5 Dampak Orangtua yang Pilih Kasih pada Anak, Bahaya Banget!

Apakah kamu pernah merasa bahwa orangtuamu lebih memfavoritkan saudaramu dibandingkan dirimu? Atau mungkin kamu justru menjadi anak yang lebih disayangi? Fenomena pilih kasih di dalam keluarga bukan hal yang jarang ditemui, tapi dampaknya sangat serius.
Tanpa disadari, sikap pilih kasih bisa meninggalkan luka emosional yang mendalam. Bukan hanya memengaruhi masa kecil, dampaknya dapat dirasakan hingga tua. Penasaran, apa saja dampak buruk yang bisa terjadi? Yuk, simak penjelasannya!
1. Anak berpotensi tidak terpenuhi haknya

Anak yang bukan favorit sering kali tidak mendapatkan hak yang sama dengan saudaranya yang menjadi favorit. Baik itu dalam hal perhatian, kesempatan, atau bahkan dukungan finansial untuk pendidikan dan kebutuhan lainnya. Sehingga, si anak terluka secara emosional dan tidak mendapatkan haknya.
Pilih kasih ini tidak hanya merugikan secara emosional, tapi juga dalam berbagai segi. Anak yang bukan favorit mungkin kesulitan mendapatkan dukungan yang mereka butuhkan untuk mengembangkan potensi diri.
Pada akhirnya, perilaku pilih kasih ini bisa mempengaruhi prestasi akademik, karier, dan kehidupan mereka secara keseluruhan. Selain itu, anak yang merasa diperlakukan tidak adil, berpotensi mengembangkan rasa minder dan kurang percaya diri. Mereka bisa tumbuh menjadi individu yang tidak merasa berharga dan sulit memperjuangkan hak-hak mereka di kemudian hari.
2. Kurangnya pemahaman anak terhadap peran sesuai gendernya

Pilih kasih juga sering kali terjadi karena faktor gender. Misalnya orangtua lebih menyayangi anak laki-laki daripada anak perempuan, atau sebaliknya. Hal ini bisa menimbulkan dampak yang tidak hanya merugikan anak yang tidak favorit, tetapi juga anak yang diperlakukan istimewa.
Anak yang menjadi favorit karena gender tertentu mungkin tumbuh dengan sikap yang tidak menghargai lawan jenis atau merasa bahwa mereka lebih superior. Hal ini tentu dapat membentuk pola pikir yang salah. Si anak favorit menganggap bahwa keistimewaan mereka adalah hal yang wajar dan layak diterima sepanjang hidup.
Sementara itu, anak yang bukan favorit mungkin merasa bahwa keberadaanya tidak dihargai. Hal ini bisa mengganggu perkembangan identitas mereka dan mempengaruhi cara mereka memandang diri sendiri. Dalam jangka panjang, dampak ini dapat merusak hubungan antar anggota keluarga.
3. Anak merasa tidak nyaman di rumah

Rumah seharusnya menjadi tempat yang paling aman dan nyaman bagi seorang anak. Namun, bagi anak yang tidak diperlakukan dengan adil oleh orangtua, rumah bisa menjadi tempat yang paling tidak menyenangkan. Anak yang tidak menjadi favorit merasa cemas atau tidak aman di rumah mereka sendiri.
Ketidaknyamanan ini sering kali membuat anak menghindari interaksi dengan orangtua dan menghabiskan lebih banyak waktu di luar rumah. Mereka merasa tidak bisa mengandalkan orangtua untuk memberikan dukungan emosional yang dibutuhkan. Sehingga si anak memilih untuk mencari dukungan dari teman atau lingkungan luar.
4. Ketidakakuran hubungan antar saudara

Pilih kasih sering kali menyebabkan konflik antar saudara. Anak yang merasa dianakemaskan bisa tumbuh dengan rasa superior, sedangkan anak yang diabaikan bisa merasa iri dan marah. Akibatnya, hubungan antar saudara menjadi tidak harmonis.
Konflik ini bisa bertahan hingga dewasa, bahkan memperburuk hubungan keluarga secara keseluruhan. Saudara-saudara yang mengalami ketidakadilan ini bisa saling menjauh dan tidak memiliki ikatan emosional yang kuat satu sama lain. Hal ini tentu saja merugikan, karena seharusnya saudara adalah sumber dukungan satu sama lain.
Tak hanya itu, suasana keluarga juga menjadi tegang dan tidak nyaman. Pertengkaran antar saudara yang disebabkan oleh pilih kasih, bisa mengganggu keharmonisan keluarga. Bahkan, memicu pertengkaran yang lebih besar antara orangtua dan anak-anak.
5. Depresi dalam jangka panjang

Pilih kasih tidak hanya berdampak secara emosional saat anak masih kecil, tetapi bisa berlanjut hingga dewasa. Anak yang merasa diabaikan atau kurang diperhatikan bisa mengalami perasaan rendah diri dan merasa tidak berharga. Jika tidak diatasi, perasaan ini bisa berkembang menjadi depresi yang berlarut-larut.
Anak yang sering diabaikan atau diperlakukan tidak adil oleh orangtua akan merasa tidak dihargai. Kondisi ini bisa memperparah rasa kesepian dan membuatnya merasa tidak dicintai. Akibatnya, perasaan ini bisa terbawa hingga mereka lanjut usia dan mempengaruhi kualitas hidup serta kesehatan mentalnya.
Pilih kasih di dalam keluarga bukan masalah sepele. Dampaknya bisa sangat merusak, tidak hanya bagi anak yang diabaikan, tetapi juga hubungan keluarga secara keseluruhan. Sudah saatnya orangtua lebih bijak dalam memperlakukan anak-anaknya secara adil dan merata. Dengan begitu, hubungan keluarga bisa lebih sehat, harmonis, dan penuh cinta. Jadi, hindarilah pilih kasih agar seluruh anggota keluarga bisa tumbuh dengan bahagia dan saling mendukung satu sama lain!