15 Biografi Singkat Pahlawan dan Tokoh Nasional, Pelajari!

Kenali sejarah negaramu dan banggalah

Peran para pejuang terdahulu yang dengan berani memperjuangkan kedamaian dan kebebasan bangsa Indonesia tercetak jelas dalam biografi singkat Pahlawan Nasional. Melalui ini, kamu bisa mengetahui berbagai informasi tambahan yang penting untuk diketahui soal kisah mereka dalam mencapai kemerdekaan. 

Gak jarang juga, biografi tersebut menjadi inspirasi banyak orang, terutama generasi penerus bangsa untuk mampu membawa nama Indonesia ke arah yang lebih baik. Maka dari itu, sebagai sebuah pengingat jasa-jasa mereka, berikut ini sederet biografi singkat para pahlawan dan tokoh Tanah Air yang bisa kamu ketahui.

1. Biografi singkat Presiden Sukarno

15 Biografi Singkat Pahlawan dan Tokoh Nasional, Pelajari!Presiden Sukarno (commons.wikimedia.org)

Orientasi:

Presiden pertama Republik Indonesia Sukarno, biasa dipanggil Bung Karno, lahir di Surabaya, Jawa Timur, 6 Juni 1901. Ayahnya bernama Raden Soekemi Sosrodihardjo dan ibunya Ida Ayu Nyoman Rai.

Semasa hidupnya, ia dikaruniai delapan anak. Dari istri Fatmawati, ia mempunyai anak Guntur, Megawati, Rachmawati, Sukmawati, dan Guruh. Dari istri Hartini, ia dikaruniai Taufan dan Bayu, sedangkan dari istri Ratna Sari Dewi, perempuan keturunan Jepang bernama asli Naoko Nemoto, mempunyai anak Kartika.

Peristiwa Penting:

Memiliki nama lahir Koesno Sosrodihardjo, Sukarno hanya beberapa tahun hidup bersama orangtuanya di Blitar. Semasa SD hingga tamat, ia tinggal di Surabaya, indekos di rumah Haji Oemar Said Tokroaminoto, politisi kawakan pendiri Syarikat Islam.

Kemudian, ia melanjutkan sekolah di HBS (Hoogere Burger School). Saat belajar di sana, Sukarno telah menggembleng jiwa nasionalismenya. Selepas lulus HBS tahun 1920, ia pindah ke Bandung dan melanjut ke THS (Technische Hoogeschool atau Sekolah Teknik Tinggi). Dari sana, ia berhasil meraih gelar insinyur "Ir" pada 25 Mei 1926.

Kemudian, Sukarno merumuskan ajaran Marhaenisme dan mendirikan PNI (Partai Nasional lndonesia) pada 4 Juli 1927 dengan tujuan Indonesia Merdeka. Akibatnya, Belanda memasukkannya ke penjara Sukamiskin, Bandung, pada 29 Desember 1929.

Delapan bulan kemudian, ia baru disidangkan. Dalam pembelaannya berjudul "Indonesia Menggugat", Bung Karno menunjukkan kemurtadan Belanda, bangsa yang mengaku lebih maju itu. Pembelaannya itu lantas membuat Belanda makin marah sehingga pada Juli 1930, PNI pun dibubarkan.

Setelah bebas pada tahun 1931, Bung Karno bergabung dengan Partindo dan sekaligus memimpinnya. Akibatnya, ia kembali ditangkap Belanda dan dibuang ke Ende, Flores, tahun 1933. Empat tahun kemudian, ia dipindahkan ke Bengkulu.

Setelah melalui perjuangan yang cukup panjang, Bung Karno dan Bung Hatta memproklamasikan kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945. Dalam sidang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945, Sukarno mengemukakan gagasan tentang dasar negara yang disebutnya sebagai Pancasila.

Tanggal 17 Agustus 1945, Sukarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Dalam sidang PPKI 18 Agustus 1945, Sukarno terpilih secara aklamasi sebagai Presiden Republik Indonesia yang pertama.

Sebelumnya, Sukarno juga berhasil merumuskan Pancasila yang kemudian menjadi dasar (ideologi) Negara Kesatuan Republik Indonesia. Selain berupaya mempersatukan nusantara, Bung Karno juga berusaha menghimpun bangsa-bangsa di Asia, Afrika, dan Amerika Latin dengan Konferensi Asia Afrika di Bandung pada 1955 yang kemudian berkembang menjadi Gerakan Non Blok.

Reorientasi:

Pemberontakan G30S/PKI melahirkan krisis politik hebat yang menyebabkan penolakan MPR atas pertanggungjawabannya. Sebaliknya, MPR mengangkat Soeharto sebagai Pejabat Presiden. Kesehatannya terus memburuk yang pada hari Minggu, 21 Juni 1970, ia meninggal dunia di RSPAD. Ia disemayamkan di Wisma Yaso, Jakarta dan dimakamkan di Blitar, Jawa Timur, dekat makam ibunya. Pemerintah menganugerahkannya sebagai "Pahlawan Proklamasi".

2. Biografi singkat Mohammad Hatta

15 Biografi Singkat Pahlawan dan Tokoh Nasional, Pelajari!Mohammad Hatta (commons.wikimedia.org)

Orientasi:

Dr. H. Mohammad Hatta lahir di Bukittinggi, 12 Agustus 1902. Laki-laki yang akrab disapa Bung Hatta ini merupakan pejuang kemerdekaan RI yang kerap disandingkan dengan Sukarno.

Tak hanya sebagai pejuang kemerdekaan, Bung Hatta juga dikenal sebagai seorang organisatoris, aktivis partai politik, negarawan, proklamator, pelopor koperasi, dan seorang wakil presiden pertama di Indonesia. Anak kedua dari pasangan Muhammad Djamil dan Siti Saleha ini juga pernah menjabat sebagai wakil presiden Indonesia serta pernah menjadi perdana menteri semasa Kabinet Hatta I-II dan RIS.

Peristiwa Penting:

Moh. Hatta mengenyam pendidikan formal untuk pertama kali di sekolah swasta. Namun, setelah 6 bulan, dirinya pindah ke sekolah rakyat dan sekelas dengan kakaknya Rafiah. Sayangnya, tidak begitu lama, pelajarannya berhenti di pertengahan semester 3.

