Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Sebab Semangat Anak Mengikuti Les Turun, Bicarakan Tanpa Amarah

ilustrasi les (pexels.com/Yan Krukau)
ilustrasi les (pexels.com/Yan Krukau)

Orangtua tentu bermaksud baik ketika mengikutkan anak ke berbagai les. Seperti supaya anak lebih mudah mempelajari materi-materi yang sulit, makin termotivasi untuk belajar, punya kemampuan di luar bidang akademik, dan sebagainya. Akan tetapi, berhadapan dengan anak-anak memang penuh tantangan.

Anak biasanya mudah kehilangan semangat dalam hal-hal yang terasa agak sulit buatnya. Bahkan di hari pertama les saja barangkali dia sudah tampak setengah hati. Atau, antusiasmenya cuma di awal lalu segera meredup setelah pertemuan kesekian dengan guru lesnya.

Apa yang harus dilakukan orangtua bila anak mulai menolak ikut les atau rewel dan bikin kamu gak enak pada guru lesnya? Meski dirimu kesal lantaran les ditujukan buat kebaikan anak dan biayanya tidak murah, hindari marah-marah tanpa solusi. Ada enam kemungkinan penyebab dan cara mengatasinya. Simak bersama pasangan, ya.

1. Lelah dan bosan

ilustrasi les (pexels.com/Pavel Danilyuk)
ilustrasi les (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Orang dewasa saja bisa merasa lelah dan bosan, apalagi anak-anak. Pun energi setiap anak berbeda-beda. Ada anak yang tenaganya besar sehingga sepulang sekolah masih kuat mengikuti berbagai kegiatan. Jangankan les mata pelajaran yang cukup diikuti dengan duduk dan menyimak.

Les yang bersifat aktivitas fisik seperti renang atau balet pun tidak dikeluhkannya. Anak berenergi tinggi justru merasa puas dapat menyalurkan tenaganya. Namun, anak yang energinya lebih kecil cenderung gampang capek. Ini tampak dari mudahnya dia tidur siang sepulang sekolah.

Berbeda dengan anak berenergi besar yang seperti tidak ada lelahnya sehingga sulit tidur siang. Selain kelelahan, bosan di sekolah serta di rumah harus belajar bersama guru juga dapat menjadi penyebab menurunnya semangat anak. Ini sebabnya, les gak perlu setiap hari. Untuk anak sekolah dasar, les sebaiknya tidak lebih dari 2 kali dalam seminggu supaya ia tidak merasa tertekan.

2. Pelajarannya gak ada yang disukai

ilustrasi les (pexels.com/Kampus Production)
ilustrasi les (pexels.com/Kampus Production)

Umumnya orangtua mendaftarkan anak di les mata pelajaran yang sulit untuknya. Misalnya, nilai ulangan matematikanya rendah sehingga kamu mengundang guru les matematika. Keputusan ini tepat di satu sisi. Di sisi lain, anak bukannya makin menyukai pelajaran itu justru dapat tambah membencinya.

Tentu dia perlu tetap perlu mendapatkan pendampingan khusus dalam mempelajari matematika. Namun, alangkah baiknya kalau di samping les mapel yang tak disukainya juga disisipkan mapel yang menjadi minatnya. Ini barangkali membuatmu seketika bertanya-tanya tentang manfaatnya.

Bukankah itu hanya membuang-buang uang? Anak sudah bisa dan giat mempelajarinya sendiri. Ini memang benar, tetapi les pelajaran yang disenangi anak menjadi semacam  refreshing baginya. Meski ada mapel lain yang kudu dipelajarinya juga, minimal tak di setiap kesempatan les. Pun tetap memberikan les pelajaran yang digemari anak dapat membantunya mencetak prestasi.

3. Tidak cocok dengan karakter guru les dan caranya mengajar

ilustrasi les (pexels.com/Kindel Media)
ilustrasi les (pexels.com/Kindel Media)

Coba ingat-ingat lagi ketika kamu masih sekolah dan kuliah. Faktor pengajar juga memengaruhi semangatmu di kelas. Dirimu mengidolakan guru dan dosen yang bersikap hangat, jelas dalam menyampaikan materi, serta tidak banyak memberikan tugas. Hal serupa juga dirasakan oleh anakmu.

Terlebih dengan usianya yang masih kecil, anak umumnya menginginkan guru les yang juga dapat menjadi temannya bermain. Bukan guru les yang amat serius dan cuma mau membicarakan pelajaran. Anak punya banyak pertanyaan atau cerita yang melenceng dari materi les.

Ia ingin guru les yang tidak sekadar mampu mengajarinya materi-materi sulit. Namun juga bisa diajak bercanda dan mengobrol layaknya teman, kakak, atau orangtua. Memang tidak mudah untuk mendapatkan guru les dalam paket lengkap begini. Kamu bisa meminta rekomendasi dari sesama orangtua murid.

