“Kalau kamu selalu terlihat sempurna, itu justru menjadi contoh yang tidak realistis bagi anak. Mereka tidak akan belajar cara membuat kesalahan atau bagaimana meminta maaf. Jadi, usahakan benar 70 persen dari waktu, dan jangan terlalu mengkhawatirkan 30 persen sisanya,” jelas Sarah Ockwell Smith, seorang penulis dan pakar Gentle Parenting & ADHD, dilansir BBC.
5 Cara Lepas dari Tekanan Jadi Orangtua Sempurna

Banyak orangtua merasa harus selalu tampil ideal di mata anak maupun lingkungan sekitar. Dari cara mengasuh, mendidik, hingga urusan rumah tangga, semua seolah dituntut sempurna tanpa cela. Padahal, tekanan seperti ini justru bisa menguras energi dan membuat hubungan dengan anak terasa kaku.
Menjadi orangtua bukan soal mengejar standar tanpa akhir, melainkan menemukan ritme yang lebih manusiawi. Ada langkah sederhana yang bisa membantu melepaskan diri dari tuntutan berlebihan itu. Yuk, simak cara lepas dari tekanan jadi orangtua sempurna agar kamu bisa lebih menikmati peran ini tanpa merasa terbebani setiap saat.
1. Terapkan aturan 70/30

Salah satu cara sederhana untuk lepas dari tekanan menjadi orangtua sempurna adalah dengan menggunakan aturan 70/30. Tidak mungkin orangtua selalu benar dalam mengasuh anak, karena kesempurnaan itu hanya ilusi. Justru dengan menargetkan cukup baik 70 persen dari waktu, orangtua bisa lebih realistis dan tenang dalam menjalani peran sebagai orangtua.
Ketika kamu melakukan kesalahan, jadikan itu kesempatan untuk mengajarkan anak tentang cara menghadapi kegagalan dan meminta maaf dengan tulus. Dengan begitu, anak belajar bahwa melakukan kesalahan adalah bagian alami dari kehidupan.
2. Bijak menggunakan media sosial

Media sosial sering menampilkan gambaran keluarga yang tampak sempurna. Namun, foto dan cerita yang terlihat sebenarnya hanya potongan kecil dari kehidupan orang lain. Kalau terus membandingkan diri, kamu bisa makin merasa tidak cukup baik.
Kalau mulai muncul rasa ragu atau membandingkan diri dengan orang lain, jangan ragu untuk klik unfollow atau mute. Gantilah dengan mengikuti akun yang lebih realistis dan suportif. Dengan begitu, kamu bisa menjaga pikiran tetap sehat tanpa terjebak standar palsu.
“Sebagian besar stres justru datang dari diri sendiri, dari media yang kita konsumsi, lingkungan orangtua yang kita ikuti, hingga pencapaian anak yang kita jadikan patokan. Semua itu bisa memutarbalikkan cara berpikir kita tentang menjadi orangtua,” jelas Jessica Lahey, seorang guru dan penulis buku terlaris NYT Gift of Failure & Addiction Inoculation, dilansir CNN.
3. Perbanyak interaksi sederhana

Tak perlu mainan mahal untuk membuat anak bahagia, cukup hadir dengan penuh perhatian. Mengobrol ringan, membaca buku bersama, atau sekadar berpelukan bisa memberi dampak besar bagi tumbuh kembang anak. Dari momen sederhana ini, anak merasa dihargai dan dicintai.
Sarah Ockwell Smith juga menekankan pentingnya mind-minded parenting, yaitu pola asuh yang berfokus pada memahami pikiran dan perasaan anak, bukan hanya perilakunya. Ketika menyadari bahwa anak punya pikiran dan perasaan sendiri, bantu mereka mengungkapkannya lewat kata-kata. Obrolan kecil pun jadi berharga karena mampu menumbuhkan empati sejak dini.
4. Jangan bandingkan diri dengan orangtua lain

Setiap keluarga punya tantangan dan caranya sendiri. Jadi, berhenti membandingkan perjalananmu dengan cerita orang lain yang sering terdengar terlalu sempurna. Bisa saja yang mereka ceritakan sebenarnya tidak sepenuhnya benar.
Kalau ada orang yang bilang anaknya selalu tidur nyenyak atau selalu menurut, jangan langsung merasa gagal. Anggap saja cerita tersebut sebagai bumbu percakapan yang tak perlu kamu ikuti. Fokuslah pada ritme keluargamu sendiri tanpa harus berpatokan dengan hidup orang lain.
5. Berbaik hati pada diri sendiri

Sering kali orangtua merasa bersalah jika belum sempat melakukan me time atau mencoba hal baru. Padahal, merawat diri bukan soal ikut tren atau terlihat produktif, tapi tentang menjaga energi agar tetap waras. Saat kamu merasa cukup, energi positif itu juga akan menular ke anak.
Sarah mengingatkan agar jangan menambah tekanan baru pada diri sendiri. Sebaliknya, bersikaplah lebih lembut dan turunkan ekspektasi. Ingatlah, tidak ada orang yang benar-benar sempurna. Jadi, beri ruang untuk istirahat dan nikmati proses menjadi orangtua tanpa standar berlebihan.
Menjadi orangtua memang penuh tantangan, tapi kamu tidak perlu selalu terlihat sempurna. Anak justru butuh orangtua yang jujur, hangat, dan mau belajar bersama. Jadi, lepaskan standar yang terlalu tinggi dan nikmati prosesnya dengan penuh cinta.