Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

7 Tips Kurangi Sifat Individualistis dalam Rumah Tangga, Lebih Kompak

ilustrasi pasangan (pexels.com/Yan Krukau)
ilustrasi pasangan (pexels.com/Yan Krukau)

Di awal berumah tangga kamu dan pasangan mungkin sama-sama masih membawa sifat individualistis yang tinggi. Meski kalian telah cukup lama berpacaran, hidup bersama di satu rumah dalam peran suami istri merupakan hal baru dalam kehidupanmu serta pasangan. Belum lagi ditambah sifat dasar kalian yang memang kurang mengutamakan kebersamaan.

Selama kalian masih lajang, bersikap individualistis tidak terlalu terasa berbahaya. Tapi kalau hal ini dibiarkan dan bertambah parah setelah kalian menikah, bakal sangat mengurangi kebahagiaan keluarga. Sifat individualistis masing-masing akan membuat kalian tambah berjarak seiring waktu.

Selamatkan hubungan kalian dari potensi ketidakbahagiaan bahkan kehancuran. Kamu dan pasangan sendiri yang dapat memperbaikinya. Ubah cara kalian berinteraksi dan menjalani hari-hari dengan tujuh tips rumah tangga di bawah ini. Jadilah tim yang lebih kompak untuk mewujudkan masa depan bersama.

1. Kalau bisa pakai satu kendaraan saja

ilustrasi pasangan (pexels.com/Nataliya Vaitkevich)
ilustrasi pasangan (pexels.com/Nataliya Vaitkevich)

Ini bukan tentang kalian mampu atau tidak membeli satu kendaraan lagi. Walaupun uangnya ada, apabila satu mobil atau sepeda motor masih dapat digunakan bersama mending tak usah menambahnya. Kalau kendaraan sudah masing-masing, kebersamaan kalian makin berkurang. Kalian kurang tertarik lagi untuk pergi berdua sebab telah terbiasa pergi sendiri-sendiri.

Jika pun pada akhirnya kalian mesti menambah kendaraan karena tak memungkinkan lagi buat pergi dan pulang bersama, pastikan di luar itu tetap berboncengan atau pergi semobil. Misalnya, dengan mengatur waktu belanja kalian supaya dapat dilakukan bersama-sama. Jangan pula ragu memarkir satu kendaraan di garasi jika suatu hari kalian bisa saling mengantar jemput.

2. Samakan produk-produk harian yang digunakan

ilustrasi pasangan (pexels.com/cottonbro studio)
ilustrasi pasangan (pexels.com/cottonbro studio)

Karena kalian dua orang yang sebelumnya menjalani kehidupan secara terpisah, pasti banyak sekali produk berbeda yang digunakan setiap hari. Seperti sabun, pasta gigi, sampo, sampai jenis kopi atau teh yang biasa diseduh. Memang tidak mudah meninggalkan produk yang sudah biasa dipakai dan beralih ke produk lain.

Namun jika setelah kalian menikah produk yang dipakai setiap hari gak disamakan, rasa kebersamaan di antara kalian menjadi kurang. Minumlah kopi atau teh seperti yang dinikmati pasangan. Pakailah sabun yang sama. Perbedaan masih memungkinkan, tetapi cuma buat produk tertentu seperti parfum yang wanginya disesuaikan dengan jenis kelamin.

Atau, salah satu dari kalian benar-benar gak bisa menggunakannya karena alergi. Selain untuk mengurangi sifat individualistis, pengeluaran rumah tangga pun menjadi lebih kecil. Jika mayoritas produk yang dipakai berbeda, rasa kebersamaan akan berkurang. Kamu tidak bisa merasakan apa yang dirasakan pasangan dari produk-produk tersebut. Begitu juga sebaliknya.

3. Memperbanyak penggunaan kata kita daripada aku dan kamu

ilustrasi keluarga (pexels.com/William Fortunato)
ilustrasi keluarga (pexels.com/William Fortunato)

Aku dan kamu berarti dua individu yang siap melakukan berbagai hal secara terpisah. Sementara kita menggambarkan lebih dari satu orang yang akan menyamakan pandangan dan langkah. Sebagai pasangan suami istri, lebih banyak penggunaan kata kita menambah kekuatan hubungan kalian.

Dalam konteks percakapan tertentu, kata aku dan kamu bakal tetap ada. Namun selagi masih bisa disebut dengan kita, gunakan kata ini saja. Seperti, kita akan pergi jam berapa? Bagaimana jika kita mampir dulu ke suatu tempat? Apa yang bakal kita lakukan seandainya terjadi situasi tertentu? Penggunaan kata kita seolah-oleh merapatkan posisi kalian dalam satu barisan.