4. Soal privat atau klasikal

ilustrasi les (pexels.com/Gustavo Fring)
ilustrasi les (pexels.com/Gustavo Fring)

Bagi orangtua, les privat kerap dianggap lebih baik untuk anak karena guru akan fokus padanya saja. Anak dapat leluasa bertanya dan tidak perlu merasa malu seperti bila ada sejumlah teman. Akan tetapi, anak belum tentu sependapat. Dia bisa lebih semangat belajar apabila ada teman setidaknya satu.

Keberadaan kawan seperti meningkatkan rasa percaya dirinya di depan pengajar. Ia pun terhindar dari rasa bosan atau mengantuk karena setiap gerakan dan pertanyaan teman mencuri perhatiannya. Sebaliknya, ada pula anak yang sulit berkonsentrasi bila diikutkan les klasikal. 

Apalagi jika duduknya di baris belakang. Anak yang lebih menyukai suasana privat tidak akan merasa cukup terbantu kalau disertakan dalam les klasikal. Tanyakan saja pada anak, apakah dia menginginkan les privat atau bersama kawan-kawan? Beri tahu konsekuensi setiapnya dan bebaskan anak buat memilih sebab ia yang akan menjalaninya.

5. Tuntutan orangtua terlalu tinggi

ilustrasi les (pexels.com/Gustavo Fring)
ilustrasi les (pexels.com/Gustavo Fring)

Tentu saja dengan orangtua mengikutkan anak ke sejumlah les berarti punya harapan tersendiri. Garis besarnya, kamu ingin anak tidak ketinggalan pelajaran. Juga supaya ia dapat lebih berprestasi baik di tingkat kelas, nasional, bahkan internasional. Gak ada orangtua yang mendaftarkan anak les cuma lantaran iseng.

Namun, lihat harapan-harapan itu dari kacamata anak. Dia dapat tertekan karenanya. Makin buruk nilainya sekarang makin ia merasa sedang didorong terlalu keras olehmu supaya menjadi lebih pintar. Pikir anak, mungkin kamu ingin ia berubah dari peraih nilai terendah menjadi juara kelas.

Apakah ini hanya kesalahpahaman di antara kalian atau dirimu memang suka mengharapkan hal-hal muluk dari anak? Turunkan tuntutanmu padanya biar dia lebih nyaman dalam mengikuti les. Cukup katakan pada anak bahwa semoga tambahan pelajaran itu membantunya dalam belajar. Tentang juara kelas atau tidak lihat saja nanti. Terpenting anak belajar dengan tekun.

6. Teman-temannya gak les

ilustrasi les (pexels.com/cottonbro studio)
ilustrasi les (pexels.com/cottonbro studio)

Anak biasanya juga belum punya motivasi pribadi yang cukup kuat. Bahkan orang dewasa pun tidak semuanya berani menjalani sesuatu sendirian. Banyak orang merasa lebih aman bila berproses bersama sejumlah teman. Demikian pula anak lebih sering membandingkan dirinya dengan kawan-kawan.

Kalau teman-temannya les dan dia tidak, ia akan iri bahkan bisa kesal pada orangtua. Bahkan sekalipun kamu mampu mengajarinya sendiri di rumah atau dia tak mengalami kesulitan mempelajari mapel apa pun. Sebaliknya jika cuma anak yang les sepulang sekolah, ia pun merasa kurang puas. 

Dia iri melihat teman-temannya bisa bersantai dan bermain di sore hari. Sementara ia mesti bersama guru les selama berjam-jam. Cobalah menerangkan manfaat dari tambahan waktu belajar itu. Sampaikan juga bahwa boleh jadi beberapa temannya sebenarnya juga ingin ikut les.

Hanya saja, orangtua mereka belum dapat memenuhinya. Anak perlu bersyukur dan mengikuti les dengan baik. Bila ada kendala apa pun, minta anak supaya membicarakannya denganmu. Kamu akan selalu siap mendengarkannya dan kalian bisa mencari solusi bersama-sama.

Penurunan semangat pada anak jangan disikapi dengan kemarahan yang berlebihan. Tanyakan baik-baik apa yang dirasakan anak dan keinginannya. Kalaupun kamu mau anak les sedangkan dia menolak, cari jalan tengahnya. Contohnya, anak cukup les sekali dalam seminggu. Lain dengan rencana awalmu yang sampai 3 atau 4 kali dalam sepekan. Apabila kamu bersikap menekannya, semangatnya malah bakal tambah drop.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Marliana Kuswanti
EditorMarliana Kuswanti
Follow Us

Latest in Life

See More

[QUIZ] Apakah Kamu Punya Kecenderungan Terjebak Toxic Relationship? Cek dari Kuis Ini

17 Des 2025, 12:25 WIBLife