Kemudian, ia pindah ke ELS (Europeesche Lagere School yang sekarang menjadi SMAN 1 Padang) hingga tahun 1913. Setelah itu, Hatta melanjutkan pendidikan di MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs).

Sejak menempuh pendidikan di MULO, Bung Hatta mulai tertarik dengan perkumpulan pemuda. Akhirnya, ia pun bergabung dengan Jong Sumatranen Bond dan menjadi bendahara di wilayah Padang pada tahun 1916.

Pengetahuan politiknya berkembang dengan cepat seiring dirinya yang sering menghadiri berbagai ceramah dan pertemuan-pertemuan politik. Sampai tahun 1921, Hatta menetap di Rotterdam, Belanda, dan bergabung dengan sebuah perkumpulan pelajar tanah air yang ada di Belanda, Indische Vereeniging.

Wakil presiden pertama RI ini tentu juga memberikan andil besar dalam meraih kemerdekaan Indonesia. Pada 22 Juni 1945, BPUPKI membentuk panitia kecil yang dikenal dengan panitia sembilan. Anggotanya adalah Ir. Sukarno, Bung Hatta, Mohammad Yamin, Ahmad Soebardjo, A.A. Maramis, Abdulkahar Muzakir, Wahid Hasyim, H. Agus Salim, dan Abikusno Tjokrosujoso.

Pada tanggal 16 Agustus 1945, terjadi penculikan Bung Karno dan Bung Hatta oleh golongan pemuda dan mereka membawa Bung Karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklok dan penculikan ini dikenal dengan Peristiwa Rengasdengklok. Penculikan ini dilakukan agar proklamasi segera dilaksanakan secepatnya.

Kemudian pada 17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta pukul 10.00 WIB, proklamsi Kemerdekaan pun dibacakan. Berselang sehari, yaitu pada tanggal 18 Agustus 1945, Bung Hatta resmi menjadi Wakil Presiden RI mendampingi Bung Karno.

Setelah menjadi wakil presiden, Bung Hatta masih aktif dalam memberikan ceramah ke berbagai lembaga pendidikan tinggi. Pada tanggal 12 Juli 1947, Hatta mengadakan Kongres Koperasi yang pertama (ditetapkan sebagai Hari Koperasi Indonesia). Dirinya pun ditetapkan sebagai Bapak Koperasi Indonesia.

Reorientasi:

Bung Hatta menghembuskan napas terakhirnya pada 14 Maret 1980. Keesokan harinya, ia disemayamkan di rumahnya di Jalan Diponegoro 57, Jakarta, dan kemudian dimakamkan di TPU Tanah Kusir, Jakarta dengan upacara kenegaraan yang dipimpin oleh Wakil Presiden Adam Malik.

Selain dinobatkan sebagai Bapak Koperasi Indonesia, pada 1986, semasa pemerintahan Soeharto, Bung Hatta ditetapkan sebagai Pahlawan Proklamator dan pada 7 November 2012, ia juga ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional.

3. Biografi singkat Kapitan Pattimura

15 Biografi Singkat Pahlawan dan Tokoh Nasional, Pelajari!Kapitan Pattimura (dok. Kemensos)

Orientasi:

Pattimura lahir pada tanggal 8 Juni 1783 dari ayah Frans Matulesi dengan ibu Fransina Silahoi. Dikatakan bahwa Pattimura termasuk keturunan bangsawan dan berasal dari Nusa Ina, Pulau Seram, Maluku.

Ia adalah pahlawan yang berjuang untuk Maluku melawan VOC Belanda. Sebelumnya, Pattimura adalah mantan sersan di militer Inggris. Pada tahun 1816, Inggris bertekuk lutut kepada Belanda.

Kedatangan kembali kolonial Belanda pada tahun 1817 ke Tanah Maluku mendapat tantangan keras dari rakyat. Karena kondisi politik, ekonomi, dan hubungan kemasyarakatan yang buruk selama dua abad, rakyat Maluku akhirnya bangkit mengangkat senjata di bawah pimpinan Kapitan Pattimura.

Peristiwa Penting:

Dalam perjuangan menentang Belanda, dia dipilih oleh rakyat Saparua untuk memimpin perlawanan. Untuk itu, ia pun dinobatkan sebagai Kapitan Pattimura. Sebagai panglima perang, Kapitan Pattimura mengatur strategi perang bersama pembantunya.

Dia berhasil mengoordinasi raja-raja dan patih dalam melaksanakan kegiatan pemerintahan, memimpin rakyat, mengatur pendidikan, menyediakan pangan, dan membangun benteng-benteng pertahanan. Ia juga menggalang persatuan dengan kerajaan Ternate dan Tidore serta raja-raja di Bali, Sulawesi, dan Jawa.

Pada tanggal 16 Mei 1817, sebuah pertempuran yang luar biasa terjadi. Rakyat Saparua, di bawah kepemimpinan Kapitan Pattimura, berhasil merebut Benteng Duurstede. Tentara Belanda yang ada dalam benteng itu semuanya tewas, termasuk Residen Van den Berg.

Pasukan Belanda yang kemudian dikirim untuk merebut kembali benteng tersebut, juga dikalahkan oleh pasukan Kapitan Pattimura. Alhasil, selama tiga bulan, benteng Duurstede berhasil dikuasai pasukan Kapitan Patimura. Namun, Belanda tidak mau menyerahkan begitu saja.

Belanda kemudian melakukan operasi besar-besaran dengan mengerahkan pasukan lebih banyak yang dilengkapi persenjataan modern. Pasukan Pattimura akhirnya kewalahan dan terpukul mundur.

Di sebuah rumah di Siri Sori, Kapitan Pattimura berhasil ditangkap pasukan Belanda. Bersama beberapa anggota pasukannya, dia dibawa ke Ambon. Di sana, beberapa kali ia dibujuk agar bersedia bekerja sama dengan pemerintah Belanda. Namun, selalu ditolaknya.

