6 Tips Membiasakan Anak Menyukai Hal-hal yang Menantang

Setiap anak pasti pernah merasa ogah-ogahan saat dihadapkan pada tugas sulit. Ada yang langsung menyerah sebelum mulai, ada juga yang terus menunda karena takut gagal. Padahal, kemampuan menghadapi tantangan bukan bawaan lahir, melainkan kebiasaan yang bisa dibentuk sedikit demi sedikit.
Otak manusia punya sistem penghargaan yang bisa menyala ketika merasa berhasil, tapi sistem ini bekerja paling baik justru saat ada usaha yang dikeluarkan. Itu artinya, anak perlu belajar menikmati prosesnya, bukan cuma hasil akhirnya. Nah, kamu bisa bantu anak membangun mindset ini lewat rutinitas kecil dan strategi yang tepat.
Berikut enam kebiasaan yang bisa kamu ajarkan agar anak terbiasa dan bahkan menyukai hal-hal yang menantang.
1. Ubah fokus penghargaan ke usaha, bukan hasil

Sering kali kita hanya memuji anak ketika dia menang atau berhasil. Tapi kalau penghargaan (reward) hanya muncul saat sukses, otak anak bisa jadi malas mencoba hal yang berisiko gagal. Solusinya, beri pujian pada proses, bukan hasilnya.
Misalnya, daripada bilang “kamu pintar banget”, coba ganti dengan “kamu fokus banget tadi, ya”. Kalimat seperti ini membantu anak merasa bahwa usahanya dihargai. Lama-lama, anak jadi menikmati prosesnya, bukan cuma mengejar hasil akhir.
2. Bantu anak mulai dari langkah terkecil

Motivasi sering muncul setelah tindakan dimulai, bukan sebelumnya. Jadi, kalau anak merasa tugasnya berat, bantu dia untuk mulai dari langkah paling kecil.
Contohnya, kalau harus belajar sains, jangan langsung suruh dia baca semua materi. Mulai aja dari hal simpel seperti “ambil buku catatan dulu”. Ketika tugas besar dipecah jadi bagian kecil, otaknya akan lebih mudah membangun momentum.
3. Jadikan hal sulit sebagai bagian dari rutinitas

Kalau setiap kali menghadapi tugas, dan anak harus mengumpulkan semangat dulu, itu melelahkan. Tapi kalau tugas itu sudah jadi bagian dari rutinitas, otaknya berhenti membantah dan langsung jalan aja.
Buat jadwal harian yang konsisten, misalnya baca 15 menit sebelum tidur atau latihan soal tiap sore. Dengan begitu, tantangan bukan lagi sesuatu yang harus “dilawan”, tapi jadi bagian dari rutinitas harian.
4. Bangun kebiasaan yang bikin anak "menang" secara alami

Bukan cuma soal kerja keras, kadang soal persiapan juga bisa bikin anak lebih mudah menjalani tugas berat. Misalnya, menyiapkan tas atau perlengkapan sekolah di malam sebelumnya bisa jadi sinyal ke otak untuk siap menghadapi hari esok. Kebiasaan-kebiasaan ini memberikan rasa nyaman dan kepercayaan diri, jadi anak gak merasa semuanya mendadak dan berat.
5. Terapkan aturan "cukup satu aja"

Daripada menargetkan hal besar, ajarkan anak untuk mulai dari satu hal kecil setiap hari. Ini disebut “just one rule”.
Misalnya, cukup baca satu halaman buku. Cukup bereskan satu bagian meja belajar. Fokus hanya ke satu hal bisa menurunkan stres dan bikin otak merasa lebih ringan.
Kalau setelah itu anak mau lanjut, bagus. Tapi kalau hanya selesai satu pun, tetap ada rasa puas yang muncul.
6. Konsistensi lebih penting daripada intensitas

Kadang kita berpikir harus langsung rajin besar-besaran supaya kelihatan usaha. Padahal, usaha kecil yang dilakukan terus-menerus lebih berdampak besar, lho. Anak yang menulis 10 menit setiap hari akan berkembang lebih baik daripada yang menulis 1 jam seminggu sekali.
Otak belajar dari pengulangan, bukan dari seberapa besar upayanya sekali waktu. Kalau anak bisa melihat bahwa kehadiran rutin lebih penting dari hasil sempurna, dia akan belajar menikmati prosesnya.
Membiasakan anak menyukai tantangan memang butuh waktu. Tapi dengan langkah kecil dan konsisten, kamu bisa bantu anak membentuk pola pikir yang kuat.
Mulailah dari memuji usaha, bukan hasil. Pecah tugas jadi bagian kecil. Bangun rutinitas, bukan paksaan. Dengan begitu, anak gak cuma berani menghadapi hal sulit, tapi juga bisa menikmati proses belajarnya. Yuk, mulai diterapkan dari sekarang!