Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Tantangan Menyiapkan Hidangan Lebaran, Capek tetapi Seru

ilustrasi memasak (pexels.com/Andrea Piacquadio)
ilustrasi memasak (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Lebaran tanpa sajian khas seperti aneka kue kering, ketupat atau lontong, opor, rendang, dan sambal goreng kentang memang terasa tidak lengkap. Ragam hidangan di atas menjadi pembeda antara menu di hari biasa dengan saat Idulfitri. Di sejumlah daerah barangkali juga masih ada sajian unik lainnya yang sulit dijumpai di luar hari raya umat Islam.

Banyak keluarga memilih memasak setidaknya sebagian dari berbagai hidangan tersebut. Alasannya, memasak sendiri lebih hemat daripada memesannya. Tak hanya sajiannya yang khas, kesibukan mempersiapkannya bersama anggota keluarga juga terasa menyenangkan.

Pun jasa katering yang menawarkan hidangan khas Lebaran belum banyak. Apalagi di daerah-daerah karena mayoritas masyarakatnya juga ingin merayakan Idulfitri bersama keluarga. Kalau mereka terus bekerja untuk memenuhi pesanan bisa-bisa acara di keluarga sendiri gak berjalan. Walau sudah biasa dilakukan dari tahun ke tahun, menyiapkan hidangan khas Lebaran tetap menantang. Berikut lima tantangan menyiapkan hidangan Lebaran yang bisa saja terjadi.

1. Mulai memasak sejak masih berpuasa

ilustrasi memasak (pexels.com/RDNE Stock project)
ilustrasi memasak (pexels.com/RDNE Stock project)

Sajian khas Lebaran biasanya butuh proses memasak yang lama supaya daging empuk dan bumbunya meresap. Kalau hanya mengandalkan waktu malam Lebaran tentu gak cukup. Bisa-bisa kamu tidak tidur semalam suntuk demi memasak. Belum lagi membuat aneka kudapannya.

Oleh karena itu, di hari-hari terakhir bulan Ramadan aroma sedap biasanya sudah tercium di rumah-rumah. Untuk hidangan besar dapat mulai dibuat sejak H-2 atau pagi hari pada H-1 Lebaran. Sedang aneka kue kering dicicil jauh-jauh hari. 

Ini artinya, selama proses memasak banyak orang juga sambil menunaikan ibadah puasa. Tergoda untuk makan barangkali tidak. Namun, kamu mengeluarkan energi lebih untuk terus berkutat di dapur. Godaan buat mencicipi lebih dirasakan oleh anak-anak yang mencium aromanya seharian.

Selain rasa lelah, urusan icip-icip juga gak semudah di hari ketika dirimu tidak berpuasa. Kamu paling mengira-ngira takaran bumbu. Terpenting berbagai masakan matang dulu. Nanti selepas berbuka baru dicicipi dan ditambahkan garam, gula, serta penyedap sampai rasanya pas.

2. Kehabisan beberapa bahan atau harganya melonjak

ilustrasi suasana pasar (pexels.com/SimplyArt4794)
ilustrasi suasana pasar (pexels.com/SimplyArt4794)

Bukan hal baru bahwa aneka bahan makanan mengalami kenaikan harga di bulan Ramadan apalagi mendekati Lebaran. Permintaannya tinggi sedangkan stoknya terbatas. Bukan cuma harga daging yang menjadi lebih mahal, bumbu-bumbu pun ikut naik. Seperti cabai, bawang merah, dan bawang putih.

Walaupun sudah ada bumbu instan yang dijual dengan harga terjangkau, bila tidak ditambahkan rempah-rempah kadang rasanya kurang nendang. Namun karena sajian ini dipersiapkan untuk hari dan orang-orang yang istimewa, kamu tetap membelinya. Kenaikan harga berbagai kebutuhan dapur begini perlu diantisipasi sejak awal.

Apabila anggaran belanjamu terlalu mepet nanti kamu kesulitan membelinya mendekati Idulfitri. Bujet sudah ditambah pun, dirimu masih harus cermat dalam membelanjakannya. Pastikan dirimu membawa daftar bahan yang perlu dibeli dan takarannya.