Reorientasi:

Para tokoh pejuang akhirnya berhasil ditangkap dan harus mengakhiri pengabdiannya di tiang gantungan pada tanggal 16 Desember 1817 di kota Ambon. Atas kegigihannya memperjuangkan kemerdekaan, Kapitan Pattimura dikukuhkan sebagai "Pahlawan Perjuangan Kemerdekaan" oleh pemerintah Republik Indonesia.

Baca Juga: 10 Potret Benteng Duurstede, Saksi Bisu Perjuangan Kapitan Pattimura

4. Biografi singkat Ki Hajar Dewantara

15 Biografi Singkat Pahlawan dan Tokoh Nasional, Pelajari!Ki Hajar Dewantara (commons.wikimedia.org)

Orientasi:

R.M. Suwardi Suryaningrat, yang kemudian lebih dikenal dengan nama Ki Hajar Dewantara, lahir di Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889. Sesudah menamatkan sekolah dasar, ia melanjutkan pendidikannya ke STOVIA di Jakarta, tetapi tidak sampai selesai.

Sesudah itu, Ki Hajar Dewantara bekerja sebagai wartawan dan membantu beberapa surat kabar, antara lain Sedyotomo, Midden Java, De Express, dan Utusan Hindia. Bersama Douwes Dekker dan dr. Cipto Mangunkusumo, pada tanggal 25 Desember 1912, ia mendirikan Indische Partij yang bertujuan mencapai Indonesia merdeka.

Peristiwa Penting:

Pada tahun 1913, Ki Hajar Dewantara ikut membentuk Komite Bumiputra. Melalui komite tersebut, dilancarkan kritik terhadap pemerintah Belanda yang bermaksud merayakan seratus tahun bebasnya negeri Belanda dan penjajahan Prancis.

Karangannya yang berjudul Als Ik een Nederlander was ('Seandainya Aku Seorang Belanda') berisi sindiran dan kecaman yang pedas. Akibatnya, pada Agustus 1913, ia dibuang ke negeri Belanda. Kesempatan itu dimanfaatkannya untuk mendalami masalah pendidikan dan pengajaran sehingga ia berhasil memperoleh Europeesche Akte.

Setelah kembali ke tanah air pada tahun 1918, Ki Hajar Dewantara mencurahkan perhatiannya di bidang pendidikan. Pada 3 Juli 1922, ia pun mendirikan Taman Siswa, sebuah perguruan yang bercorak nasional. Kepada anak didik, ditanamkan rasa kebangsaan agar mereka mencintai bangsa dan tanah air dan berjuang untuk memperoleh kemerdekaan.

Banyak rintangan yang dihadapi dalam membina Taman Siswa, antara lain adanya Ordonansi Sekolah Liar yang dikeluarkan oleh Pemerintah Belanda. Namun, berkat perjuangannya, ordonansi itu dicabut kembali.

Pada masa Pendudukan Jepang, kegiatan di bidang politik dan pendidikan tetap dilanjutkan Ki Hajar Dewantara. Sewaktu pemerintah Jepang membentuk Pusat Tenaga Rakyat (Putera) pada 1943, ia duduk sebagai salah seorang pemimpinnya bersama Ir. Sukarno, Drs. Muhammad Hatta, dan K.H. Mas Mansur. Selain itu, jabatan yang pernah dipegangnya setelah Indonesia merdeka ialah Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan.

Reorientasi:

Ki Hajar Dewantara dikenal sebagai Bapak Pendidikan Nasional dan pendiri Taman Siswa. Ajarannya yang terkenal ialah "Tut wuri handayani, ing madya mangun karsa, ing ngarsa sung tuladha" yang berarti 'Di belakang memberi dorongan, di tengah membangun semangat, di depan memberi contoh.'

Ia meninggal dunia pada 28 April 1959 di Yogyakarta dan dimakamkan di sana. Hari lahir Ki Hajar Dewantara, 2 Mei, diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional.

5. Biografi singkat R.A. Kartini

15 Biografi Singkat Pahlawan dan Tokoh Nasional, Pelajari!RA Kartini (commons.wikimedia.org)

Orientasi:

Raden Ajeng Kartini adalah putri kelima dari sebelas bersaudara putra-putri R.M. Ario Sosroningrat, seorang adipati di Jepara. Memiliki nama lengkap Raden Ajeng Kartini Djojo Adhiningrat, pada usia 12–16 tahun, Kartini hidup dalam pingitan. Pada masa inilah, Kartini menghabiskan waktunya dengan membaca dan menulis surat kepada sahabat-sahabatnya di Negeri Kincir Angin.

Peristiwa Penting:

Kartini memperjuangkan cita-citanya untuk mewujudkan persamaan hak laki-laki dan perempuan. Dia mendirikan sekolah untuk anak gadis di Kota Jepara setelah menikah pada 8 November 1903 dengan Bupati Rembang, R. Adipati Joyodiningrat. Dirinya juga mendirikan sekolah untuk perempuan di Rembang atas izin suaminya.

Reorientasi:

Kartini wafat ketika usianya kurang lebih 25 tahun, 4 hari setelah melahirkan anak pertamanya, R.M. Susalit (17 September 1904). Oleh J.H. Abendanon, 106 pucuk surat Kartini diterbitkan menjadi sebuah buku dengan judul Door Duistenis Tot Licht.

Kemudian, buku tersebut diterjemahkan oleh Armijn Pane dengan judul "Habis Gelap Terbitlah Terang" sebagai penghargaan atas jasa-jasanya. Berdasarkan SK Presiden RI No. 108/1964, Kartini dianugerahi gelar Pahlawan Kemerdekaan Nasional.

6. Biografi singkat Bung Tomo

15 Biografi Singkat Pahlawan dan Tokoh Nasional, Pelajari!Bung Tomo (commons.wikimedia.org/Alex Mendur)

Orientasi:

Sutomo, lebih dikenal sebagai Bung Tomo, dilahirkan di Kampung Blauran, di pusat Kota Surabaya. Ayahnya bernama Kartawan Tjiptowidjojo, seorang kepala keluarga dari kelas menengah.

Ibunya berdarah campuran Jawa Tengah, Sunda, dan Madura. Dirinya juga mengaku mempunyai pertalian darah dengan beberapa pendamping dekat Pangeran Diponegoro yang dikebumikan di Malang.

