6 Peran Penting Orangtua Mencegah Pernikahan Dini, Komunikasi Terbuka

Pernikahan adalah salah satu momen yang diimpikan banyak orang di seluruh dunia. Namun, sayangnya, di berbagai belahan dunia, pernikahan seringkali terjadi pada usia yang terlalu muda, tak terkecuali Indonesia. Meski beberapa tahun belakangan, angka pernikahan dini perlahan mengalami penurunan namun, jumlahnya masih cukup mengkhawatirkan.
Pernikahan dini, yang didefinisikan sebagai pernikahan yang terjadi sebelum usia 19 tahun, telah menjadi isu sosial yang mendalam dan memerlukan perhatian serius. Apalagi mengingat berbagai risiko dan konsekuensi yang harus dihadapi oleh di usia yang terlalu muda, tentu membuat orangtua waswas akan hal tersebut.
Berikut peran penting orangtua dalam mencegah pernikahan dini. Baca sampai habis, yuk!
1. Berikan anak pendidikan dan informasi

Orangtua memiliki tanggung jawab untuk memberikan pendidikan dan informasi yang benar tentang pernikahan dini kepada anak-anak mereka. Mereka harus menjelaskan risiko dan konsekuensi dari pernikahan dini, serta pentingnya mengejar pendidikan dan pengembangan pribadi terlebih dahulu. Beri tahu anak tentang pentingnya pendidikan untuk masa depan yang lebih baik, serta peluang yang dapat diperoleh melalui pendidikan.
Gak cuma pendidikan akademik, pendidikan seksual juga gak boleh dilewatkan. Orangtua harus mengajarkan anak tentang reproduksi, hubungan, dan konsekuensi dari pernikahan dini secara terbuka, berdasarkan usia dan tingkat pemahaman mereka.
2. Membentuk nilai dan etika

Orangtua juga berperan dalam mengajarkan nilai-nilai seperti tanggung jawab, komitmen, dan etika dalam hubungan. Ini akan membantu anak membuat keputusan yang lebih bijak dalam pernikahan. Ajarkan nilai-nilai seperti penghormatan terhadap diri sendiri dan orang lain, tanggung jawab, dan pengambilan keputusan yang bijaksana. Dengan cara ini, anak akan memiliki kemampuan untuk mempertimbangkan keputusan dengan lebih selektif dan tidak terburu-buru di masa yang akan datang.
3. Menciptakan komunikasi yang terbuka

Orangtua harus menciptakan lingkungan di mana anak-anak merasa nyaman berbicara tentang masalah pribadi, termasuk pernikahan. Komunikasi terbuka dapat membantu anak-anak merasa didengar dan dipahami.
Dengarkan pertanyaan dan kekhawatiran mereka, dan berikan jawaban yang jujur dan informatif. Dengan keterbukaan tersebut, orangtua bisa sekaligus mengawasi anak, anak merasa terpenuhi haknya, dan tidak perlu merasa khawatir akan dihakimi dan dikritik, saat berdialog dengan orangtuanya.
4. Memberi dukungan emosional pada anak

Dukungan emosional dari orangtua sangat penting. Anak-anak perlu merasa didukung dalam perkembangan emosional mereka agar tidak terburu-buru dalam membuat keputusan pernikahan. Awasi aktivitas anak dan berikan dukungan emosional, agar mereka merasa nyaman membicarakan masalah mereka dengan orangtuanya. Dukungan emosional yang kuat akan membantu anak merasa lebih siap untuk menghadapi tekanan di tengah maraknya pernikahan dini dan membuat keputusan yang lebih bijaksana untuk masa depan mereka.
5. Memberi dukungan finansial untuk pendidikan

Membantu anak-anak dengan dukungan finansial untuk pendidikan mereka adalah investasi untuk masa depan mereka. Ini dapat membantu mereka mengejar karier atau pendidikan yang lebih baik sebelum memikirkan pernikahan. Selain itu, penting untuk mengajarkan anak tentang manajemen keuangan, agar mereka memahami pentingnya stabilitas finansial sebelum memutuskan menikah.
Coba untuk secara konsisten mengarahkan anak untuk meningkatkan dan mengembangkan pendidikan dan minat mereka. Untuk itu, penting pula untuk menumbuhkan kecintaan anak dalam menuntut ilmu dan upgrade kemampuan diri mereka.
6. Jadikan pengalaman pernikahan orangtua sebagai contoh

Dalam menghadapi ancaman pernikahan dini di Indonesia, peran orangtua sangat krusial. Dengan memberikan pendidikan, dukungan, dan contoh yang baik, orangtua dapat membantu anak-anak mereka menghindari pernikahan dini dan membangun masa depan yang lebih cerah. Orangtua juga bisa menjadikan pernikahan mereka sebagai contoh pada anak-anak.
Sampaikan secara gamblang pada mereka bahwa, kehidupan setelah pernikahan tidak selalu mudah, sebagaimana yang telah orangtua jalani. Sehingga, mereka memiliki gambaran sejak dini, bahwa untuk melangkah ke jenjang tersebut mereka membutuhkan kesiapan yang matang. Tunjukkan bagaimana hubungan yang sehat dan saling menghormati dapat membawa kebahagiaan dalam hidup. Ini dapat menjadi contoh yang kuat bagi anak.
Orangtua memiliki peran penting untuk memberikan pendidikan dan arahan untuk anak, tak terkecuali soal pernikahan. Pernikahan dini memang masih marak di tanah air. Tentu hal ini terjadi dengan beragam sebab salah satunya karena kehamilan di luar nikah. Oleh sebab itu, orangtua perlu menanamkan kemampuan self defense, menolak ajakan yang buruk, dan fondasi ilmu agama yang kuat. Semoga artikel ini bermanfaat, ya!