Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

7 Tips Agar Anak Tidak Stres Saat Rutinitasnya Berubah, Ketahui!

ilustrasi anak-anak mengerjakan tugas (pexels.com/anastasiashuraeva)
ilustrasi anak-anak mengerjakan tugas (pexels.com/anastasiashuraeva)
Intinya sih...
  • Jelaskan perubahan secara sederhana dan jujur, sesuai usia anak
  • Buat rutinitas baru yang konsisten untuk memberikan rasa aman
  • Gunakan hitungan mundur, isyarat visual, dan libatkan anak dalam pengambilan keputusan

Perubahan dalam rutinitas sering kali terasa sepele bagi orang dewasa, tapi bisa jadi sumber stres besar bagi anak-anak. Entah itu pindah rumah, mulai sekolah baru atau sekadar mengubah waktu tidur, semua bisa memengaruhi kenyamanan emosional mereka.

Maka dari itu, penting bagi orangtua untuk tahu cara mendampingi anak saat menghadapi transisi ini. Dengan pendekatan yang tepat, anak bisa belajar beradaptasi tanpa merasa kehilangan rasa aman dan kontrol atas dunianya.

Berikut ini tips agar anak tidak stress saat rutinitasnya berubah. Langsung scroll!

1. Jelaskan perubahan secara sederhana dan jujur

ilustrasi orangtua menasihati anak (pexels.com/augustderichelieu)
ilustrasi orangtua menasihati anak (pexels.com/augustderichelieu)

Ketika anak tahu apa yang akan terjadi, rasa cemasnya akan berkurang. Maka, penting untuk menjelaskan perubahan yang akan terjadi dengan bahasa yang sesuai usia mereka. Misalnya, katakan, “Kita pindah rumah supaya kamu punya kamar sendiri dan taman yang lebih luas buat bermain”.

Dikutip BBC, menurut Dr. Elizabeth Rapa, seorang professor dari University of Oxford, memberi penjelasan tentang alasan di balik perubahan yang terjadi dapat membantu anak merasa lebih tenang. Maka dari itu, bisa disimpulkan bahwa komunikasi terbuka jadi kunci utama dalam menghadapi perubahan ini.

“Jelaskan apa yang sedang terjadi dengan cara yang sesuai usia, bahkan sebelum kamu pikir mereka bisa memahami. Jika anak tidak diberi penjelasan, mereka cenderung berpikir perubahan itu karena kesalahan mereka,” kata Dr. Elizabeth.

2. Buat rutinitas baru yang konsisten

ilustrasi ibu duduk bersama dua anak  (pexels.com/ellyfairytale)
ilustrasi ibu duduk bersama dua anak (pexels.com/ellyfairytale)

Menurut Dr. Michael Rosenthal, seorang neuropsikolog klinis, dilansir Child Mind Institute, kalau anak enggan berpindah dari satu aktivitas ke aktivitas lain, ini karena mereka merasa nyaman dengan hal-hal yang teratur seperti rutinitas dan struktur. Oleh karenanya, cara terbaik untuk membantu mereka berada di rutinitas baru yang konsisten.

Jadwalkan kegiatan seperti jam makan, tidur, dan bermain secara tetap setiap harinya. Jadi, bukan hanya aktivitas harian yang punya pola, tapi juga cara berpindah dari satu kegiatan ke kegiatan lain. Rutinitas dapat memberikan rasa aman karena anak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.

3. Gunakan hitungan mundur dan isyarat visual

ilustrasi anak kecil berkumur (pexels.com/mikhailnilov)
ilustrasi anak kecil berkumur (pexels.com/mikhailnilov)

Anak-anak membutuhkan waktu untuk mempersiapkan diri sebelum beralih ke aktivitas lain. Kamu bisa memberitahu mereka sebelumnya dengan hitungan mundur, seperti “10 menit lagi kita selesai main, ya”. Ini membantu mereka menyesuaikan diri secara emosional dengan transisi yang akan datang.

Dr. Rosenthal juga menyarankan melakukan role play atau permainan peran untuk melatih anak berpindah dari satu aktivitas ke aktivitas lain agar mereka terlibat dalam prosesnya. Tambahkan juga isyarat visual seperti gambar atau kalender untuk mendukung pemahaman anak yang lebih visual.

