Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Alasan untuk Gak Membentak dan Berteriak Saat Anak Berulah

ilustrasi menasihati anak (pexels.com/August de Richelieu)

Sebagai orangtua, sebagian dari kita mungkin merasa kewalahan harus mengurus anak yang masih kecil. Belum lagi jika mereka susah sekali untuk dibilangin. Lama-lama, kita jadi gampang marah dan suka membentak serta berteriak saat anak mulai berulah.

Walaupun sulit untuk menahan diri, nyatanya kita harus menghentikan kebiasaan gak baik tersebut sebelum terlambat, lho. Pasalnya, membentak gak akan membuat anak menjadi lebih penurut. Gak cuma itu aja, ini nih lima alasan lainnya yang perlu kita renungi. 

1. Mereka begitu bukan karena nakal, tapi sedang mencari perhatian

ilustrasi ibu dan anak (pexels.com/Nicola Barts)

Gak ada anak kecil yang terlahir nakal. Orangtualah yang memberikan predikat itu pada anaknya. Saat membentak, kita cenderung mengeluarkan berbagai keluhan dan kata-kata gak baik. Alhasil, anak pun jadi yakin bahwa dirinya memang seperti yang dikatakan orangtuanya.

Padahal, anak berulah bukan berarti dia nakal. Mungkin dia gak sengaja, mungkin juga dia hanya sedang menginginkan perhatian dari orangtuanya yang terlalu sibuk dengan hal lain. 

2. Membentak justru bikin emosi kita bertambah

ilustrasi orangtua dan anak (Pexels.com/monstera)

Dengan membentak dan berteriak, bukan masalah ataupun kenakalan anak yang jadi berkurang. Yang ada, kita semakin terpancing emosi. Sehingga, apapun yang kemudian dilakukan anak jadi semakin terlihat salah dan bentakan kita jadi semakin kasar.

Coba deh, tarik napas dulu. Matikan tombol emosi dalam dirimu saat anak mulai bertingkah. Usahakan untuk gak memberikan respon apapun di depannya. Anak secara naluri akan sadar bahwa orangtuanya tengah marah. 

3. Anak akan terbiasa mengabaikan karena siapapun tentu gak suka dibentak

ilustrasi orangtua dan anak (Pexels.com/Ksenia Chernaya)

Siapa sih yang suka dibentak? Jika kamu dibentak oleh atasanmu di kantor, pun, pasti lebih suka mengabaikan dan membiarkan sang atasan bicara panjang lebar sendirian kan? Itulah juga yang terjadi pada anak.

Bentakan dan teriakan akan masuk lewat telinga kanan dan keluar di kiri. Alih-alih berteriak dan membentak, coba deh gunakan metode lain seperti berbisik. Dijamin sang anak akan fokus padamu. 

4. Anak tidak dapat mendengar dengan jelas perkataan kita jika berteriak

ilustrasi orangtua dan anak (Pexels.com/William Fortunato)

Teriakan yang melengking dan menyakitkan telinga tentu akan susah ditangkap maknanya bagi siapapun yang mendengar. Kebanyakan pasti akan lebih suka menutup telinganya rapat-rapat ketimbang menyimak apa yang disampaikan.

Anak juga begitu. Mereka akan kesulitan menyerap kalimat kita jika disampaikan dengan marah dan teriakan. Daripada didengar, mending berulah lagi aja. Begitulah yang mereka rasakan. 

5. Itu mungkin hanya akan terjadi sekilas bagimu, tapi anak akan mengingatnya selamanya

ilustrasi anak menangis (Pexels.com/Anna Shvets)

Apapun bentakan yang keluar saat kamu marah, tentu biasanya berisi kata-kata merendahkan atau meremehkan. Bagi kamu sebagai orangtua, mungkin itu hanya terjadi sekilas dan sekelebat aja. Tapi bagi anak, apalagi yang masih dalam masa emas, itu bisa menempel di otak dan teringat selamanya lho.

Memang, anak seringkali menguji kesabaran kita dengan tingkahnya yang berbagai macam. Tapi, butuh latihan terus menerus agar kita gak terbiasa membentak saat mereka berulah.

Apalagi, setelah membaca lima poin di atas. Jadi gak pengin khilaf dan marah-marah lagi, kan? Yuk berlatih biar bisa marah dengan elegan di depan anak. Siap? 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Desy Damayanti
EditorDesy Damayanti
Follow Us