4. Ada anggaran bersama di samping anggaran pribadi

ilustrasi keluarga (pexels.com/Daisy Anderson)
ilustrasi keluarga (pexels.com/Daisy Anderson)

Jika kamu dan pasangan sama-sama bekerja, tetaplah membuat anggaran bersama. Anggaran itu berisi 50 persen pendapatan masing-masing atau terserah pengaturan kalian. Terpenting jangan setiap ada kebutuhan, kalian saling bertanya mau dibayar dengan uang siapa? Dalam bujet tersebut sebaiknya juga telah ada dana untuk belanja keinginan masing-masing.

Kalian tak perlu lagi merogoh kocek pribadi guna keperluan apa pun. Uang yang ada dalam tabungan pribadi difokuskan buat menambah portofolio investasi masing-masing di samping investasi bersama yang sudah ada. Jika dalam rumah tangga terlalu kaku tentang ini uangku dan itu uangmu, sikap individualistis di antara kalian akan bertambah tinggi.

5. Sering beres-beres dan makan bersama

ilustrasi pasangan (pexels.com/Blue Bird)
ilustrasi pasangan (pexels.com/Blue Bird)

Pekerjaan rumah tangga yang hanya dilakukan oleh satu orang juga mempertajam sifat individualistis. Terutama pada pihak yang gak ikut membereskannya. Ia tahunya hanya menikmati rumah yang sudah bersih dan mengkritik pekerjaan pasangannya. Akan tetapi dengan sepasang suami istri bekerja sama membereskan rumah, sikap individualis berubah menjadi saling membantu dan respek.

Selain kompak dalam beres-beres walaupun menyesuaikan waktu luang masing-masing, makan bareng juga penting. Kalau kalian lagi sama-sama di rumah, buat rutinitas makan. Sekalipun salah satu belum lapar, makan saja sedikit biar lama-lama terbiasa bersantap bareng pasangan. Jika salah satu dari kalian kenyang duluan, kecenderungan untuk hanya mementingkan diri sendiri menjadi lebih besar.

6. Jangan egois

ilustrasi pasangan (pexels.com/Eduardo Barrientos)
ilustrasi pasangan (pexels.com/Eduardo Barrientos)

Individualistis dan egois tidak terpisahkan. Ketika kamu hanya memikirkan diri sendiri, pasangan seakan-akan gak pernah masuk dalam pertimbanganmu. Keegoisan di antara pasangan suami istri seperti ini rentan sekali memicu konflik. Mulailah memikirkan satu sama lain tentang berbagai hal.

Baik kamu maupun pasangan sangat boleh punya pendapat pribadi. Namun, jangan lupa belajar melihat sesuatu dari kacamata pasangan juga. Setiap kamu atau pasangan larut dalam pemikiran tentang diri sendiri, segera ikuti dengan pertanyaan, "Bagaimana dengan pasanganku?" Keegoisan menghancurkan relasi apa pun sehingga mesti dijauhi.

7. Tapi juga tetap harus bisa jalan sendiri-sendiri saat dibutuhkan

ilustrasi pasangan (pexels.com/terence b)
ilustrasi pasangan (pexels.com/terence b)

Tidak individualistis juga gak berarti kamu dan pasangan harus selalu bersama seolah-olah tak bisa jika berjalan sendiri-sendiri. Lebih banyak hal yang dilakukan bareng memang lebih baik. Namun, tentu ada saatnya kalian kudu bertindak sesuai masalah masing-masing. Jangan sampai demi menghindari sifat individualistis dalam hubungan, kalian justru menjadi tak mandiri.

Terlalu bergantung satu sama lain bakal melumpuhkan hari-hari ketika kalian tidak bisa bersama. Ada waktunya kalian bareng-barang melakukan sesuatu dan ada kalanya pula mesti sendirian. Fleksibilitas serta kemandirian masing-masing tetap perlu dijaga.

Masalah dalam pekerjaan juga mesti dipecahkan sendiri-sendiri. Pasangannya hanya menjadi teman sharing serta membantu semampunya. Bukan dia mengambil alih persoalan itu dan menjadi yang paling berusaha keras untuk mengatasinya.

Sifat individualistis dalam hubungan rumah tangga cenderung bersifat merusak. Perkawinan dapat kehilangan rasa indah dan hangatnya apabila sifat individualistis tidak dikontrol. Kurangi sedikit demi sedikit bersama pasangan agar kekompakan kalian meningkat dan lebih bisa saling berempati serta kasih support.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Marliana Kuswanti
EditorMarliana Kuswanti
Follow Us