Mitos-Mitos Tentang Kuliah di Luar Negeri yang Perlu Kamu Ketahui

No no no. Tidak ada yang mustahil dalam hidup. Masih ingat pepatah “Banyak jalan menuju Roma”. Begitu juga dengan jalan untuk menggapai impian kuliah ke luar negeri. Ini dibuktikan dengan banyaknya pelajar Indonesia yang berada di luar negeri untuk menuntut ilmu. Mereka saja bisa, bagaimana denganmu?

Hey, siapa bilang kuliah ke luar negeri itu harus pakai uang sendiri? BEASISWA dong! Banyak banget beasiswa yang ditawarkan oleh universitas- universitas di luar negeri untuk para pelajar Internasional. Mau di negara mana? Amerika? Jerman? Jepang? Inggris? Singapura? Hampir seluruh universitas di dunia menawarkan beasiswa. Namun tetap harus selektif memilihnya. Ada beberapa beasiswa yang mungkin hanya mendanai 50% biaya kuliah. Namun, bagi kalian yang tidak ingin mengeluarkan biaya sepeser pun, jangan khawatir! Banyak sekali beasiswa yang menggratiskan biaya kuliah, diberi fasilitas asrama, uang buku, akomodasi pulang- pergi, bahkan diberi uang saku per bulan. So, rajin- rajin cari informasinya ya!

BIG NO. Ini salah satu mitos yang banyak dipercayai orang. Bahkan para pejuang beasiswa. Perlu diketahui, bahwa pemberi beasiswa di luar negeri tidak mau repot- repot mencari informasi detail tentang pelamar. Berasal dari negara mana dan dari Universitas mana. Dan juga tidak mau repot- repot mencari apakah Universitas pelamar dulu adalah yang terkenal atau tidak.

Bayangkan saja, ratusan dokumen berdatangan dan harus diperiksa satu persatu secara detail? Kuncinya hanyalah pada dokumen yang kamu kirim. Apakah sudah lengkap atau belum? Mereka hanya ingin tahu bagaimana kemampuanmu, dan kontribusi mu apabila mendapatkan beasiswa tersebut yang dituangkan dalam dokumen yang kamu kirim. Terutama di Motivation Letter.

Kata siapa? Siapapun memiliki kesempatan untuk kuliah di luar negeri. Bagi kamu yang mungkin IPK nya pas- pas an, tidak perlu khawatir. Kamu masih bisa mengirimkan aplikasimu. Buat penyeleksi terkesan dengan dokumen yang kamu kirimkan. Bahkan penasaran dan membuatmu dipanggil untuk interview. IPK tidak menjadi tolak ukur utama, yang terpenting adalah seberapa besar keinginan dan komitmen mu sehingga penyeleksi percaya bahwa kamu berhak mendapatkan Golden Ticket ini.

Memang bahasa Inggris merupakan salah satu penilaian. Tapi ada beberapa beasiswa yang tidak terlalu memperhatikan hal ini. Terutama di negara- negara yang tidak memakai bahasa Inggris sebagai bahasa utama mereka. Seperti saja Jepang. Namun, bukankah tidak ada yang salah dengan belajar bahasa Inggris? Atau bahkan bahasa asing lainnya? Itu merupakan salah satu nilai plus nantinya untuk kalian.

Bagaimana? Masih percaya dengan mitos- mitos tentang kuliah di luar negeri? Tunggu apalagi! Ayo wujudkan impianmu! Komitmen, usaha, dan berdoa!