Bung Tomo pernah bekerja sebagai pegawai pemerintahan, staf pribadi di sebuah perusahaan swasta, asisten di kantor pajak pemerintah, dan pegawai kecil di perusahaan ekspor-impor Belanda. Selain itu, ia juga pernah bekerja sebagai polisi di kotapraja dan pernah pula menjadi anggota Sarekat Islam sebelum pindah ke Surabaya dan menjadi distributor lokal untuk perusahaan mesin jahit Singer.

Peristiwa Penting:

Dibesarkan dalam keluarga kelas menengah, pendidikan menjadi hal penting yang harus diperoleh Sutomo dan keluarganya. Sutomo sendiri berkepribadian ulet, pekerja keras, serta memiliki daya juang yang sangat tinggi.

Di usia mudanya, Sutomo aktif dalam organisasi kepanduan atau KBI. Ia juga bergabung dengan sejumlah kelompok politik dan sosial. Pada 1944 ia menjadi salah satu anggota Gerakan Rakyat Baru.

Sejak kedatangan sekutu dan pasukan NICA di Surabaya, Bung Tomo berjuang mati-matian mempertahankan Surabaya dari cengkeraman Sekutu dan NICA. Bung Tomo memiliki pengaruh kuat di kalangan pemuda dan para pejuang. Dirinya dengan lantang membakar semangat pejuang untuk bertempur habis-habisan melawan pasukan sekutu.

Pertempuran tersebut dipicu oleh tewasnya Brigjen AWS Malaby dalam kontak senjata dengan pejuang. Meskipun kekuatan pejuang tidak seimbang dengan kekuatan pasukan sekutu, peristiwa pertempuran 10 November tercatat sebagai peristiwa terpenting dalam sejarah bangsa Indonesia.

Sekitar tahun 1950-an, Bung Tomo mulai aktif dalam kehidupan politik. Ia sempat menjadi Menteri Negara Urusan Bekas Pejuang Bersenjata/Veteran sekaligus Menteri Sosial sementara pada 1955–1956 semasa kabinet Burhanuddin Harahap. Bung Tomo juga pernah menjadi anggota DPR 1956–1959 dari Partai Rakyat Indonesia.

Pada masa pemerintahan Orde Baru, Bung Tomo banyak mengkritik kebijakan Soeharto yang dianggapnya mulai melenceng. Akibatnya, tanggal 11 April 1978, ia ditangkap dan dipenjara oleh pemerintahan Soeharto.

Padahal, jasanya begitu besar dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Satu tahun setelah ditahan, Bung Tomo kemudian dibebaskan dan tidak banyak aktif dalam kehidupan politik.

Reorientasi:

Bung Tomo dikenal sebagai muslim yang taat beribadah. Dirinya wafat ketika tengah menunaikan ibadah Haji di Padang Arafah, Mekah, pada 7 Oktober 1981. Jenazah Bung Tomo dibawa kembali ke tanah air dan dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum Ngagel di Surabaya.

7. Biografi singkat Cut Nyak Dien

15 Biografi Singkat Pahlawan dan Tokoh Nasional, Pelajari!Cut Nyak Dhien (commons.wikimedia.org)

Orientasi:

Cut Nyak Dhien merupakan salah seorang pahlawan nasional Indonesia dari Aceh yang berjuang melawan Belanda pada masa Perang Aceh. Ia dilahirkan dari keluarga bangsawan yang taat beragama di Lampadang, Kerajaan Aceh, wilayah VI Mukim pada tahun 1848.

Ayahnya bernama Teuku Nanta Setia, seorang ulèëbalang VI Mukim, yang juga merupakan keturunan Machmoed Sati, perantau dari Sumatra Barat. Oleh sebab itu, ayah dari Cut Nyak Dhien merupakan keturunan Minangkabau. Sementara itu, ibunya adalah putri ulèëbalang Lampagar.

Peristiwa Penting:

Pada masa kecilnya, Cut Nyak Dhien adalah anak yang rupawan. Ia memperoleh pendidikan di bidang agama dan rumah tangga. Banyak laki-laki yang suka dan berusaha melamarnya.

Menginjak usia 12 tahun, tepatnya pada 1862, ia sudah dinikahkan oleh orangtuanya pada dengan Teuku Cek Ibrahim Lamnga, putra dari ulèëbalang Lamnga XIII. Dari pernikahan tersebut, mereka dikaruniai satu anak laki-laki.

Pada tanggal 26 Maret 1873, Belanda menyatakan perang kepada Aceh dan mulai melepaskan tembakan meriam ke daratan Aceh dari kapal perang Citadel van Antwerpen. Perang Aceh pun meletus.

Pada perang pertama (1873–1874), Aceh—dipimpin oleh Panglima Polim dan Sultan Machmud Syah—bertempur melawan Belanda yang dipimpin Johan Harmen Rudolf Köhler. Saat itu, Belanda mengirimkan 3.198 prajurit.

Lalu, pada tanggal 8 April 1873, Belanda mendarat di Pantai Ceureumen di bawah pimpinan Köhler dan langsung bisa menguasai Masjid Raya Baiturrahman serta membakarnya. Cut Nyak Dhien yang melihat ini berteriak, "Lihatlah, wahai orang-orang Aceh! Tempat ibadah kita dirusak! Mereka telah mencorengkan nama Allah! Sampai kapan kita begini? Sampai kapan kita akan menjadi budak Belanda?"

Kesultanan Aceh dapat memenangkan perang pertama. Ibrahim Lamnga yang bertarung di garis depan kembali dengan sorak kemenangan. Di sisi lain, Köhler tewas tertembak pada April 1873.

Di bawah pimpinan Jenderal Jan van Swieten, daerah VI Mukim dapat diduduki Belanda pada tahun 1873, sedangkan Keraton Sultan jatuh pada tahun 1874. Cut Nyak Dhien dan bayinya akhirnya mengungsi bersama ibu-ibu dan rombongan lain pada 24 Desember 1875.

