Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Hal yang Boleh dan Dilarang Berlebihan Kamu Ceritakan ke Orangtua 

Ilustrasi orangtua dan anak (Pexels.com/Andrea Piacquadio)

Semakin dewasa dan mencapai usai 20 tahunan, tentu banyak sekali dinamika kehidupan yang menghampirimu. Karenanya, mencurahkan dan membagikan sebagian kisah hidupmu bisa menjadi selingan yang meringankan.

Kamu mungkin adalah salah satu orang yang suka curhat ke orangtua. Namun, ketahuilah jika ada hal yang boleh dan dilarang berlebihan kamu ceritakan ke orangtua. Ini dia daftarnya.

1. Jangan cerita karakter buruk pasangan

Ilustrasi orangtua dan anak (Pexels.com/cottonbro)

Kamu boleh saja tidak mendengarkan semua keluhan ibu tentang ayah dan komplain ayah terhadap ibu. Begitu juga ketika kamu ingin mengeluh tentang pacar.

Karenanya, jangan terlalu mengumbar kejelekan pacar. Orangtuamu, terlebih jika mereka overprotektif, bisa menganggap pasanganmu tidak layak mendampingi dan terus-terusan mengiranya sangat buruk.

2. Untuk yang sudah menikah, jangan terlalu mengumbar kehidupan seks

Ilustrasi pasangan (Pexels.com/cottonbro)

Kamu dan orangtuamu boleh saja tahu kalau masing-masing punya kehidupan seks yang baik. Selebihnya, janganlah terlalu diceritakan.

Kamu tidak perlu cerita berapa kali orgasme dengan pasanganmu. Intinya, masalah tempat tidur hanyalah perkara antara kamu dan pasangan sahmu saja.

3. Tak usah juga cerita terlalu detail tentang bagaimana kamu menggunakan uang

Ilustrasi pasangan dan orangtua (Pexels.com/cottonbro)

Biasanya, antara anak dan orangtua sering membicarakan gaji, program pensiun, rencana KPR, dan lain sebagainya. Hal ini wajar, terlebih ini sifatnya berkonsultasi pada yang lebih berpengalaman.

Namun, jangan bocorkan soal bagaimana kamu membelanjakan uang ya! Kamu gak perlu berkoar-koar soal berapa harga tas yang dibeli secara impulsif atau total belanjaanmu dalam sekali di mal menengah ke atas.

4. Sebaliknya, kamu boleh meminta dukungan orangtua

Ilustrasi pasangan dan ibu (Pexels.com/cottonbro)

Tak hanya untuk anak kecil, dukungan orangtua tentunya wajar bagi orang dewasa. Bahkan, ayah dan ibumu akan sangat senang jika bisa menolongmu.

Sebut saja saat kamu mendapat PHK saat pandemik. Orangtuamu tentu tidak akan menyalahkanmu dan kedua tangannya akan terbuka untuk memelukmu.

5. Katakan pula jika kamu tidak ingin didikte lagi

Ilustrasi didikte (Pexels.com/Monstera)

Meski maksudnya baik, kadang orangtua lupa kalau kita sudah dewasa dan bisa mengatasi hal-hal dengan cara sendiri. Jika kamu mulai merasa jengah ketika didikte, tak usah ragu menyampaikannya saat curhat.

"Percaya sama aku, deh!", kira-kira itu kalimat yang bisa kamu katakan. Orangtuamu mungkin bisa lebih santai ketika kamu mendapati suatu masalah dan memberi saran jika kamu meminta saja. Bukankah lebih nyaman jika demikian?

6. Mengatakan kalau kamu marah, pun sah-sah saja

Ilustrasi marah (Pexels.com/cottonbro)

Karakter orangtua itu berbeda-beda. Ada yang cuek, ada yang terlalu overprotektif, dan sebagainya. Dengan adanya karakter-karakter itu, kadang terjadi bentrokan antara kamu dan mereka saat merespons sesuatu.

Jika kamu ingin marah, tak apa-apa asalkan dengan porsi yang wajar. Yang pasti, jelaskan pesanmu saat sedang marah itu dan pastikan agar orangtuamu mengerti. Bisa jadi, perubahan terjadi setelahnya.

Itulah hal yang boleh dan dilarang berlebihan kamu ceritakan ke orangtua. Yang dilarang belum telanjur kamu lakukan, bukan?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Febriyanti Revitasari
EditorFebriyanti Revitasari
Follow Us