Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Pola Asuh Keluarga dalam Kondisi Ekonomi Tertentu

ilustrasi berkumpul bersama keluarga (pexels.com/Tima Miroshnichenko)
ilustrasi berkumpul bersama keluarga (pexels.com/Tima Miroshnichenko)
Intinya sih...
  • Keluarga mapan dengan penghasilan besar memiliki kemampuan finansial untuk memenuhi segala kebutuhan anak, termasuk pendidikan dan fasilitas mewah.
  • Keluarga menengah memiliki keterbatasan finansial namun tetap bisa memberikan perhatian dan waktu bersama yang cukup bagi anak-anaknya.
  • Keluarga bawah mengalami kesulitan ekonomi yang berdampak pada keterbatasan waktu dan perhatian orangtua terhadap anak, namun banyak juga yang berhasil mendidik anaknya dengan baik.

Setiap keluarga punya cara untuk mendidik anaknya, dan biasanya dipengaruhi oleh kondisi masing-masing, termasuk faktor ekonomi. Gaya mengasuh anak di keluarga sederhana tentu gak sama dengan keluarga mapan, serba berkecukupan, bahkan berlimpah. Gak hanya tentang mana yang paling tepat, tapi juga cara menyesuaikan kondisi dengan tetap memberi yang terbaik untuk anak.

Faktanya, keluarga menjadi tempat utama bagi anak-anak belajar tentang bersikap, membangun karakter, hingga mencari solusi atas permasalahannya. Semua berawal dari rumah, maka gak heran ada hubungannya juga dengan cara anak-anak dididik orangtuanya.

Namun, karena faktor ekonomi juga berpengaruh, ketika penghasilan orangtua terbatas, jelas ada tantangan yang muncul seperti untuk memenuhi kebutuhan dasar, menyediakan keperluan sekolahnya, hingga waktu menemami anak di rumah.

Mari, bahas lebih lanjut tentang pola asuh dalam keluarga dengan kondisi ekonomi tertentu.

1.Keluarga dengan ekonomi tinggi, serba mampu mencukupi dan mewujudkan impian anaknya

ilustrasi perkumpulan keluarga (pexels.com/Andrea Piacquadio)
ilustrasi perkumpulan keluarga (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Keluarga dengan penghasilan besar seperti pebisnis sukses hingga konglomerat, secara ekonomi mereka sangat tercukupi, bahkan berlebih. Mau menyekolahkan anaknya ke luar negeri atau sekolah internasional pun dengan mudahnya. Bisa melengkapi fasilitas belajar hingga les privat untuk anaknya. Segala kebutuhan anak tercukupi, bahkan agar anak bisa merasakan gaya hidup mewah pun mudah.

Nah, karena gak stres perihal kebutuhan dasar dan pendidikan anak di sekolah, orangtua dari keluarga golongan ini jadi punya waktu lebih untuk mendampingi anak bertumbuh kembang. Mereka bisa meluangkan waktu memilihkan sekolah terbaik sesuai minat anak, memenuhi kebutuhan pendidikan hingga hiburannya, bahkan menyiapkan konsultan dalam pengasuhan anak.

Bagi anak yang tumbuh dalam lingkungan ini, dirinya bisa cepat beradaptasi, mengembangkan bakat dan terus menggali potensi yang dimiliki. Tentu ada kurangnya juga jika terus berlebihan tanpa diimbangi mengajarkan anak kebijaksanaan, maka tetap perlu pendampingan bijak agar kelak dewasa anak-anaknya sukses bahagia, dan baik budi serta lainnya.

