5 Alasan Sekolah Terlalu Lama Sangat Tidak Efektif

Sekolah adalah tempat di mana anak-anak belajar berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan yang berguna untuk masa depan mereka. Di sekolah, siswa dapat memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan untuk menghadapi tantangan dan peluang di abad ke-21.
Namun, apakah sekolah harus berlangsung terlalu lama? Apakah ada dampak negatif dari sekolah yang terlalu lama bagi siswa dan guru? Dalam artikel ini, kita akan membahas beberapa alasan mengapa sekolah terlalu lama sangat tidak efektif.
1. Sekolah terlalu lama dapat menurunkan motivasi dan prestasi siswa

Menurut sebuah studi yang dilakukan oleh Teddlie, Kirby, dan Stringfield (1991) , guru di sekolah yang lebih efektif memiliki skor yang lebih tinggi pada semua dimensi pengajaran yang efektif, seperti keterlibatan siswa, kualitas instruksi, dan manajemen kelas. Sebaliknya, guru di sekolah yang kurang efektif cenderung menggunakan metode pengajaran yang monoton, tidak bervariasi, dan tidak menarik perhatian siswa. Hal ini dapat menyebabkan siswa merasa bosan, lelah, dan tidak tertantang di sekolah.
Motivasi dan prestasi siswa sangat dipengaruhi oleh suasana belajar di kelas. Jika siswa merasa bahwa materi pelajaran tidak relevan, tidak menarik, atau terlalu sulit, mereka mungkin akan kehilangan minat dan semangat untuk belajar. Jika siswa merasa bahwa guru tidak peduli, tidak mendukung, atau tidak memberikan umpan balik yang membangun, mereka mungkin akan kehilangan rasa percaya diri dan harapan untuk berhasil.
Oleh karena itu, sekolah perlu memastikan bahwa guru memiliki keterampilan dan sumber daya yang memadai untuk mengajar dengan efektif dan memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa.
2. Sekolah terlalu lama dapat mengurangi waktu untuk kegiatan lain yang penting bagi perkembangan siswa

Siswa yang menghabiskan waktu terlalu lama di sekolah mungkin tidak memiliki cukup waktu untuk melakukan kegiatan lain yang juga bermanfaat bagi perkembangan mereka, seperti bermain, bersosialisasi, berolahraga, berkreasi, atau beristirahat. Kegiatan-kegiatan ini dapat membantu siswa mengembangkan kesehatan fisik dan mental, keterampilan sosial dan emosional, bakat dan minat, serta keseimbangan hidup.
Kegiatan-kegiatan ini juga dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar dari pengalaman nyata dan mengaplikasikan apa yang mereka pelajari di sekolah. Misalnya, bermain dapat melatih imajinasi dan kreativitas siswa; bersosialisasi dapat melatih komunikasi dan kerja sama siswa; berolahraga dapat melatih koordinasi dan stamina siswa; berkreasi dapat melatih ekspresi dan inovasi siswa; dan beristirahat dapat melatih relaksasi dan pemulihan siswa.
Oleh karena itu, sekolah perlu memberikan fleksibilitas dan kebebasan bagi siswa untuk memilih dan melakukan kegiatan lain yang sesuai dengan minat dan kebutuhan mereka.
3. Sekolah terlalu lama dapat menyebabkan stres dan tekanan bagi siswa dan guru

Siswa yang mengikuti sekolah terlalu lama mungkin harus menghadapi beban tugas dan ujian yang berlebihan. Hal ini dapat menimbulkan stres dan tekanan bagi siswa, terutama jika mereka merasa tidak mampu atau tidak mendapat dukungan yang cukup dari guru atau orang tua. Stres dan tekanan ini dapat berdampak negatif pada kesejahteraan psikologis siswa, seperti menurunkan kepercayaan diri, meningkatkan kecemasan, atau menyebabkan depresi. Stres dan tekanan ini juga dapat mengganggu konsentrasi, ingatan, dan pemecahan masalah siswa, yang dapat mempengaruhi prestasi akademik mereka.
Selain itu, guru yang mengajar di sekolah terlalu lama juga dapat mengalami stres dan tekanan akibat tuntutan pekerjaan yang tinggi, kurangnya sumber daya dan fasilitas, serta rendahnya penghargaan dan pengembangan profesional. Stres dan tekanan ini dapat berdampak negatif pada kesejahteraan psikologis guru, seperti menurunkan motivasi, komitmen, atau kepuasan kerja.
Stres dan tekanan ini juga dapat mengganggu kinerja, kualitas, dan efektivitas pengajaran guru. Oleh karena itu, sekolah perlu memberikan dukungan dan perlindungan yang memadai bagi siswa dan guru agar mereka dapat mengatasi stres dan tekanan dengan baik.
4. Sekolah terlalu lama dapat mengurangi efektivitas belajar siswa

