5 Pemikiran yang Bikin Orangtua Malas Ngobrol dengan Anak, Percuma?

Rumah perlu dihidupkan dengan obrolan. Tidak hanya percakapan antara suami dan istri, tapi juga orangtua dengan anak. Bahkan sejak anak kecil. Akan tetapi, belum semua orangtua melakukannya.
Anak kadang dianggap tak lebih dari makhluk kecil yang belum tepat diajak membicarakan apa pun. Terpenting semua kebutuhan makanan, minuman, dan kesehatannya dipenuhi. Padahal, mengobrol juga bentuk rangsangan untuk aspek kognitif anak dan kemampuannya berbicara.
Baik ayah maupun ibu tidak boleh lagi malas mengajak anak bercakap-cakap sekecil apa pun mereka. Bayi saja perlu mulai diajak mengobrol. Apalagi anak yang sudah bisa melakukan lebih banyak aktivitas. Orangtua yang enggan berbincang dengan anak biasanya berpikir seperti di bawah ini.
1. Anak gak bakal paham apa yang dikatakan orangtua

Pemahaman anak memang masih terbatas. Ini tak lepas dari kosakata yang diketahuinya juga masih sedikit. Demikian pula pengalaman hidupnya belum ada apa-apanya dibandingkan pengalaman hidupmu. Akan tetapi, justru di sinilah pentingnya peran orangtua.
Kamu dan pasangan harus terus memberinya stimulasi melalui percakapan. Ini mirip dengan siswa yang sedang belajar. Awal masuk sekolah, semua siswa gak paham apa pun mengenai pelajaran.
Namun, guru terus membagikan ilmunya tanpa lelah. Hari demi hari, seluruh murid menjadi tambah mengerti materi yang disampaikan. Pemahaman anak akan perkataan orangtua di rumah pun seperti itu. Dia tidak sepasif yang dipikirkan olehmu.
Dalam keterbatasannya, anak juga belajar memahami orangtuanya. Boleh jadi ia belum berhasil mengerti makna ucapanmu. Namun, dia akan menghubungkan apa yang didengarnya dengan raut wajahmu. Dari situ pelan-pelan anak berlatih menyimpulkan.
2. Anak juga pasti gak peduli

Jangan-jangan malah orangtua yang lebih sering kurang peduli pada ucapan anak. Kamu dan pasangan sering sibuk sendiri ketika di rumah. Anak mengajak kalian berbicara, dirimu serta pasangan mengabaikannya.
Atau, apa pun yang dikatakan anak, responsmu sama. Yaitu, diam dulu ya atau sebentar. Memang anak sering terlihat gak fokus. Perhatiannya masih gampang teralihkan. Akan tetapi, bukan artinya ia tidak peduli.
Suara orangtua yang telah amat dikenal anak menarik perhatiannya. Kamu memanggilnya saja, ia langsung menengok atau mendekat. Lebih-lebih dirimu mengajaknya bicara. Perhatianmu sepenuhnya tertuju padanya.
Selama kontak mata dipertahankan, anak tahu bahwa dia mesti menyimakmu. Kamu bahkan dapat dibuat terkejut oleh ingatan anak tentang apa yang pernah didengarnya darimu. Itu tidak bakal terjadi jika dia gak peduli sama sekali.
3. Anak lebih suka bermain

Memang bermain merupakan bagian penting dari dunia anak. Permainan membuat anak senang. Akan tetapi, jangan lupa ada satu hal yang lebih disukai semua anak. Itu adalah perhatian terutama dari orangtuanya.
Kesediaanmu mengobrol dengan anak ialah bentuk perhatian. Apalagi kamu dan pasangan tidak sambil melakukan kegiatan lainnya. Anak menjadi tahu bahwa kalian menyediakan diri hanya untuknya. Apa pun isi obrolan tidak terlalu penting.
Anak menyukai kedekatan yang terjalin di antara kalian. Walaupun dia masih sambil memegang mainan, suaramu tetap lebih menarik. Pun sembari kalian bercakap-cakap, dirimu dapat menemaninya bermain. Itu membuat permainannya lebih seru.
4. Tak bisa kasih respons tepat artinya bukan teman bicara yang baik

Anak yang salah merespons merupakan hal biasa. Sesama orang dewasa saja dapat memberikan tanggapan yang kurang tepat. Gagal paham umum terjadi karena bagaimanapun juga kalian dua orang yang berbeda.
Orang lain tak sepenuhnya bisa memahami cara berpikirmu. Apalagi anak yang pengetahuannya terbatas. Seperti kamu bilang lagi capek sekali sehabis bekerja. Anak menanggapi santai, "Ya sudah, Papa/Mama gak usah kerja lagi. Papa/Mama di rumah saja menemani aku."
Jawaban di atas tentu sangat tidak diharapkan olehmu. Akan tetapi, reaksi spontannya juga mengandung pelajaran berharga bagimu. Yaitu, sebaiknya kamu tak sibuk mengeluh jika telah mengambil pilihan hidup. Andai dirimu di rumah saja pasti juga ada kalanya bakal merasa capek dan bosan.
5. Ngobrolnya nanti saja kalau anak sudah besar

Tentu berbicara dengan anak setelah ia dewasa bakal lebih menyenangkan. Dia tidak kesulitan lagi memahami perkataanmu. Kalian juga bisa membicarakan lebih banyak topik. Dari politik, olahraga, ekonomi, sampai kesehatan.
Masalahnya, apakah kelak kalian dapat mengobrol dengan cair jika tidak dibiasakan sejak anak kecil? Makin lama waktu yang disia-siakan dan dibiarkan sepi dari percakapan, makin canggung hubungan kalian. Baik orangtua maupun anak sama-sama merasa gak dekat.
Boro-boro kalian seru membahas sesuatu. Bertemu saja belum tentu saling menyapa. Saat anak besar, mungkin dia pulang-pulang langsung masuk kamar. Dirimu yang kurang memahai dirinya juga takut salah bicara dan membuatnya kesal.
Ngobrol dengan anak mesti dibiasakan oleh orangtua. Jangan menunggu anak mengajakmu bicara duluan. Anak memantulkan caramu serta pasangan dalam memperlakukannya. Kalau kalian mendiamkannya, anak juga tidak tertarik buat bicara.