3. Capek luar biasa jika semuanya bikin sendiri

ilustrasi membuat kue kering (pexels.com/Gustavo Fring)
ilustrasi membuat kue kering (pexels.com/Gustavo Fring)

Dapat menyajikan berbagai hidangan buatan sendiri pada hari raya memang mendatangkan rasa puas. Bila tamu-tamu memuji rasanya, keahlianmu dalam memasak berarti diakui. Akan tetapi, membuat sajian sebanyak itu tentu melelahkan. Terlebih bila di rumah hanya kamu yang dapat memasak.

Tak ada seorang pun yang membantu karena pasangan bekerja, anak masih kecil, sedangkan orangtua atau mertua sudah sakit-sakitan. Kamu bekerja sendirian dari menyiapkan bahan hingga masakan jadi. Bisa-bisa dirimu bergadang terus sejak minggu ketiga Lebaran buat mulai membuat aneka kue kering.

Puncaknya, memasak makanan berat yang akan menjadi menu utama saat Idulfitri. Yakin kamu kuat? Hati-hati, jangan sampai kesehatanmu menjadi terganggu. Sayang sekali bila dirimu justru jatuh sakit mendekati hari raya. Apalagi sampai tidak berpuasa saking sakitnya. 

4. Sulit menjaga rasa saat memasak porsi besar

ilustrasi memasak (pexels.com/RDNE Stock project)
ilustrasi memasak (pexels.com/RDNE Stock project)

Memasak dalam porsi kecil tentu berbeda dengan menyiapkan hidangan Lebaran buat begitu banyak orang. Rumahmu akan menjadi titik kumpul saudara-saudara. Total saudara yang bakal datang mencapai puluhan orang. Memasak untuk porsi sebanyak ini memerlukan keahlian dan pengalaman.

Soal rasa bila tidak hati-hati akan mengecewakan. Kamu sudah merasa memberikan aneka bumbu dengan takaran yang pas, tetapi setelah dicicipi terus saja kurang atau justru berlebihan. Padahal menu yang dimasak tak hanya satu jenis. Tanpa pengalaman panjang menjamu banyak orang, kamu malah stres sendiri dengan hasilnya.

Belum lagi terkait tingkat kematangannya. Dirimu harus tahu kapan perlu mengaduk-aduk masakan, pakai api kecil atau besar, dan berapa lama dibiarkan di atas api sampai benar-benar masak. Sebab jika masakan dalam porsi jumbo gak masak betul pasti mudah basi. Sayang sekali dan tidak mungkin untukmu memasak lagi dari awal.

5. Jangan sampai lupa menghangatkannya kembali

ilustrasi memasak (pexels.com/Andrea Piacquadio)
ilustrasi memasak (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Lantaran menu berat khas Lebaran dimasak paling tidak sejak H-1 berarti kamu punya tugas yang gak boleh sampai terlupakan. Dirimu harus menghangatkannya agar tak basi. Kelihatannya ini mudah, tetapi dengan banyaknya kesibukan di rumah boleh jadi menjadi sulit. 

Kamu gak cuma bertugas di dapur, tetapi juga mempersiapkan salam tempel serta aneka bingkisan yang akan dibagikan ketika Idulfitri. Menyimpan masakan di kulkas untuk baru dihangatkan pada pagi hari saat Lebaran juga dapat berbahaya. Kulkas yang tidak benar-benar bersih, pengemasan yang gak tepat, serta suhu lemari es yang tak stabil malah dapat membuatnya basi.

Kamu baru menyadari masakanmu tidak bisa lagi dipanaskan dan dikonsumsi pada 1 Syawal. Kalau itu sampai terjadi pasti nyesek, kan? Meski Lebaran tidak mundur, acara bersantap menjadi kacau. Oleh sebab itu, minta anggota keluarga buat saling mengingatkan soal menghangatkan masakan. Siapa pun yang pertama ingat dapat langsung mengerjakannya, tidak harus kamu.

Meski ada tantangan menyiapkan hidangan Lebaran, namun kegiatan ini adalah anugerah yang harus disyukuri. Jika kamu bisa memesan sebagiannya, tentu akan sangat memudahkan. Namun jika harus membuatnya sendiri, ajak anggota keluarga buat saling membantu agar semuanya beres tanpa dirimu kelelahan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Marliana Kuswanti
EditorMarliana Kuswanti
Follow Us