Menurut sebuah penelitian yang dilakukan oleh Pope et al. (2014) , terlalu banyak mengerjakan PR dapat mengurangi efektivitas belajar siswa dan bahkan menjadi kontraproduktif. Mereka menyebutkan bahwa manfaat PR mencapai titik jenuh pada sekitar dua jam per malam, dan bahwa 90 menit hingga dua setengah jam adalah optimal untuk siswa SMA. Penelitian mereka menemukan bahwa terlalu banyak PR dikaitkan dengan:
- Penurunan kesehatan fisik siswa, seperti gangguan tidur, sakit kepala, masalah pencernaan, atau penurunan berat badan.
- Kurangnya keseimbangan hidup siswa, seperti kurangnya waktu untuk keluarga, kegiatan ekstrakurikuler, hobi, atau bersantai.
- Penurunan sikap positif terhadap sekolah, seperti menurunnya minat, kesenangan, atau rasa percaya diri dalam belajar.
PR seharusnya merupakan alat bantu belajar yang dapat membantu siswa mengulang, memperdalam, atau memperluas materi pelajaran yang telah dipelajari di sekolah. Namun, jika PR terlalu banyak atau terlalu sulit, PR dapat menjadi beban belajar yang tidak efektif dan tidak menyenangkan bagi siswa. Oleh karena itu, sekolah perlu menyesuaikan jumlah dan tingkat kesulitan PR dengan kemampuan dan kebutuhan siswa agar PR dapat memberikan manfaat yang optimal bagi belajar siswa.
5. Sekolah terlalu lama dapat menghambat kreativitas dan inovasi siswa

Siswa yang mengikuti sekolah terlalu lama mungkin tidak memiliki kesempatan untuk mengeksplorasi minat dan bakat mereka yang berbeda dari kurikulum sekolah. Hal ini dapat menghambat kreativitas dan inovasi siswa, yang merupakan keterampilan penting di abad ke-21. Siswa yang kreatif dan inovatif dapat berpikir di luar kotak, menemukan solusi baru, dan beradaptasi dengan perubahan. Siswa yang kreatif dan inovatif juga dapat memberikan kontribusi positif bagi masyarakat dan dunia.
Kreativitas dan inovasi siswa dapat berkembang jika mereka diberikan ruang dan waktu untuk bereksperimen, berekspresi, dan berkolaborasi dengan sesama siswa atau orang lain yang memiliki minat dan bakat yang sama atau berbeda. Misalnya, siswa dapat membuat proyek, produk, atau karya seni yang menunjukkan ide-ide orisinal dan unik mereka; siswa dapat mengikuti lomba, kompetisi, atau festival yang menantang kemampuan dan kreativitas mereka; siswa dapat bergabung dengan klub, komunitas, atau organisasi yang sesuai dengan minat dan bakat mereka.
Oleh karena itu, sekolah perlu memberikan kesempatan dan fasilitas bagi siswa untuk mengembangkan kreativitas dan inovasi mereka di luar kurikulum sekolah.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa sekolah terlalu lama sangat tidak efektif bagi siswa dan guru. Sekolah terlalu lama dapat menurunkan motivasi dan prestasi siswa, mengurangi waktu untuk kegiatan lain yang penting bagi perkembangan siswa, menyebabkan stres dan tekanan bagi siswa dan guru, mengurangi efektivitas belajar siswa, dan menghambat kreativitas dan inovasi siswa.
Oleh karena itu, perlu adanya perubahan dalam sistem pendidikan yang dapat memberikan waktu yang cukup dan sesuai bagi siswa dan guru untuk belajar dan mengajar dengan optimal.