“Ini memberi ruang bagi anak untuk secara emosional siap menghadapi aktivitas berikutnya,” kata Dr. Rosenthal.

4. Ajak anak menyuarakan perasaannya

ilustrasi ibu dan anak menggunakan laptop (pexels.com/nicolabarts)
ilustrasi ibu dan anak menggunakan laptop (pexels.com/nicolabarts)

Saat rutinitas berubah, anak bisa merasa bingung, marah, atau sedih tanpa tahu cara mengungkapkannya. Ajak anak untuk bicara atau menggambar tentang perasaannya agar mereka bisa mengenal emosi mereka sendiri. Kamu juga bisa menggunakan boneka, buku cerita, atau permainan peran sebagai sarana ekspresi.

Ketika anak merasa didengar, mereka cenderung lebih tenang dan terbuka menghadapi situasi baru. Dengan begitu, anak akan belajar bahwa perasaan mereka valid dan penting untuk dibicarakan, bukan disimpan sendiri.

5. Libatkan anak dalam proses pengambilan keputusan

ilustrasi ibu dan anak bermain laptop di tempat tidur (pexels.com/olly)
ilustrasi ibu dan anak bermain laptop di tempat tidur (pexels.com/olly)

Menurut Dr. Matthew Rouse, psikolog klinis, dilansir Child Mind Institute, memberi anak pilihan kecil bisa jadi cara ampuh untuk mengurangi stres saat menghadapi perubahan. Dengan diberi pilihan, anak merasa punya kendali atas apa yang terjadi. Ini bisa sesederhana membiarkan mereka memilih antara makan roti atau sereal saat sarapan.

Namun, penting untuk tetap memberikan pilihan yang aman dan terarah. Jangan sampai memberi terlalu banyak opsi yang justru membuat anak bingung atau merasa kewalahan. Dengan pendekatan ini, anak akan lebih kooperatif dan tidak terlalu reaktif terhadap rutinitas baru.

6. Gunakan lagu dan aktivitas kreatif

ilustrasi anak bermain di depan laptop (pexels.com/nicolabarts)
ilustrasi anak bermain di depan laptop (pexels.com/nicolabarts)

Lagu atau aktivitas menyenangkan bisa membantu anak bertransisi dari satu kegiatan ke kegiatan lain. Cobalah menyanyikan lagu pendek saat waktunya beres-beres atau tidur malam agar suasana lebih ringan. Kegiatan seperti menggambar atau membuat bagan aktivitas juga bisa menenangkan mereka.

Dr. Rouse menjelaskan, bahwa anak-anak lebih mudah menerima perubahan melalui cara bermain dan kreatif. Cara-cara ini menyamarkan transisi sebagai momen seru, bukan beban. Ini efektif terutama untuk anak-anak usia dini yang lebih responsif terhadap musik dan gambar.

7. Berikan pujian dan apresiasi

ilustrasi ibu dan anak menghabiskan waktu bersama (pexels.com/nicolabarts)
ilustrasi ibu dan anak menghabiskan waktu bersama (pexels.com/nicolabarts)

Jangan lupa beri pujian saat anak berhasil beradaptasi dengan baik. Apalagi, jika diberi pujian yang spesifik akan membangun rasa percaya diri anak dan membuat mereka lebih semangat menjalani rutinitas baru.

Dr. Rouse juga menjelaskan, untuk setiap kali transisi terasa sulit, pasti ada banyak momen di mana anak berhasil, jadi jangan lewatkan kesempatan untuk memberikan pujian positif. Saat anak tahu usahanya dihargai, mereka akan merasa lebih kuat dan siap menghadapi tantangan selanjutnya.

Perubahan memang tak bisa dihindari, tapi stres pada anak bisa dicegah asal kita sabar dan empati dalam mendampingi. Dengan dukungan emosional yang tepat, anak akan belajar bahwa rutinitas baru bukan musuh, melainkan petualangan yang seru untuk dijalani bersama.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Muhammad Tarmizi Murdianto
EditorMuhammad Tarmizi Murdianto
Follow Us