Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Tanda Anak Perlu Validasi Emosi dari Orang Tua, Jangan Diabaikan!

Ilustrasi ibu dan anak
Ilustrasi ibu dan anak (Pexels.com/ RDNE Stock project)
Intinya sih...
  • Anak sering menangis tanpa alasan jelas, bisa jadi sedang merasa kecewa atau bingung, butuh pendampingan dan pengertian dari orang tua.
  • Jika anak menarik diri dari orang lain dan lingkungan bermain, itu bisa menjadi sinyal bahwa ada yang mengganggu pikirannya, dekati tanpa memaksa.
  • Ngambek karena hal sepele atau tiba-tiba jadi pendiam bisa menjadi cara anak meluapkan emosi yang belum bisa diungkapkan dengan kata-kata, butuh pengertian dan kehadiran orang tua.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Anak-anak kadang bisa tiba-tiba marah atau menangis tanpa alasan yang jelas. Banyak orang dewasa yang langsung menganggap bahwa mereka rewel atau manja. Padahal, bisa jadi itu tanda kalau emosinya sedang penuh dan anak bingung cara mengungkapkannya. Sayangnya, respon orang tua sering kali hanya sebatas, meminta anak untuk diam dan menenangkan tanpa menanyakan apa sebabnya.

Menurut The Gottman Institute, salah satu kunci penting dalam membangun hubungan yang sehat dengan anak adalah validasi emosi. Anak yang merasa didengar akan lebih mudah belajar mengatur emosinya sendiri dan tumbuh dengan rasa percaya pada orang tuanya. Yuk, kenali tanda-tanda anak sebenarnya sedang butuh validasi emosi. 

1. Sering menangis tanpa alasan yang jelas

ilustrasi anak menangis
ilustrasi anak menangis (pexels.com/Yan Krukau)

Anak kecil kadang bisa tiba-tiba menangis tanpa sebab yang jelas. Tapi, bukan berarti dia rewel atau lebay. Bisa jadi anak sedang merasa kecewa, takut, atau bingung, tapi belum tahu cara menyampaikannya. Emosi yang penuh sering kali keluar dalam bentuk tangisan, karena itu cara paling alami yang mereka kenal. 

Di momen yang seperti ini, justru anak butuh ditemani dan ditenangkan, bukan disuruh diam. Dengan pendampingan dari orang tua yang lembut dan tenang, anak akan belajar mengenali perasaannya secara perlahan.

2. Menarik diri dari orang lain dan lingkungan bermain

Ilustrasi balita
Ilustrasi balita (Usnplash.com/ Chris Benson)

Tiba-tiba anak jadi pendiam dan tidak aktif seperti biasanya? Jangan langsung disimpulkan kalau anak cuma lagi bosan. Bisa jadi, ada perasaan tidak nyaman yang sedang dia pendam namun bingung mau bercerita ke siapa. Anak-anak sering menunjukkan emosinya lewat sikap, bukan kata-kata.

Saat mereka menarik diri, itu bisa jadi sinyal kalau ada yang sedang mengganggu pikirannya. Coba dekati tanpa memaksa, ajak bicara pelan-pelan atau cukup duduk di sampingnya. Kadang, kehadiran yang tenang lebih menenangkan daripada seribu pertanyaan.

3. Ngambek karena hal yang sepele

Ilustrasi ibu dan anak perempuan
Ilustrasi ibu dan anak perempuan (Pexels.com/ RDNE Stock project)

Anak tiba-tiba ngambek hanya karena hal sepele? Jangan langsung dimarahi, ya. Bisa jadi itu cara anak meluapkan rasa kecewa atau frustrasi yang tidak sempat tersampaikan sebelumnya. Anak-anak beltahu bagaimana cara mengekspresikan perasaannya dengan tepat.

Ngambek menjadi bentuk protes kecil yang sebenarnya ingin dimengerti. Saat orang dewasa hadir dan mendengarkan tanpa menghakimi, anak akan merasa lebih aman untuk bicara. Dari situ, mereka perlahan belajar mengenali dan mengungkapkan emosinya dengan lebih sehat.

4. Anak tiba-tiba jadi pendiam

Ilustrasi balita pendiam
Ilustrasi balita pendiam (Unsplash.com/ Silver Tokyo)

Anak yang biasanya aktif tiba-tiba jadi pendiam memang bisa membuat khawatir orang tua. Ini tidak selalu soal bosan atau capek, lho. Bisa jadi dia sedang menyimpan rasa sedih, cemas, atau bingung yang belum bisa diungkapkan.

Saat hal ini terjadi, jangan buru-buru menuntut anak untuk bercerita. Cukup temani dengan tenang, berikan pelukan, atau coba ajak ngobrol ringan tanpa tekanan. Kalau anak merasa aman secara emosional, biasanya dia akan mulai membuka diri dengan sendirinya.

5. Mudah tantrum tanpa alasan yang jelas

Ilustrasi balita laki-laki
Ilustrasi balita laki-laki (Unsplash.com/ Helena Lopes)

Tantrum bukan berarti anak nakal atau susah diatur, ya. Itu sering menjadi cara anak meluapkan emosi yang belum bisa dia jelaskan dengan kata-kata. Perasaan seperti marah, kecewa, atau lelah bisa menumpuk dan akhirnya meledak lewat tangisan atau teriakan. Kalau orang tua langsung merespon dengan emosional juga, situasinya justru bisa semakin panas. Yang dibutuhkan anak saat itu adalah ruang untuk menenangkan diri dan perasaan bahwa emosinya dimengerti. Dengan begitu, anak belajar kalau semua emosi itu wajar, asalkan disalurkan dengan cara yang tepat.

Setiap emosi yang dirasakan anak, sebenarnya dia sedang mencari tempat untuk dimengerti. Saat kita mau mendengarkan tanpa menghakimi, anak akan belajar bahwa perasaannya punya nilai. Dari situlah tumbuh rasa percaya dan hubungan yang lebih kuat antara anak dan orang tua.



This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nabila Inaya
EditorNabila Inaya
Follow Us

Latest in Life

See More

5 Alasan Shio Kuda Jarang Bersikap Vokal dalam Forum, Bukan Malu!

13 Okt 2025, 23:27 WIBLife