Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

7 Langkah Mengatasi Anak yang Sulit Menerima Maaf, Pahami Dia 

ilustrasi menjadi orang tua yang jadi sosok mudah menerima maaf pada anak (pexels.com/Gustavo Fring)
ilustrasi menjadi orang tua yang jadi sosok mudah menerima maaf pada anak (pexels.com/Gustavo Fring)

Mendidik anak untuk menerima maaf merupakan bagian penting dalam membentuk kepribadiannya. Ini bukan hanya mengenai konsep moral, namun juga tentang mengembangkan kemampuan bertanggung jawab, empati, dan memperbaiki kesalahan. 

Jangan langsung memarahinya, pahami dulu karakter anak. Kamu tidak boleh membenarkan hal ini karena nantinya dia akan merasa tidak pernah salah. Tapi, kamu juga tidak boleh terlalu memaksanya meminta maaf yang nantinya justru membuat dia menjadi pendendam. Agar tidak salah langkah, kamu bisa mengikuti beberapa cara berikut!

1. Cari tahu sebab anak sulit untuk menerima maaf

ilustrasi orang tua bertanya pada anak sebab dia tidak mau memberi maaf (unsplash.com/Sai De Silva)
ilustrasi orang tua bertanya pada anak sebab dia tidak mau memberi maaf (unsplash.com/Sai De Silva)

Sebelum memintanya untuk menerima maaf, kamu perlu tahu alasan dibalik sikap anak yang sulit menerima maaf. Beberapa sebab umum yang membuat dia tidak mudah menerima maaf adalah perasaan rendah diri, ketakutan akan konsekuensinya ketika dia menerima maaf, ego yang tinggi, hingga dia yang belum paham tentang konsep memaafkan. Setelah memahami alasannya, kamu dan dia berdiskusi untuk tindakan selanjutnya.

2. Jadi contoh sosok yang mudah menerima maaf

ilustrasi menjadi orang tua yang jadi sosok mudah menerima maaf pada anak (pexels.com/Gustavo Fring)
ilustrasi menjadi orang tua yang jadi sosok mudah menerima maaf pada anak (pexels.com/Gustavo Fring)

Anak akan banyak belajar dari apa yang dilihatnya. Oleh sebab itu, orang dewasa perlu menjadikan dirinya contoh yang baik dalam menerima maaf. Kalau anak melihat orang dewasa bisa merespons permintaan maaf dengan tulus, dia akan cenderung mengikuti hal itu. Tidak ada yang instan, jadi kamu perlu mencontohkan hal ini terus-menerus padanya.

3. Bicarakan pentingnya meminta maaf dan menerima maaf

ilustrasi mengajarkan pada anak tentang meminta maaf dan memberi maaf (pexels.com/Ketut Subiyanto)
ilustrasi mengajarkan pada anak tentang meminta maaf dan memberi maaf (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Ajak anak untuk bicara tentang konsep maaf bisa jadi cara untuk memahami mengapa orang perlu memberi dan menerima maaf. Jelaskan bahwa setiap orang dapat melakukan kesalahan dan maaf menjadi cara untuk memperbaiki hubungan dengan orang lain. Tekankan juga bahwa ini adalah bagian normal dalam interaksi sosial yang sehat, ya.

4. Berikan kesempatan dia untuk bicara

ilustrasi mendengarkan keluh kesah anak (unsplash.com/ Jordan Whitt)
ilustrasi mendengarkan keluh kesah anak (unsplash.com/ Jordan Whitt)

Saat anak melakukan kesalahan, ajaklah dia untuk bicara tentang apa yang terjadi. Tanyakan juga mengapa dia melakukan tindakan itu. Dengarkan dengan penuh perhatian dan perlihatkan bahwa kamu memahaminya. Hal ini tentu akan membantu dia merasa nyaman dan aman bercerita padamu. Setelah lega bercerita, dia akan lebih mudah memberi maaf.

5. Ajarkan empati

ilustrasi anak dan orang tua bicara tentang empati (pexels.com/G_Masters)
ilustrasi anak dan orang tua bicara tentang empati (pexels.com/G_Masters)

Empati merupakan keterampilan penting yang berhubungan erat dengan menerima maaf. Ajarkan anak untuk dapat melihat situasi dari sudut pandang orang lain. Ini akan membantu dia memahami masalah orang lain dan memperkirakan sebab orang lain berbuat kesalahan padanya. Dengan melihat ‘sepatu’ orang lain, bisa jadi dia lebih mudah menerima maaf.

6. Jangan berlebihan dalam memarahinya

ilustrasi orang tua yang terlalu keras memarahi anaknya (unsplash.com/Julien L)
ilustrasi orang tua yang terlalu keras memarahi anaknya (unsplash.com/Julien L)

Ketika memberikan konsekuensi atas kesalahannya, jangan marahi terlalu keras padanya karena dia tidak mau menerima maaf. Tenangkan dirinya dan ajak dia bicara dari hati ke hati. Kalau anak merasa bahwa menerima maaf akan berakibat pada hukuman yang tidak adil, bisa saja ke depannya dia enggan untuk mengakui kesalahan dan enggan untuk menerima maaf. Bukan hal mustahil jika nantinya anak jadi pendendam, lho

7. Dorong untuk bertanggung jawab atas perbuatannya

ilustrasi anak yang sedang memikirkan konsekuensi baik atau buruknya menerima maaf (unsplash.com/Joseph Gonzalez)
ilustrasi anak yang sedang memikirkan konsekuensi baik atau buruknya menerima maaf (unsplash.com/Joseph Gonzalez)

Penting untuk mengajarkan anak bahwa menerima maaf dan meminta maaf merupakan tanda tanggung jawab diri. Dia harus belajar jika tindakannya mempunyai konsekuensi, baik itu positif atau negatif. Dengan cara ini, anak bisa berpikir baik atau buruknya konsekuensi tidak mau menerima maaf. 

Menerima maaf adalah proses yang memerlukan waktu. Tidak semua anak akan merasa nyaman dengan konsep ini. Oleh karena itu, berikanlah pujian dan dorongan kalau dia menerima maaf dengan tulus. Bersabar dan konsisten dalam mengajarkan dia nilai-nilai ini tentu akan membuatnya mempunyai karakter luhur. Semangat mengajarkan anak hal baik, ya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Merry Wulan
EditorMerry Wulan
Follow Us

Latest in Life

See More

7 Ide Storage Dapur Tertutup yang Bikin Rumah Auto Rapi dan Estetik

08 Sep 2025, 23:32 WIBLife