Suaminya, Ibrahim Lamnga, bertempur untuk merebut kembali daerah VI Mukim. Nahas, sang suami meninggal pada 29 Juni 1878 sewaktu bertempur di Gle Tarum. Hal ini membuat Cut Nyak Dhien sangat marah dan bersumpah akan menghancurkan Belanda.

Teuku Umar, tokoh pejuang Aceh, melamar Cut Nyak Dhien. Pada awalnya, Cut Nyak Dhien menolak. Namun, karena Teuku Umar mempersilakannya untuk ikut bertempur dalam medan perang, Cut Nyak Dien akhirnya menerima lamarannya dan menikah lagi dengan Teuku Umar pada tahun 1880.

Reorientasi:

Hal ini membuat meningkatnya moral semangat perjuangan Aceh melawan Kaphe Ulanda (Belanda Kafir). Nantinya, Cut Nyak Dhien dan Teuku Umar memiliki anak yang diberi nama Cut Gambang.

8. Biografi singkat Pangeran Antasari

15 Biografi Singkat Pahlawan dan Tokoh Nasional, Pelajari!lukisan Pangeran Antasari (wikipedia.org)

Orientasi:

Pangeran Antasari lahir pada tahun 1797 di daerah Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan. Ia merupakan salah satu pahlawan nasional yang menghabiskan hidupnya untuk mengusir Belanda dari Indonesia, terutama di daerah Banjar.

Nama aslinya sendiri bukanlah Pangeran Antasari, melainkan Gusti Inu Kartapati. Pada 14 Maret 1862, ia diberi gelar oleh pemimpin Kesultanan Banjar pada waktu itu dengan gelar "Panembahan Amirudin Khalifatul Mukminin" yang berarti seorang pemimpin pemerintah, seorang panglima perang dan juga pemuka agama. 

Peristiwa Penting:

Pada 25 April 1859, Pangeran Antasari dan pasukan menyerang tambang batu bara milik pemerintahan Belanda. Setelah kejadian itu, semakin banyak perpecahan peperangan yang terjadi di kota Banjar untuk melawan Belanda.

Banyak sekali pos-pos Belanda yang diserang oleh pasukan Pangeran Antasari, seperti di daerah Martapura, Tanah Laut, Tabalong, dan lainnya. Hal ini semakin membuat Belanda memperbanyak pasukannya. Akhirnya, pasukan Pangeran Antasari mengubah benteng pertahanannya di daerah Muara Teweh.

Sudah berkali-kali pemerintahan Belanda menyuruh Pangeran Antasari untuk menyerah. Namun, ia tak pernah mau dan tetap ingin melawan para penjajah.

Reorientasi:

Pada 11 Oktober 1862, Pangeran Antasari meninggal dunia karena sakit paru-paru dan cacar yang dideritanya. Setelah terkubur hampir 91 tahun di daerah hulu sungai, akhirnya makam Pangeran Antasari dipindahkan ke daerah pemakaman pahlawan Perang Banjar, Banjarmasin. Selain itu, dirinya juga ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional pada 27 Maret 1968 berdasarkan SK. No. 06/TK/1968.

Baca Juga: 5 Makna Penting yang Harus Diajarkan pada Anak di Hari Pahlawan 

9. Biografi singkat Jenderal Sudirman

15 Biografi Singkat Pahlawan dan Tokoh Nasional, Pelajari!Jenderal Sudirman (commons.wikimedia.org/NIGIS [Netherlands Indies Government Information Service])

Orientasi:

Raden Soedirman atau lebih dikenal sebagai Jenderal Sudirman, merupakan salah satu pahlawan nasional. Dirinya lahir pada 24 Januari 1916 di Purbalingga, tepatnya di Dukuh Rembang.

Ayahnya, Karsid Kartowirodji, merupakan seorang pekerja di Pabrik Gula Kalibagor, Banyumas, sedangkan ibunya, Siyem, merupakan keturunan Wedana Rembang. Jenderal Sudirman dirawat oleh Raden Tjokrosoenarjo dan istrinya yang bernama Toeridowati.

Peristiwa Penting:

Jenderal Sudirman mengenyam pendidikan keguruan di HIK. Di sana, ia belajar selama satu tahun setelah selesai melaksanakan belajarnya di Wirotomo.

Sudirman kemudian diangkat menjadi seorang jenderal ketika umurnya menginjak 31 tahun. Ia merupakan orang termuda sekaligus yang pertama di Indonesia.

Sejak kecil, Sudirman merupakan seorang anak yang pandai dan juga sangat menyukai organisasi. Dimulai dari organisasi yang terdapat di sekolahnya dahulu, ia sudah menunjukkan sosok pemimpin yang disukai masyarakat.

Keaktifannya selama di pramuka hizbul watan menjadikan Sudirman seorang guru sekolah dasar Muhammadiyah di Kabupaten Cilacap. Setelah itu, ia berlanjut menjadi seorang kepala sekolah.

Selain itu, Jenderal Sudirman juga pernah masuk PETA (Pembela Tanah Air) yang ada di Bogor. Pendidikan di PETA dilakukan oleh tentara Jepang pada saat itu. Ketika sudah menyelesaikan pendidikannya di PETA, dirinya menjadi seorang Komandan Batalyon di Kroya, Jawa Tengah.

Kepemimpinannya tak berhenti sampai situ, ia juga menjadi seorang panglima dan menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat di Banyumas. Dirinya lalu terpilih menjadi seorang panglima angkatan perang pada 12 November 1945.

Beberapa perang melawan penjajah telah ia pimpin. Beberapa di antaranya adalah perang melawan tentara Inggris di Ambarawa serta memimpin pasukannya untuk membela Yogyakarta dari serangan Belanda II.

Reorientasi:

Pada tahun 1950, Sudirman wafat karena terjangkit penyakit TBC. Sang panglima besar dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kusuma Negara di Semaki, Yogyakarta.

