Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Memahami Perbedaan Puisi Lama dan Puisi Baru

Ilustrasi orang sedang membaca puisi (pexels.com/Hebert Santos)

Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang memiliki keunikan sendiri. Puisi adalah karya sastra yang sangat terikat dengan aturan tertentu, seperi irama, rima, baris, dan bait. Puisi merupakan karya sastra yang hidup melalui perasaan dan pikiran untuk menyampaikan suatu hal tertentu.

Dalam perkembangannya, puisi terbagi menjadi dua aliran utama, yaitu puisi lama dan puisi baru. Meskipun keduanya sama-sama bertujuan mengungkapkan perasaan dan pemikiran dari pengarang, namun terdapat perbedaan antar kedua puisi tersebut. 

Berikut ini telah kami rangkum mengenai perbedaan puisi lama dan puisi baru lengkap beserta pengertian dan ciri-cirinya.

1. Pengertian serta jenis puisi lama dan puisi baru

ilustrasi puisi (pixabay.com/mozlase_)

Puisi Lama 

Puisi lama adalah puisi yang masih terikat oleh persajakan, pengaturan larik dalam setiap bait, dan jumlah kata dalam setiap larik, serta musikalitas. Jenis-jenis puisi lama ialah:

  • pantun
  • gurindam
  • seloka
  • talibun
  • syair
  • karmina

Puisi Baru 

Puisi baru adalah puisi yang tidak terikat oleh pengaturan dalam penciptaan puisi. Meski tidak terikat, tetap ada banyak aturan dalam puisi modern, seperti ritme, rima, dan musikalitas. Jenis-jenis puisi baru ialah:

  • Balada
  • Himne
  • Elegi
  • Epigram
  • Ode 
  • Romansa
  • Satire

2. Ciri-ciri puisi lama dan puisi baru

ilustrasi puisi (unsplash.com/Aaron Burden)

Dikutip dari Bobo Grid, ciri-ciri dari puisi lama antara lain:

  1. Bagian dari sastra lisan karena disampaikan atau diajarkan melalui mulut ke mulut.
  2. Bersifat anonim atau tidak diketahui dengan jelas nama penulis puisi tersebut.
  3. Puisi lama memiliki gaya bahasa tetap atau statis dan banyak bahasa klise yang digunakan dalam penulisannya. Bahasa klise adalah bahasa yang umum digunakan atau sering diucapkan dan diterapkan dalam perbincangan sehari-hari.
  4. Terikat dengan jumlah rima dan baris, serta intonasi, diksi, irama, dan hal-hal lainnya.

Berikut ciri-ciri dari puisi baru:

  1. Puisi baru menggunakan pola sajak syair atau pantun.
  2. Pada puisi baru, nama pengarang dicantumkan.
  3. Penggunaan gaya bahasa pada puisi baru dinamis sehingga berubah-ubah.
  4. Puisi baru bersifat simetris yakni memiliki bentuk yang rapi, namun semakin berkembangnya zaman, puisi baru lebih bebas.
  5. Puisi baru memiliki satuan gatra, bait, atau sintaksis. Dalam satu bait tidak lagi ditentukan harus berapa larik.

3. Perbedaan puisi lama dan puisi baru

Ilustrasi puisi (Pexels.com/Thought Catalog)

Perbedaan utama antara puisi lama dan puisi baru terletak pada gaya dan cara penyampaian pesan. Puisi lama lebih mengutamakan keindahan bahasa dan simbolisme, sedangkan puisi baru lebih fokus pada kebebasan ekspresi dan pengungkapan diri. Puisi lama sering kali terasa lebih formal dan kaku, sedangkan puisi baru memberikan kebebasan dalam menggali dan mengekspresikan perasaan dengan cara yang lebih personal.

