Hari Penerbangan Nasional 27 Oktober 2023, Ini Sejarahnya
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Setiap tanggal 27 Oktober, Indonesia memperingati Hari Penerbangan Nasional. Di balik tanggal tersebut, ada peristiwa penting terkait penerbangan dan perjuangan Indonesia setelah kemerdekaan.
Penerbangan di Tanah Air ini sudah berlangsung cukup lama, tepatnya sejak abad ke-20. Namun, baru benar-benar dikuasai Indonesia selepas pembacaan teks proklamasi. Banyak momen-momen penting dalam histori satu ini.
Penasaran dengan serba-serbi sejarah penerbangan di Indonesia? Yuk, simak tulisan di bawah ini sampai selesai!
1. Penerbangan pertama di Indonesia oleh penerbang Belanda
Ternyata, penerbangan pertama di Indonesia terjadi pada tahun 1913. Saat itu, seorang pilot asal Belanda yang bernama Hilgers menerbangkan pesawat militer hanya sebagai uji coba. Sayang, penerbangan itu jatuh di Kampung Beliwerti dan ditandai sebagai kecelakaan pesawat pertama di Nusantara.
Tak menyerah, pemerintah Hindia Belanda membbentuk Proef Vlieg Afdeling (PFA) tahun 1941. Lagi-lagi menjadi wadah penerbangan uji coba dan dipimpin oleh H. Ter Poorten. Berbagai percobaan dan pengembangan teknologi terus dilakukan meskipun mengalami kegagalan.
Kemudian di tahun 1924 dilakukanlah eksperimen penerbangan pertama dari Amsterdam ke Batavia dan dilakukan dengan pesawat foker. Perjalanan tersebut memakan waktu tempuh selama 55 hari dengan jumlah transit di 20 kota yang dilalui.
Akhirnya, sang pesawat mendarat dengan sukses di lapangan terbang Cilitan, Jakarta Timur. Tak hanya itu, Belanda juga berkontribusi membuat banyak lapangan terbang sekaligus pangkalan militer seperti di Cililitan (Jakarta), Kalijati (Subang), dan Sukamiskin (Bandung).
2. Berkembangnya bandar udara di beberapa kota
Bukan cuma penerbangan militer, pemerintah Belanda juga membuka penerbangan komersil. Hal tersebut ditandai dengan munculnya maskapai Belanda bernama Koninklijke Nederlandsch Indische Luchtvaart Maatschappij (KNILM) di tahun 1928.
Munculnya KNILM menjadi hal baru dalam perkembangan penerbangan di Indonesia dan juga mengenalkan sistem jadwal penerbangan pertama. Bahkan, saat itu terdapat jadwal untuk rute Batavia-Bandung, Batavia-Surabaya, Batavia-Palembang-Pekanbaru-Medan, hingga perjalanan internasional ke Singapura dan Australia.
Editor’s picks
Dengan hadirnya berbagai jadwal itu mendandakan bahwa telah terdapat bandara di kota-kota setempat. Bukan hanya itu, pesawat yang digunakan pada awal KNILM pun berjenis Fokker yang mampu mengangkut 2-5 orang saja.
Baca Juga: 29 Juli Hari Bhakti TNI Angkatan Udara: Begini Sejarahnya
3. Agustinus Adisutjipto sebagai penerbang AURI pertama di awal Kemerdekaan
Dilansir laman TNI AU, untuk pertama kalinya, Komodor Udara Agustinus Adisutjipto sukses menerbangkan pesawat Cureng bekas Jepang dengan bendera merah putih di langit Yogyakarta. Ia menerbangkannya di Pangkalan Udara Maguwo dalam rangka untuk merayakan hari Sumpah Pemuda keesokan harinya.
Agustinus Adisutjipto yang akrab dipanggil Pak Adi membawa terbang pesawat Cureng tersebut sambil berputar-putar di angkasa. Sontak hal itu membuat takjub para anggota yang menyaksikannya dari bawah. Momen ikonik itu jadi pengingat bahwa bendera Merah Putih pun merdeka di angkasa.
4. Peran penting TNI AU dalam mengalahkan penjajah
Di awal-awal Kemerdekaan, TNI Angkatan Udara (TNI AU) hanya bermodalkan pesawat bekas dari penjajah Jepang seperti pesawat Cukiu, Nishikoreng, Sansikisin, Hanyabusha, dan Guntei. Meskipun hanya beberapa, hal tersebut tak memadamkan semangat mereka untuk mempertahankan kedaulatan negara.
Operasi udara pertama dilaksanakan pada 29 Juli 1947 sekaligus jadi peristiwa penting bagi Indonesia. Pesawat-pesawat itu dibawa oleh beberapa kadet atau calon penerbang Angkatan Udara seperti Mulyono, Sitardjo Sigit, dan Suharnoko Harbani yang sukses menyerang markas militer Belanda di Kota Semarang, Salatiga, dan Ambarawa.
Aksi tersebut merupakan balasan terhadap Agresi Militer Belanda I yang telah memporakporandakan Pangkalan Maguwo, Bugis, Maospati, Cibeureum, Panasan, dan Kalijati. Tak hanya itu, serangan TNI juga jadi pertanda kekuatan udara Indonesia sudah semakin meningkat.
Nah, itu dia sejarah singkat tentang lahirnya Hari Penerbangan Nasional di Indonesia. Dengan artikel ini, semoga wawasanmu tentang sejarah Tanah Air semakin bertambah, ya!
Baca Juga: 9 April Hari TNI Angkatan Udara: Awal Sejarahnya