5 Cara Menghadapi Orangtua yang Lebih Fokus pada Kekurangan Anak

Setiap anak tentu ingin mendapatkan dukungan dan apresiasi dari orangtua. Namun, dalam beberapa kasus, ada orangtua yang cenderung lebih memperhatikan kekurangan anak daripada kelebihan mereka. Alih-alih memberikan motivasi, kritik yang terlalu sering bisa membuat anak merasa tidak cukup baik dan kehilangan kepercayaan diri.
Menghadapi orangtua yang selalu menyoroti kekurangan bisa menjadi tantangan tersendiri. Namun, bukan berarti situasi ini tidak bisa diubah. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menjaga hubungan tetap sehat sekaligus membantu orangtua melihat sisi positif dari anak mereka. Berikut lima cara menghadapi orangtua yang lebih fokus pada kekurangan anak.
1. Berusaha membangun komunikasi yang lebih positif

Jika kritik dari orangtua sudah menjadi kebiasaan, cobalah untuk mengubah pola komunikasi yang ada. Salah satu caranya adalah dengan lebih banyak berbagi cerita positif atau menunjukkan sisi baik dari diri sendiri secara langsung.
Misalnya, ketika orangtua mulai mengkritik suatu hal, cobalah mengalihkan pembicaraan ke topik lain yang lebih positif. Lama-kelamaan, mereka bisa mulai terbiasa untuk tidak hanya fokus pada kekurangan, tetapi juga melihat hal-hal baik dari anak mereka.
2. Tetap tenang dan tidak mudah terpancing emosi

Mendapatkan kritik yang terus-menerus tentu bisa membuat perasaan tidak nyaman, tetapi merespons dengan emosi yang meledak-ledak hanya akan memperburuk keadaan. Tetaplah tenang dan coba untuk tidak langsung bereaksi negatif ketika orangtua mulai menyoroti kekurangan.
Mengontrol emosi bukan berarti menerima semua kritik tanpa berpikir, tetapi lebih kepada bagaimana menghadapi situasi dengan kepala dingin. Jika situasi terasa sulit, mengambil napas dalam-dalam atau menjauh sejenak bisa membantu agar respons yang diberikan tetap bijaksana.
3. Cari dukungan dari lingkungan yang positif

Jika tekanan dari orangtua terasa berat, mencari dukungan dari lingkungan lain bisa membantu menjaga keseimbangan emosi. Berbicara dengan teman, mentor, atau anggota keluarga lain yang lebih suportif bisa menjadi cara untuk mendapatkan perspektif yang lebih sehat.
Dukungan dari lingkungan yang positif dapat membantu memperkuat rasa percaya diri dan memberikan dorongan untuk tetap berkembang, meskipun tidak selalu mendapatkan pengakuan dari orangtua.
4. Sampaikan perasaan dengan cara yang baik

Orangtua mungkin tidak menyadari bahwa kritik mereka bisa menyakiti perasaan anak. Oleh karena itu, penting untuk menyampaikan apa yang dirasakan dengan cara yang baik dan jelas.
Gunakan kalimat yang tidak terkesan menyalahkan, seperti "Aku merasa sedih ketika hanya mendengar tentang kesalahanku tanpa apresiasi untuk usahaku." Dengan cara ini, orangtua lebih mungkin memahami perspektif anak tanpa merasa diserang.
5. Fokus pada pengembangan diri daripada sekadar mencari validasi

Tidak semua orangtua terbiasa memberikan pujian atau mengakui usaha anak secara terbuka. Jika hal ini terjadi, cobalah untuk tidak terlalu bergantung pada validasi dari mereka.
Alih-alih hanya berharap orangtua mengakui kelebihan yang dimiliki, lebih baik fokus pada perkembangan diri sendiri. Menghargai pencapaian, sekecil apa pun itu, bisa menjadi cara untuk membangun kepercayaan diri tanpa harus selalu mengandalkan pengakuan dari orang lain.
Menghadapi orangtua yang lebih fokus pada kekurangan anak bukanlah hal yang mudah, tetapi ada cara untuk menyikapinya tanpa harus merusak hubungan. Dengan tetap tenang, membangun komunikasi yang baik, dan fokus pada perkembangan diri sendiri, anak bisa tetap tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri. Yang terpenting, jangan sampai kritik yang terus-menerus membuat kehilangan rasa percaya terhadap potensi diri sendiri.