10. Biografi singkat B.J. Habibie

15 Biografi Singkat Pahlawan dan Tokoh Nasional, Pelajari!Presiden RI ke-3 B.J. Habibie (commons.wikimedia.org/Office of the Vice President of the Republic of Indonesia)

Orientasi:

Salah satu tokoh panutan dan kebanggaan banyak orang Indonesia dan juga presiden ketiga Republik Indonesia, dialah Prof. DR (HC). Ing. Dr. Sc. Mult. Bacharuddin Jusuf Habibie. Lahir di Pare-Pare, Sulawesi Selatan, pada 25 Juni 1936, B.J. Habibie merupakan anak keempat dari delapan bersaudara, pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie dan RA. Tuti Marini Puspowardojo.

Masa kecil Habibie dilalui bersama saudara-saudaranya di Pare-Pare, Sulawesi Selatan. Sifat tegas berpegang pada prinsip telah ia tunjukkan sejak kanak-kanak. Habibie yang punya kegemaran menunggang kuda dan membaca ini, dikenal sangat cerdas ketika masih duduk di sekolah dasar.

Peristiwa Penting:

Kecerdasannya membuat Habibie masuk ITB (Institut Teknologi Bandung) setelah tamat SMA di Bandung tahun 1954. Akan tetapi, dirinya tidak selesai di sana. Pasalnya, ia mendapatkan beasiswa dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan untuk melanjutkan kuliah di Jerman.

Mengingat pesan Bung Karno tentang pentingnya Dirgantara dan penerbangan bagi Indonesia, ia pun memilih jurusan Teknik Penerbangan dengan spesialisasi Konstruksi pesawat terbang di Rhein Westfalen Aachen Technische Hochschule (RWTH). Dari sana, ia mendapat gelar Diploma Ing pada 1960 dengan predikat Cumlaude (Sempurna) dengan nilai rata-rata 9,5.

Setelah itu, Habibie melanjutkan studinya untuk gelar Doktor di Technische Hochschule Die Facultaet Fuer Maschinenwesen Aachean. Dirinya kemudian menikah pada tahun 1962 dengan Hasri Ainun Habibie yang kemudian diboyong ke Jerman.

Pada tahun 1965, Habibie mendapatkan gelar Dr. Ingenieur dengan penilaian summa cumlaude (sangat sempurna) dengan nilai rata-rata 10 dari Technische Hochschule Die Facultaet Fuer Maschinenwesen Aachean. Rumus yang ia temukan dinamai "Faktor Habibie" karena bisa menghitung keretakan atau crack propagation on random sampai ke atom-atom pesawat terbang sehingga ia di juluki sebagai "Mr. Crack".

Kejeniusan dan prestasi inilah yang mengantarkan Habibie diakui lembaga internasional, di antaranya Gesselschaft fuer Luft und Raumfahrt (Lembaga Penerbangan dan Angkasa Luar Jerman), The Royal Aeronautical Society London (Inggris), The Royal Swedish Academy of Engineering Sciences (Swedia), The Academie Nationale de l'Air et de l'Espace (Prancis), dan The US Academy of Engineering (Amerika Serikat).

Sementara itu, penghargaan bergengsi yang pernah diraih Habibie di antaranya adalah Edward Warner Award dan Award von Karman yang hampir setara dengan Hadiah Nobel. Di dalam negeri, Habibie mendapat penghargaan tertinggi dari Institut Teknologi Bandung (ITB), yakni Ganesha Praja Manggala Bhakti Kencana.

Sebelum memenuhi panggilan Presiden Soeharto untuk kembali ke Indonesia, Habibie pernah bekerja di industri pesawat terbang terkemuka MBB Gmbh Jerman. Di Indonesia, Habibie menjabat sebagai Menteri Negara Ristek/Kepala BPPT selama 20 tahun dan memimpin 10 perusahaan BUMN Industri Strategis.

Yang paling krusial, dirinya dipilih MPR menjadi Wakil Presiden RI dan disumpah oleh Ketua Mahkamah Agung menjadi Presiden RI menggantikan Soeharto sebagai Presiden Republik Indonesia ke-3. Soeharto menyerahkan jabatan presiden tersebut kepadanya berdasarkan Pasal 8 UUD 1945.

Sampai akhirnya, Habibie dipaksa lengser akibat referendum Timor Timur yang memilih merdeka. Pidato pertanggungjawabannya ditolak MPR RI. Ia pun kembali menjadi warga negara biasa, kembali pula hijrah bermukim ke Jerman.

Reorientasi:

Dengan berbagai pencapaian dan peran besarnya bagi bangsa Indonesia, kisah hidup B.J. Habibie pun diangkat ke film layar lebar. Bukan hanya soal pribadinya yang begitu menginspirasi, masyarakat Indonesia juga mengenal presiden ketiga RI ini karena kisah cintanya dengan sang istri, Ainun.

Bahkan hingga akhir hayatnya, kisah cinta Habibie tetap menginspirasi banyak orang. B.J. Habibie menghembuskan napas terakhirnya pada 11 September 2019. Ia dikebumikan di samping makam istrinya di Taman Makam Pahlawan Kalibata slot 120.

11. Raden Dewi Sartika

15 Biografi Singkat Pahlawan dan Tokoh Nasional, Pelajari!Dewi Sartika dan suami (kemdikbud.go.id)

Orientasi:

Raden Dewi Sartika hidup di zaman Hindia Belanda. Ia lahir pada 4 Desember 1884 dari pasangan R. Rangga Somanagara yang merupakan Patih Bandung dan R.A. Rajapermas, putri Bupati Bandung R.A.A. Wiranatakusumah IV. Dewi merupakan anak kedua dari lima bersaudara.

Hidup di keluarga priayi dan memiliki banyak saudara, membuat Dewi cukup beruntung. Ia sempat mengenyam pendidikan di Eerste Klasse School, yang mana sekolah ini juga merupakan tempat bekerja suami Dewi kelak.

Peristiwa Penting:

Sayangnya, kehidupan berubah setelah ayahnya dipenjara di Ternate karena memberontak sebagai patih Kota Bandung. Ia terpisah lama dengan keluarganya dan hidup disejajarkan sebagai abdi dalem di rumah pamannya selama sembilan tahun.

Dewi Sartika melihat bagaimana perempuan diperlakukan sebagai barang yang mudah dipermainkan serta mudah dibuang oleh pria bangsawan di rumah pamannya. Karenanya, penyelesaian yang dilihat Dewi adalah pendidikan keterampilan hidup sebagai perempuan yang akan menjadi ibu dan istri.

