Begitu memasuki gerbang pernikahan, pasti millennials menemui segudang kebutuhan yang jumlahnya gak main-main. Sebut saja isi rumah seperti tempat tidur, sofa, meja makan, televisi, lemari, kompor, kulkas, hingga peralatan dapur lainnya. Kalau langsung dituruti membeli semuanya, pasti uang tabungan langsung terkuras habis.
Lalu, bagaimana cara sukses jadi pasutri millenials dan tidak tergantung orangtua dalam memenuhi kebutuhan? Yuk, kita simak penjelasan berikut!
Ditemui dalam acara Gelar Arisan Mapan yang bertempat di Gedung Nyi Ageng Serang (6/1), aktor Dimas Seto berbagi kisahnya dalam pemenuhan kebutuhan keluarga. "Belanja kebutuhan itu konstruktif, harus ada perencanaan yang matang dan sesuai kebutuhan," paparnya.
"Kebanyakan orang membeli barang bukan karena butuh, tapi karena keinginan emosional," tambah pria yang hadir dengan Dhini Aminarti, sang istri. Karena itu, hal-hal yang dibutuhkan saat sedang sulit malah terabaikan. Dalam hal ini, memang diperlukan kedisiplinan yang kuat agar tidak mudah tergoda belanja yang tidak perlu.
Dalam kesempatan yang sama, hadir pula Hendra Tjanaka (CEO Mapan). Ia menjelaskan bahwa arisan adalah alternatif bagus agar millennials bisa memenuhi kebutuhan rumah tangga tanpa kredit. "Arisan adalah budaya Indonesia. Selain itu, arisan juga merupakan proses perencanaan keuangan," paparnya.
Salah satu produk yang dibesut oleh Hendra adalah Arisan Mapan. Berbeda dengan arisan konvensional, Arisan Mapan fokus pada arisan barang di mana anggota arisannya tidak harus memilih produk yang sama. Arisan ini juga disokong dengan aplikasi Android dan metode pembayaran GoPay untuk memudahkan perencanaan keuangan.
Ada banyak arisan yang sejauh ini beredar di masyarakat. Selain arisan uang, ada arisan emas, kendaraan bermotor, dan barang rumah tangga. Namun, pastikan kamu memilih arisan yang paling sesuai kebutuhan supaya tepat guna.
Jika kamu memilih arisan yang tepat, niscaya bukan kebutuhan saja yang tercukupi. Kamu pun bisa mendapatkan modal bisnis. "Ada yang jualan es tapi selalu beli es batu karena gak punya kulkas. Ia ikut Arisan Mapan supaya bisa beli kulkas. Akhirnya dapat kocokan, barang yang diinginkan terbeli," ungkap Dimas Seto menceritakan salah satu kisah anggota Arisan Mapan.
Beberapa waktu lalu, banyak berita beredar soal arisan fiktif. Gara-gara ini, millennials enggan bergabung di arisan. Padahal, tak perlu separanoid itu. "Arisan Mapan punya ketua yang bisa mengedukasi masyarakat. Memang awalnya tidak mudah, tapi kebutuhan memang perlu perencanaan baik sejak dini," papar Hendra.
"Arisan juga tidak macet karena anggota-anggotanya memang yang sudah dikenal sendiri," ungkapnya. Dengan adanya aplikasi Arisan Mapan, perencanaan keuangan dipastikan lebih transparan. Bahkan belakangan diketahui, tidak dikenakan biaya dan dana dikembalikan penuh jika anggota arisan ini ingin berhenti.
Salah satu anggota Arisan Mapan, Ibu Adah telah bergabung semenjak September 2016. Ia merupakan ketua arisan di awal-awal Arisan Mapan berdiri. "Saya orangnya pengen kerja, tapi harus mengurus anak. Lalu tertarik lihat iklan Arisan Mapan di Facebook dan barang yang ada di katalog arisan," kisahnya.
Berawal dari kunjungan temannya, Adah berhasil mengumpulkan 10 orang yang dijadikan satu kelompok. Sejak itu, sudah sejumlah barang terkirim ke rumahnya dan anggotanya. Banyak yang tertarik sehingga ia telah mengelola 34 kelompok saat ini. "Awal-awal, saya dapat bonus Rp1 juta dari jadi ketua," ucap ibu berhijab ini sambil tersenyum. Kini, ia juga sudah membina beberapa anggota arisannya untuk menjadi ketua arisan pula.
Itu dia cara sukses jadi pasutri millennials dan tidak tergantung orangtua! Ternyata, mudah kan? Tertarik bergabung?