pertamina”, menampilkan komitmen Pertamina dalam menghadirkan beragam inisiatif hijau. Program ini mencakup olahraga ramah lingkungan, rehabilitasi mangrove, konservasi laut, hingga pengelolaan sampah bersama masyarakat. 

Tidak hanya mengedepankan lingkungan berkelanjutan, Pertamina turut berkomitmen menghadirkan pengaruh positif dengan energi bersih, sekaligus mewujudkan bumi hijau melalui kolaborasi nyata bersama masyarakat. 

Foto Bercerita

IDN Times Xplore/Journey Suksma_SMA Negeri 1 Sukawati
IDN Times Xplore/Journey Suksma_SMA Negeri 1 Sukawati

Perjalanan kami menyusun mading “Reuse Sebagai Solusi Sederhana Menuju Bumi Berseri”, bukan hanya sekadar kegiatan yang dilakukan semata untuk tahu, selesai, lalu terkumpul. Tapi akar perjalanan yang meninggalkan jejak berkesan mengenai cara kami menyatukan pola pikir yang berbeda, argumen yang bertentangan, hingga penyatuan ide yang tiada habisnya. Hal tersebut tidak luput dari canda tawa, kegelisahan, bahkan gurat keputusasaan dari raut wajah kami. Buah karya yang kami sajikan bukan hanya untuk memanjakan mata, melainkan menjadi jembatan untuk pesan perubahan hijau sekaligus upaya nyata pengurangan sampah plastik. 

Melalui mading digital ini, kami Tim Journey Suksma membuktikan bahwa menyelamatkan bumi dari sampah plastik bisa diawali dari diri sendiri serta reuse sebagai langkah sederhana yang dapat diterapkan sedari sekarang. Alam akan pulih ketika kita bergerak. Aksi yang kami terbitkan akan membuahkan hasil yang indah untuk alam. Melalui hadirnya karya ini, diharapkan generasi muda tergerak untuk peduli terhadap bumi. 


This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Izza Namira
EditorIzza Namira
Follow Us

Latest in Life

See More

50 Contoh Soal TKA Ekonomi SMA/SMK Lengkap dan Kunci Jawaban

17 Sep 2025, 13:21 WIBLife
Kompetisi Mading Digital IDN Time Xplore 2025

[MADING] JIKA Bumi Berbicara

17 Sep 2025, 12:13 WIBLife