Dewi Sartika melakukan dobrakan tradisi dengan membuka sekolah modern. Hal ini dilakukannya untuk memberi bargaining power pada perempuan. Sekolah yang ia dirikan bernama Sakola Istri, yang kemudian berubah menjadi Sakola Kautamaan Istri. Dewi percaya pada penugasan keterampilan perempuan akan membebaskan perempuan. Keterampilan itulah yang akan melindungi perempuan ketika pasangannya membuang atau meninggalkannya.

Reorientasi:

Dewi Sartika berhasil menjadi tokoh pendidik perempuan sehingga pemerintah Hindia Belanda memberi anugerah penghargaan perak pada tahun 1922 dan penghargaan emas pada tahun 1939. Pemerintah Indonesia juga menganugerahi gelar pahlawan pada tahun 1966. Kini, nama Dewi Sartika menjadi nama jalan di berbagai kota di Indonesia dan diangkat sebagai pahlawan nasional.

Anak perempuan yang sempat telantar itu, telah membuktikan dirinya bisa berkembang dan besar melalui pilihan karier yang tepat. Ia bertekad menjadi mandiri melalui kemampuan mencari nafkah.

12. Pangeran Diponegoro

15 Biografi Singkat Pahlawan dan Tokoh Nasional, Pelajari!Pangeran Diponegoro,Tokoh Perlawanan Perang Diponegoro. (ikpni.or.id)

Orientasi:

Pangeran Diponegoro lahir di Yogyakarta pada jumat 11 November 1785 dari ibu yang merupakan seorang selir bernama R.A. Mangkarawati, dan ayahnya yang bernama Gusti Raden Mas Surojo, yang di kemudian hari naik tahta bergelar Hamengkubuwono III. Pada saat Pangeran Diponegoro lahir, Ia diberi nama Raden Mas Mustahar yang akhirnya ia diberi gelar pangeran dengan nama Pangeran Diponegoro pada 1812 ketika ayahnya naik tahta menjadi Hamengkubuwono III. 

Pangeran Diponegoro memiliki 12 putra dan 5 orang putri dari 9 wanita yang dinikahinya. Saat ini, seluruh keturunan Pangeran Diponegoro tersebut hidup tersebar di Indonesia bahkan di luar negeri, termasuk Australia, Serbia, Jerman, Belanda, dan Arab Saudi.

Peristiwa Penting:

Tekadnya menentang Belanda muncul karena Belanda mencampuri urusan kerajaan. Sejak itu, ia terlibat dalam sejumlah pertempuran melawan penjajah.

Perjuangannya mendapat dukungan dari kalangan bangsawan, ulama maupun petani. Ulama besar Kyai Mojo dan Sentot Alibasah Prawirodirdjo pun menggabungkan diri pada barisan Pangeran Diponegoro.

Reorientasi:

Belanda beberapa kali menjalankan siasat licik untuk menangkap Diponegoro. Saat mereka berpura-pura mengajak berunding di Magelang tahun 1830, mereka pun menangkap Pangeran Diponegoro dan mengasingkannya ke Manado. Kemudian, ia dipindahkan ke Ujung Pandang dan meninggal di sana pada 8 Januari 1855. Menurut SK Presiden Republik Indonesia No. 087/TK/Tahun 1973, ia dikukuhkan menjadi pahlawan nasional.

13. Moh. Yamin

15 Biografi Singkat Pahlawan dan Tokoh Nasional, Pelajari!ilustrasi potret Moh. Yamin (pinterest.com)

Orientasi:

Muhammad Yamin lahir pada tanggal 24 Agustus 1903 di Sawahlunto, Sumatera Barat. Yamin merupakan pahlawan nasional, budayawan, dan aktivis hukum terkenal di Indonesia.

Pendidikannya dimulai ketika ia bersekolah di Hollands Indlandsche School (HIS). Ia juga mendapat pendidikan di sekolah guru. M. Yamin juga mengenyam pendidikan di Sekolah Menengah Pertanian Bogor, Sekolah Dokter Hewan Bogor, AMS, hingga sekolah kehakiman (Reeht Hogeschool) Jakarta.

Peristiwa Penting:

Gagasan tentang persatuan Indonesia telah ia kemukakan pada 1923. Saat dirinya menyampaikan pidato berbahasa Belanda pada acara JSB yakni Lustrum I Jong di Jakarta. Dalam bahasa Indonesia, pidatonya itu berjudul "Bahasa Melayu pada Masa Lampau, Masa Sekarang, dan Masa Depan".

Kemudian, gagasan persatuan dicetuskan kembali dalam Kongres Pemuda I di tahun 1926. Lalu Moh. Yamin memperkukuhnya pada hari Sumpah Pemuda pada 1928.

Reorientasi:

Selain itu, ia berperan aktif dalam Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan juga memegang posisi sebagai Panitia Kecil. Pemikirannya mengenai dasar falsafah negara yang kemudian dikenal Pancasila turut dibahas selama sidang panitia tersebut.

Setelah kemerdekaan Indonesia, Moh. Yamin diangkat menjadi anggota KNIP, Ketua BAPPENAS, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Wakil Pertama Bidang Khusus, serta Menteri Penerangan. Ia pun wafat pada tahun 1962 di Jakarta dan dimakamkan di Talawi, Sawahlunto, Sumatera Barat. Berdasarkan SK Presiden RI No. 088/TK/Tahun 1973, Moh. Yamin ditetapkan sebagai pahlawan pergerakan nasional.

14. Soepomo

15 Biografi Singkat Pahlawan dan Tokoh Nasional, Pelajari!ilustrasi potret Soepomo (pinterest.com)

Orientasi:

Supomo lahir di Sukoharjo, Surakarta pada 22 Januari 1903. Ia mengenyam pendidikan pertamanya di ELS (setara jenjang SD), kemudian lanjut ke MULO (setara jenjang SMP). Ia menyelesaikan sekolah hukumnya pada 1923, lalu melanjutkan studi ke Universitas Leiden di Belanda.

