Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Alasan Produk Organik Mahal, Lebih Ramah Lingkungan

ilustrasi buah-buahan organik (pexels.com/dariabuntaria)
Intinya sih...
  • Produk organik dihargai mahal karena proses pengolahan alami tanpa bahan kimia.
  • Sayuran organik cepat layu, umur simpan pendek, tapi mengandung lebih banyak gizi.
  • Produksi skala kecil dan perhatian pada lingkungan membuat produk organik lebih mahal.

Pernakah kamu membeli sayuran dengan label organik di supermarket yang harganya jauh lebih mahal dibanding dengan sayuran non-organik? Padahal dari tampilan sayuran non-organik lebih segar, hijau, dan berukuran besar. Gak hanya sayuran, daging ayam dari peternakan organik, hingga produk kecantikan oraganik memiliki harga yang lebih mahal daripada produk yang dijual dari harga pasar.

Produk organik merupakan barang yang dihasilkan dari proses pengolahan tanpa tambahan zat kimia atau rekayasa genetik. Produk organik mempunyai banyak keunggulan, misalnya lebih sehat dan ramah lingkungan. Inilah 5 alasan mengapa produk-produk organik dihargai mahal.

1. Proses pengolahan

ilustrasi peternakan ayam (pexels.com/magda-ehlers)

Seperti yang kita tahu, produk organik mengutamakan kealamian dalam proses pengolahan. Gak ada campuran atau tambahan bahan kimia dalam pembuatannya. Misalnya, sayuran organik gak menggunakan pupuk atau pestisida kimia. Sehingga dari tampilannya, sayuran organik cenderung cepat layu dan gak berwarna cerah seperti sayuran dengan tambahan pupuk kimia. 

Sama seperti daging ayam dari peternakan organik yang cenderung mengandung sedikit daging. Dibanding dengan daging ayam yang berasal dari peternakan non-organik yang mendapat suntikan hormon, sehingga ayam ini terlihat gemuk dan masa ternaknya lebih singkat dibanding peternakan ayam organik.

Produk organik bebas dari bahan-bahan kimia yang mampu menurunkan gizi atau kualitas dari produk tersebut. Inilah mengapa produk dari pertanian dan peternakan organik punya masa pengolahan lebih panjang dibanding dengan produk-produk yang tercampur bahan kimia. Proses yang panjang ini tentu membutuhkan waktu dan sumber daya yang lebih besar.

2. Umur simpan produk

ilustrasi panen buah nanas (pexels.com/quang-nguyen-vinh)

Jika dibandingkan dengan sayuran non-organik, sayuran organik cenderung lebih cepat layu dan membusuk. Oleh sebab itu, sayuran atau produk organik harus segera dikonsumsi setelah dipanen atau dimasak. Kebanyakan produk organik merupakan produk lokal, yang pendistribusiannya berputar di satu kota saja. Sehingga, makanan cepat sampai ke tangan konsumen.

Selain sayuran, produk organik lainnya cenderung memiliki umur simpan yang lebih singkat. Biasanya produk organik akan segera kadaluarsa dalam hitungan bulan. Makanan organik gak mengandung bahan pengawet yang berfungsi untuk menghambat organisme atau bakteri mengurai makanan, sehingga makanan gak cepat membusuk. Sayangnya, bahan pengawet terutama pengawet buatan gak aman dikonsumsi dalam jangka panjang. 

3. Kandungan nutrisi dan gizi

ilustrasi keluarga makan buah (pexels.com/rodnae-prod)

Makanan yang berasal dari sayuran berpestisida cenderung kehilangan banyak nutrisi. Karena residu pestisida mengikis kandungan gizi dalam sayuran. Dengan mengonsumsi sayuran organik, gizi dan nutrisi yang diperoleh dapat maksimal.

Selain itu, makanan protein hewani seperti daging ayam dan sapi yang berasal dari peternakan konvensional cenderung memiliki sedikit bakteri resisten. Karena, hewan ternak sedikit mendapat antibiotik yang menyebabkan bakteri kebal. Sehingga, hewan dari peternakan organik lebih sehat dikonsumsi.

4. Memperhatikan dampak lingkungan

ilustrasi produksi tekstil (pexels.com/ivan-samkov)

Produk organik diolah dengan pertimbangan kondisi lingkungan. Misalnya kain katun organik berasal dari pohon kapas yang ditanam secara ramah lingkungan. Dari budidayanya, kapas organik gak boros dalam menggunakan irigasi air, serta gak memakai pupuk dan pestisida sintetis yang dapat merusak unsur hara tanah.

Contoh lain adalah produk kecantikan non-organik yaitu scrub yang mengandung microbeads. Meskipun mampu mengangkat sel kulit mati, sisa microbeads dalam scrub yang terbuang ke sungai mampu mencemari ekosistem karena berasal dari butiran mikroplastik. Tentu saja plastik merupakan bahan yang gak mudah terurai dan menimbulkan polusi.

Hasil produk yang memperhatikan dampak pada lingkungan tentu dibuat dengan perencanaan yang matang dengan bahan baku yang terbaik yang gak mencemari lingkungan. Hal ini membuat produk organik dihargai lebih mahal karena membutuhkan biaya pemeliharaan lingkungan.

5. Belum masuk skala industri

ilustrasi pertanian (pexels.com/quang-nguyen-vinh)

Bahan pangan organik jarang diproduksi dalam skala industri karena pertimbangan biaya dan waktu. Pertanian organik membutuhkan waktu panen yang lebih lama dengan hasil lebih sedikit dibandingkan dengan pertanian non-organik. Biaya produksi yang besar menjadi pertimbangan para produseb untuk memilih pertanian non-norganik yang lebih terjangkau di pasaran.

Gak hanya pada bidang pertanian, barang-barang organik lainnya seperti sabun, pakaian, hingga minuman organik kebanyakan diproduksi dalam skala rumahan, skala kecil, hingga skala sedang. Permintaan konsumen yang rendah juga menjadi penyebab mengapa produk-produk organik belum masuk skala industri.

Produk-produk organik layak dihargai lebih mahal karena banyak pertimbangan. Mulai dari proses pengolahan yang panjang, memperhatikan dampak lingkungan, dan tetap menjaga nutrisi dan gizi. Tentu kamu gak akan menyesal untuk merogoh kocek lebih untuk mengonsumsi produk organik.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Hella Pristiwa
EditorHella Pristiwa
Follow Us