Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Tindakan Orangtua yang Memicu Body Image Negatif Anak

ilustrasi anak melihat cermin (pexels.com/cottonbro studio)

Body image atau citra tubuh, adalah bagaimana seseorang memandang dirinya sendiri secara fisik. Bagi anak-anak, konsep ini mulai terbentuk sejak usia dini, dipengaruhi oleh pengalaman sehari-hari, lingkungan sosial, dan yang terpenting, orangtua.

Sering kali tanpa disadari, tindakan atau ucapan orangtua dapat berdampak besar terhadap bagaimana anak memandang tubuh mereka. Jika tidak berhati-hati, hal ini dapat memicu body image negatif yang dapat memengaruhi kepercayaan diri dan kesehatan mental anak.

Berikut tindakan tanpa sadar yang sering dilakukan orangtua dan dapat memengaruhi body image anak.

1. Terbiasa mengomentari bentuh tubuh orang lain

ilustrasi ibu mengomentari bentuh tubuh orang lain (pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)

Sering kali, tanpa sadar orangtua mengomentari tubuh orang lain, baik itu teman, keluarga, atau bahkan selebriti di televisi. Komentar seperti, “Dia terlalu gemuk untuk pakai baju itu” atau “Dia cantik karena tubuhnya kurus”, bisa tertangkap oleh anak. Anak-anak adalah pendengar yang baik, dan mereka menyerap lebih banyak dari yang kita kira.

Mengomentari tubuh orang lain mengajarkan anak bahwa penampilan fisik adalah sesuatu yang layak dinilai. Akibatnya, mereka mungkin mulai merasa bahwa tubuh mereka juga menjadi bahan penilaian orang lain. Untuk mencegah ini, cobalah fokus pada kualitas non-fisik seseorang, seperti kebaikan hati, kecerdasan, atau kemampuan.

2. Membandingkan tubuh anak dengan orang lain

ilustrasi ibu mengomentari bentuk tubuh anak (pexels.com/Kindel Media)

“Lihat adikmu, dia lebih kurus dari kamu,” atau “Kakakmu lebih tinggi, kenapa kamu tidak?” adalah contoh pernyataan yang bisa menyakitkan bagi anak. Membandingkan tubuh anak dengan orang lain, baik itu saudara kandung, teman, atau figur lain, hanya akan membuat mereka merasa tidak cukup baik.

Setiap anak memiliki bentuk tubuh dan pertumbuhan yang unik. Membandingkan anak dengan orang lain bisa membuatnya merasa kurang berharga dan tidak nyaman dengan tubuhnya sendiri. Sebagai orangtua, tugas kita adalah menyayangi anak apa adanya, bukan berdasarkan standar tertentu.

3. Berbicara negatif tentang tubuh sendiri di depan anak

ilustrasi ibu bercermin (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Ketika seorang ibu berkata, “Aku harus diet, aku terlalu gemuk,” atau ayah bercanda tentang “perut buncitnya,” anak-anak mendengarnya. Mereka belajar bahwa merasa tidak puas dengan tubuh sendiri adalah hal yang normal.

Anak-anak sering melihat orangtua sebagai panutan. Jika orangtua berbicara negatif tentang tubuh sendiri, mereka cenderung meniru pola pikir yang sama. Sebaliknya, tunjukkan rasa syukur dan penerimaan terhadap tubuh kita. Ucapkan hal-hal positif, seperti, “Tubuh ini kuat karena bisa melakukan banyak hal,” untuk memberikan contoh yang baik bagi anak.

4. Mengaitkan makanan dengan bentuh tubuh

ilustrasi ibu menyuapi anak sayur (pexels.com/Alex Green)

“Jangan makan itu, nanti gemuk!” atau “Kalau kamu makan sayur, tubuhmu akan bagus.” Mengaitkan makanan dengan bentuk tubuh dapat menciptakan hubungan yang tidak sehat antara anak dan makanan. Anak-anak mungkin mulai merasa bersalah saat makan sesuatu yang dianggap “tidak sehat” atau terlalu khawatir tentang bagaimana makanan memengaruhi tubuh mereka.

Alih-alih menghubungkan makanan dengan bentuk tubuh, fokuslah pada manfaat kesehatan. Katakan hal seperti, “Makan sayur bagus untuk kesehatanmu,” atau “Buah-buahan memberikan energi untukmu.” Ajarkan kepada anak bahwa makanan adalah bahan bakar untuk tubuh mereka, bukan alat untuk mengontrol penampilan.

5. Mendukung standar kecantikan yang tidak realistis

ilustrasi ibu dan akan melihat TV (pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)

Media sering kali mempromosikan standar kecantikan yang tidak realistis, seperti tubuh langsing sempurna atau kulit mulus tanpa cela. Tanpa sadar, orangtua mungkin mendukung standar ini dengan memberikan komentar seperti, “Cantik itu kalau kulitnya putih” atau “Pria sejati harus berotot.”

Anak-anak yang tumbuh dengan standar ini akan merasa tertekan untuk mencapainya, meskipun itu tidak realistis atau sehat. Sebagai orangtua, penting untuk mengajarkan mereka bahwa kecantikan sejati datang dari hati dan kepribadian, bukan hanya dari penampilan fisik. Jelaskan juga bahwa gambar di media sering kali telah diedit atau diatur sedemikian rupa agar terlihat sempurna.

Orangtua memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk pandangan anak terhadap tubuh mereka. Dengan lebih sadar terhadap ucapan dan tindakan, serta memberikan contoh yang baik, akan membantu anak tumbuh dengan percaya diri dan merasa nyaman dengan dirinya sendiri. Ingatlah, anak-anak belajar dari orangtua, jadi pastikan pesan yang mereka terima adalah tentang kasih sayang.

Namun, selain mengajarkan penerimaan diri, orangtua juga perlu menanamkan nilai-nilai tentang pentingnya merawat tubuh sebagai bentuk rasa syukur atas karunia Tuhan. Hal ini dapat dilakukan dengan mendorong anak untuk makan makanan bergizi, menjaga kebersihan, dan rutin berolahraga. Dengan demikian, anak tidak hanya mencintai dirinya sendiri, tetapi juga memiliki kebiasaan hidup sehat yang bermanfaat.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sani Eunoia
EditorSani Eunoia
Follow Us