Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Hal yang Meringankan Kesalahan Anak, Jangan Dihukum Berlebihan

ilustrasi duduk memeluk lutut (pexels.com/Towfiqu barbhuiya)
Intinya sih...
  • Perilaku anak perlu dikuatkan dengan hadiah, dan tindakan buruk perlu dilemahkan dengan sanksi.
  • Syarat-syarat untuk meringankan hukuman anak antara lain tidak sengaja, penyesalan, paksaan orang lain, kejujuran, dan janji tidak akan mengulangi perilaku buruk.
  • Hukuman yang terlalu berat belum tentu tepat jika anak menunjukkan penyesalan atau dipaksa oleh orang lain. Kejujuran dan komitmen untuk tidak mengulangi kesalahan juga harus dipertimbangkan.

Reward and punishment atau hadiah dan hukuman menjadi salah satu cara dalam mendidik anak. Perilaku yang positif perlu dikuatkan dengan hadiah. Tak harus berupa hadiah barang. Bisa juga pujian dan pelukan. Sementara itu, tindakan buruk mesti dilemahkan dengan penerapan sanksi.

Kalau anak berbuat salah tidak pernah dikenai hukuman, ia cenderung mengulangi. Anak tak takut pada apa pun. Bahkan makin lama perilakunya makin sulit dikendalikan. Namun, apakah semua kesalahan harus dihukum sama beratnya?

Tentu tidak. Ini tergantung dari akibat yang ditimbukan kesalahan tersebut. Juga sikap anak setelah melakukan sesuatu. Sanksi untuk anak pantas diringankan kalau memenuhi lima syarat berikut.

1. Tidak sengaja

ilustrasi berpelukan (pexels.com/Yan Krukau)

Faktor tidak sengaja memang tak mengubah kesalahan menjadi kebenaran. Perbuatan yang buruk tetap keliru dan harus dipertanggungjawabkan. Akan tetapi, ketidaksengajaan menandakan anak tidak punya niat buruk.

Ini harus diapresiasi oleh orangtua. Sebab niat buruk merupakan bahaya besar sekalipun belum terwujud dalam perilaku saat ini. Jika niat buruk sudah ada dalam hati, tinggal menunggu waktu untuk menjadi nyata dalam tindakan.

Bahkan perencanaan yang matang akan membuat tindakannya lebih merusak. Contoh, anak tidak sengaja bergerak cepat sampai menyikut adik yang duduk di sebelahnya. Tentu sanksi yang diberikan harus berbeda dengan seandainya dia sengaja memukul adik. Meski adik tetap menangis, kakak tak bermaksud menyakitinya.

2. Penyesalan dan permintaan maaf

ilustrasi dua anak laki-laki (pexels.com/Mikhail Nilov)

Andai pun anak sengaja melakukan sesuatu yang negatif, hukuman yang terlalu keras belum tentu tepat. Perhatikan dulu ada atau tidaknya penyesalan. Misalnya, anak di sekolah sengaja mengerjai teman dengan menyembunyikan buku PR-nya.

Akibatnya, kawan dimarahi guru sebab disangka malas bahkan menyepelekan tugas yang diberikan. Temannya terancam diberi penilaian yang kurang memuaskan di buku rapor. Ia juga dihukum guru dengan tambahan tugas.

Anakmu tidak menyangka dampak dari keisengannya akan sampai seperti ini. Ia menyesal sekali. Dia harus tetap mempertanggungjawabkan perilakunya. Caranya, dengan ia mengembalikan buku PR teman, meminta maaf, sekaligus mengaku di depan guru.

Bila anak telah menunjukkan penyesalan dan melakukan hal-hal di atas, kamu bisa mengurangi hukumannya. Contoh, dari rencana meniadakan uang sakunya seminggu penuh menjadi tiga hari. Anak harus tahu bahwa orangtua menghargai penyesalan serta kesediaannya meminta maaf.

3. Paksaan orang lain

ilustrasi menutup mata (pexels.com/Mikhail Nilov)

Anak yang melakukan kesalahan lantaran tekanan dari pihak lain jangan diperlakukan sama dengan atas inisiatif sendiri. Contoh kasusnya, anak dilaporkan ke guru karena sering memalak teman-temannya. Perilakunya jelas gak bisa dibenarkan.

Namun, coba selidiki dulu alasan anak melakukannya. Padahal, kamu juga sudah memberinya uang saku. Bila ternyata anak dipaksa kawannya yang lain buat memalak, hukuman dapat diringankan.

Tapi jangan berhenti sampai di sini. Dirimu kudu menindaklanjuti pengakuan anak. Sampaikan hal tersebut pada guru agar dipastikan kebenarannya. Seandainya malah anakmu membuat-buat alasan saja, sanksi untuknya bisa diperberat.

Namun jika ceritanya dapat dipertanggungjawabkan, selain hukuman yang lebih ringan berikan juga tambahan edukasi. Tekankan pada anak untuk berani menolak perintah negatif dari siapa pun. Bahkan anak harus melaporkan teman yang menyuruhnya berbuat buruk pada guru.

4. Kejujuran

ilustrasi menghukum anak (pexels.com/Monstera Production)

Kejujuran memang kadang mengejutkan sekaligus menyakitkan. Tapi saat orangtua berhadapan dengan masalah yang diduga timbul akibat ulah anak, jujur lebih baik. Bagi anak, jujur juga tak mudah.

Ia pasti takut kejujurannya bakal membuatmu marah. Maka dari itu, katakan sejak awal bahwa bila anak mau jujur maka hukumannya gak terlalu berat. Ini menjadi semacam jaminan untuk anak supaya ia lebih berani berkata jujur.

Dengan kejujuran itu setidaknya penyelidikanmu tak berbelit-belit. Kamu terhindar dari emosi yang gak perlu. Kalian bisa segera memasuki fase berikutnya yaitu terkait pertanggungjawabannya. Sedang bila anak menolak mengakui kesalahan padahal bukti dan saksinya jelas, sanksi dapat ditambah.

5. Janji tidak akan mengulangi

ilustrasi bermain gorden (pexels.com/Alex Green)

Hanya karena anak berjanji gak bakal mengulangi perilakunya yang buruk, kamu jangan terlalu cepat luluh. Hukuman tetap harus ditegakkan. Hanya saja sifatnya lebih ringan daripada apabila dia tampak gak punya komitmen buat lebih menjaga perbuatannya.

Memang bisa saja janji tinggal janji alias tidak ditepati. Jika ini sampai terjadi, anak dapat kembali kena hukuman. Bahkan sanksinya lebih berat ketimbang saat pertama kali ia melakukan kesalahan yang sama.

Kesediaannya berjanji tidak mengulangi kesalahan merupakan bentuk komitmen. Soal anak bakal menepatinya atau gak, lihat nanti saja. Terpenting ia sudah menyadari kesalahannya dan berusaha untuk menjadikannya yang pertama sekaligus terakhir.

Orangtua perlu strategi ketika berhadapan dengan perilaku anak yang tidak diharapkan. Hukuman tanpa keringanan sama sekali serta tak mempertimbangkankan lima hal di atas akan buruk. Anak dapat merasa tidak mendapatkan keadilan dan justru makin ingin memberontak.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nabila Inaya
EditorNabila Inaya
Follow Us