2.Keluarga ekonomi menengah, hidup nyaman bisa dekat bersama anak

ilustrasi kebersamaan keluarga di rumah (pexels.com/Monstera Production)
ilustrasi kebersamaan keluarga di rumah (pexels.com/Monstera Production)

Keluarga yang para orangtuanya biasanya bekerja sebagai karyawan kantoran, atau pemilik toko maupun bisnis kecil-kecilan berada dalam ekonomi menengah. Memiliki penghasilan yang cukup untuk kebutuhan pokoknya, dan masih ada untuk kebutuhan lain. Penghasilannya bisa untuk menikmati hidup dengan tenang dan nyaman, sesekali liburan bersama dan memenuhi kebutuhan pendidikan anak.

Orangtua dalam kategori ini sangat peduli dengan perkembangan anak, akan selalu berusaha agar anaknya mendapatkan yang terbaik. Makanan bergizi tercukupi, memberi hadiah untuk menyenangkan anaknya, hingga mendukung agar anaknya berprestasi di sekolah. Meskipun, ada keluarga masih ada yang berpikir dulu sebelum memberikan sesuatu ke anaknya sesuai kemampuan ekonominya.

Nilai plusnya, keluarga ini punya waktu bersama anak lebih banyak sehingga kedekatan emosionalnya terjalin baik. Gaya hidup gak terlalu berlebihan, anaknya masih bisa merasakan fasilitas yang bagus meski tidak selalu yang mewah-mewah. Kebersamaan adalah poin utama yang membuat anak nyaman dan tetap terpenuhi kebutuhan perhatiannya.

Anak-anak dalam kondisi keluarga ekonomi menengah juga mampu menghargai upaya orangtuanya. Meraka rajin menabung, dan mandiri karena juga diajarkan hidup minimalis.

3.Keluarga dengan ekonomi rendah, bertahan hidup dengan perjuangan keras

ilustrasi keluarga tersenyum bahagia (pexels.com/Daniel Lee)
ilustrasi keluarga tersenyum bahagia (pexels.com/Daniel Lee)

Ada pula keluarga yang berada dalam kondisi bawah. Pola asuhnya juga tentu berbeda dari golongan sebelumnya. Para orangtua ini biasanya bekerja sebagai pekerja yang penghasilannya tak menentu, bahkan kurang untuk memenuhi kebutuhan harian.

Kondisi ekonomi ini, para orangtua seringkali harus bekerja banting tulang dari pagi sampai malam. Bahkan, lebih dari satu pekerjaan mereka jalani demi bertahan hidup sambil mengasuh anaknya.

Waktu bersama anak sangat terbatas, kadang anak pun ikut orangtuanya bekerja. Bukan tak sayang, karena juga untuk mendapat penghasilan. Dampaknya, pola pengasuhannya jadi sulit untuk benar-benar fokus memberi terbaik bagi anak.

Situasi belajar anak juga kurang kondusif ketika anak membantu orangtuanya mencari nafkah. Oleh karena itu, bukan hal yang aneh kalau anak dari keluarga kurang mampu agak tertinggal pendidikannya, namun ini tak berlaku untuk semuanya. Meski hidup dalam keterbatasan, banyak juga yang sukses menyekolahkan anaknya. Bahkan, anaknya meraih banyak prestasi di bidang yang diminati. Masa depan anak tetap ada tak melulu karena uang orangtua terbatas.

Kondisi ekonomi jadi penentu bagaimana keluarga menjalani hidup dan mengasuh anaknya. Penghasilan orangtua yang besar mampu leluasa memenuhi segala yang anak butuhkan dan inginkan. Sementara, yang menengah ada sedikit hambatan, dan yang bawah begitu berat.

Setiap keluarga punya caranya yang juga dipengaruhi finansial, tetapi tujuannya sama ingin anak-anaknya tumbuh jadi pribadi baik, cerdas, mandiri, dan bahagia. Mau dari keluarga dengan kondisi ekonomi mana saja, ketika pola asuhnya baik dalam komunikasi dan sebagainya juga sehat, maka tercipta keharmonisan yang bakal membantu perkembangan anak dan masa depannya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Merry Wulan
EditorMerry Wulan
Follow Us