Berikut ini penjelasan mengenai perbedaan puisi lama dan puisi baru menurut bagian-bagiannya: 

  • Irama 

Puisi lama dan baru terletak pada irama saat pengucapan atau pembacaannya. Pada puisi lama iramanya harus tetap, yaitu dua kata dalam sekali ucap. Sedangkan pada puisi baru iramanya dinamis dan sering dibuat mengikuti suasana yang diciptakan penulis sehingga perasaan dan pesan penulis tentang puisi tersebut dapat tersampaikan dengan baik kepada pembaca.

  • Bentuk 

Bentuk adalah hal fisik yang akan terlihat dari tampilan sebuah puisi. Pada puisi lama, bentuknya memiliki aturan seperti yang telah dijelaskan pada bagian pengertian. Begitupun dengan puisi baru yang sifatnya lebih bebas dan tidak terikat aturan dalam bentuk penulisannya.

  • Penulis 

Perbedaan selanjutnya terletak pada bagian penulis. Pada puisi lama, penulisnya tidak diketahui, sedangkan pada puisi modern penulisnya diketahui bahkan dikenal. Hal tersebut dikarenakan puisi lama merupakan bagian dari budaya yang disampaikan secara turun-temurun sehingga masyarakat lebih mementingkan nilai kebaikan yang terdapat dalam puisi untuk dijadikan pembelajaran kepada generasi penerusnya.

  • Persebaran

Karena disampaikan secara turun-temurun, puisi lama hanya dapat disebarkan dari lisan ke lisan, di mana biasanya dijadikan sebagi bentuk nasihat. Hal tersebut yang juga mendukung fakta bahwa nama penulis pada puisi lama tidak diketahui. Sementara, pada puisi baru dapat disebarkan melalui lisan maupun tulisan. Pada masa kini, begitu banyak media massa yang menyediakan rubrik khusus puisi. Hal tersebut yang membuat penulis puisi modern lebih mudah diketahui dan dikenal.

  • Isi

Puisi lama dan baru dengan gaya modern juga memiliki perbedaan pada isinya. Pada puisi lama isi lebih mengarah kepada bentuk nasihat, sedangkan pada puisi baru umumnya berisi tentang curahan hati sang penulis.

4. Contoh puisi lama dan puisi baru

ilustrasi puisi (unsplash.com/Thought Catalog)

Contoh puisi lama:

Bangunan ini sudah tua
Namun jangan dikira renta
Kemarilah untuk bermimpi dan berharap
Tentang gelora masa muda
Jika memang punya mimpi
Datanglah belajar di sini
Sebagai bekal untuk diri
Kelak berguna masa nanti
Bangunan tua ini sekolahmu
Sekolah untuk menimba ilmu
Belajar tekun bersama Guru
Untuk ilmu yang baru

Contoh puisi baru: 

Ibu musang di lindung pohon tua meliang
Bayinya dua ditinggal mati lakinya.
Bualan sabit terkait malam memberita datangnya
Waktu makan bayi-bayinya mungil sayang.
Matanya berkata pamitan, bertolaklah ia
Dirasukinya dusun-dusun, semak-semak, taruhan harian atas nyawa.
Burung kolik menyanyikan berita panas dendam warga desa
Menggetari ujung bulu-bulunya tapi dikibaskannya juga.
Membubung juga nyanyi kolik sampai mati tiba-tiba
Oleh lengking pekik yang lebih menggigitkan pucuk-pucuk daun
Tertangkap musang betina dibunuh esok harinya.
Tiada pulang ia yang mesti rampas rejeki hariannya
Ibu yang baik, matinya baik, pada bangkainya gugur pula dedaun tua.
Tiada tahu akan meraplah kolik meratap juga
Dan bayi-bayinya bertanya akan bunda pada angin tenggara
Lalu satu ketika di pohon tua meliang
Matilah anak-anak musang, mati dua-duanya.
Dan jalannya semua peristiwa
Tanpa dukungan satu dosa, tanpa.

Penulis: Hanna Aprelia Elfrida Saragih 

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sierra Citra
Febriyanti Revitasari
Sierra Citra
EditorSierra Citra
Follow Us