Namanya diabadikan di jalan Jakarta dan sejumlah kota lain di Indonesia atas jasanya yang besar. Dr Soepomo adalah salah satu perumus Undang-undang Dasar 1945. Meski berasal dari kota kecil, Soepomo lahir dari keluarga yang terpandang di sana. Ia adalah putra pertama Raden Tumenggung Wignyodipuro, pejabat Bupati Anom Inspektur Hasil Negeri Kasunanan Surakarta Hadiningrat.

Peristiwa Penting:

Sepulang dari Belanda, ia bertugas di Pengadilan Negeri Yogyakarta. Ia pun pernah menjadi anggota Jong Java dan menulis brosur yang bertajuk "Perempuan Indonesia dalam Hukum" di tahun 1928 saat berlangsungnya Kongres Perempuan Indonesia yang pertama.

Soepomo menjabat sebagai Ketua Balai Pengetahuan Masyarakat Indonesia. Selain itu, ia juga menjabat sebagai Ketua Landraad Purworejo, pegawai tinggi di Departemen Van Justisi, serta menjadi guru besar di Sekolah Hukum Tinggi di Jakarta.

Reorientasi:

Setelah masa kemerdekaan, ia diangkat sebagai Menteri Kehakiman RI. Ia juga menjabat sebagai rektor Universitas Indonesia di tahun 1951. Tak hanya itu, ia pernah pula menjadi Duta Besar RI untuk Inggris di London.

Soepomo akhirnya meninggal dunia pada tahun 1958 di Jakarta dan dimakamkan di Solo. Sebagaimana SK Presiden RI No. 123/TK/Tahun 1965, ia dikukuhkan sebagai pahlawan nasional.

15. Agus Salim

15 Biografi Singkat Pahlawan dan Tokoh Nasional, Pelajari!ilustrasi potret Agus Salim (ikpni.or.id)

Orientasi:

Agus Salim adalah pejuang kemerdekaan yang dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia pada 27 Desember 1961, melalui Keppres Nomor 657 tahun 1961. Beliau lahir dengan nama Masyhudul Haq, lahir di Koto Gadang, Agam, Sumatera Barat, Hindia Belanda, 8 Oktober 1884 dan meninggal di Jakarta, Indonesia, 4 November 1954 pada umur 70 tahun.

Semasa hidup, ia dikenal sebagai seorang politikus, jurnalis, dan diplomat dengan julukan "The Grand Old Man". Julukan tersebut ia dapat karena prestasinya di bidang diplomasi dan kefasihannya dalam berbahasa asing. Pasalnya, Agus Salim diketahui mengusai tujuh bahasa Asing, yaitu bahasa Belanda, Inggris, Arab, Turki, Perancis, Jepang, dan Jerman.

Peristiwa Penting:

Pada 1915, Agus Salim bergabung dengan HOS Tjokroaminoto dan Abdul Muis dalam organisasi Sarekat Islam (SI). Ia bahkan menjadi pemimpin terkemuka organisasi ini dan dianggap sebagai tangan kanan pemimpinnya, HOS Tjokroaminoto.

Agus Salim sempat dituduh memiliki hubungan yang terlalu dekat dengan pemerintah kolonial Belanda. Hal ini karena surat kabar Neratja, yang sempat didanai oleh Gubernur Jenderal Johan Paul van Limburg Stirum pada 1917. Akan tetapi, pada 1918, Neratja justru menjadi media untuk menyampaikan kritik keras terhadap Belanda.

Pada 1921, Salim diangkat sebagai anggota Volksraad (dewan rakyat) mewakili Sarekat Islam. Setelah Sarekat Islam pecah, Agus Salim mendirikan Partai Sarekat Islam bersama Tjokroaminoto, yang kemudian menjadi PSSI. Ketika Jepang masuk ke Indonesia pada 1942, ia diminta untuk menyusun kamus militer untuk digunakan oleh Pembela Tanah Air (PETA).

Setelah itu, Agus Salim ditunjuk untuk menasihati para pemimpin Indonesia seperti Soekarno, Mohammad Hatta dan Ki Hajar Dewantara, yang bertanggung jawab atas Pusat Tenaga Rakyat (Putera). Pada Maret 1945, Agus Salim ditunjuk sebagai anggota Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Ia juga menjadi anggota Panitia Sembilan, yang bertugas untuk menyusun dasar negara. 

Karier politik Agus Salim terus berkembang, di mana ia sempat dipercaya sebagai anggota Dewan Pertimbangan Agung (DPA) sampai Maret 1946. Pada masa Kabinet Sjahrir, Agus Salim dijadikan Wakil Menteri Luar Negeri, yang memiliki misi diplomatik Indonesia di luar negeri. Ia memimpin delegasi Indonesia dalam Konferensi Hubungan Asia di New Delhi, India, sejak Maret hingga April 1947. Setelah itu, Agus Salim memegang jabatan sebagai Menteri Luar Negeri untuk beberapa kabinet di Indonesia.

Reorientasi:

Setelah tidak lagi bertugas di pemerintahan, Agus Salim mengundurkan diri dari dunia politik pada 1953 dan kembali menulis. Pada 1953, ia menulis buku berjudul Bagaimana Takdir, Tawakal, dan Tauchid Harus Dipahamkan?, yang kemudian diubah menjadi Keterangan Filsafat Tentang Tauchid, Takdir dan Tawakal.

Pada 4 November 1954, Agus Salim meninggal dunia di Jakarta dan dikebumikan di Taman Makam Pahlawan Kalibata. Untuk mengenang perjuangan dan peran Agus Salim, ia dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia pada 27 Desember 1961, melalui Keppres Nomor 657 tahun 1961.

Itu dia beberapa biografi singkat tokoh dan pahlawan nasional Indonesia yang bisa kamu ketahui dan dijadikan pelajaran dalam meniti hidup. Semoga bermanfaat, ya!

Baca Juga: 5 Sambutan Hari Pahlawan 2023 yang Berkesan, Bisa Jadi Referensi

Topik:

  • Bella Manoban
  • Febriyanti Revitasari
  • Retno Rahayu
  • Muhammad Tarmizi Murdianto
  • Stella Azasya

Berita Terkini Lainnya