Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Waspada! Ini 7 Ciri Anak Mengalami Anxiety dan Cara Membantunya 

ilustrasi anak bersedih (freepik.com)
ilustrasi anak bersedih (freepik.com)
Intinya sih...
  • Anak-anak juga bisa mengalami kecemasan yang mengganggu perkembangan sosial, emosional, dan akademik mereka.
  • Kecemasan pada anak dapat tampak dalam bentuk keluhan fisik, perubahan perilaku, atau kesulitan tidur.
  • Orangtua dapat membantu anak dengan menciptakan waktu khusus tanpa kekhawatiran, memberikan pendekatan bertahap untuk kecemasan sosial, dan membantu anak meningkatkan konsentrasi.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Anxiety atau kecemasan bukan hanya dialami oleh orang dewasa. Nyatanya, anak-anak juga bisa mengalami rasa cemas yang cukup intens hingga mengganggu keseharian mereka. Sayangnya, karena keterbatasan kosakata dan kemampuan anak dalam mengekspresikan perasaan, tanda-tanda ini sering kali tidak terdeteksi dengan baik oleh orangtua maupun pengasuh. Padahal, menurut Cleveland Clinic, satu dari lima anak di bawah usia 10 tahun mengalami gangguan kecemasan, dan jumlah ini diperkirakan terus meningkat seiring dengan kompleksitas lingkungan dan tekanan sosial yang dihadapi anak-anak.

Kecemasan pada anak bisa tampak dalam berbagai bentuk, mulai dari keluhan fisik hingga perubahan perilaku. Jika tidak ditangani sejak dini, anxiety dapat mengganggu perkembangan sosial, emosional, dan akademik anak. Kabar baiknya, dengan mengenali ciri-cirinya dan tahu cara mendampingi secara tepat, orangtua bisa membantu anak membangun ketahanan emosional dan kemampuan mengelola stres secara sehat. Berikut ini penjelasan mengenai ciri umum kecemasan pada anak dan bagaimana cara membantu mereka mengatasinya.

1. Kekhawatiran dan ketakutan yang berlebihan

ilustrasi anak merasa cemas (freepik.com)
ilustrasi anak merasa cemas (freepik.com)

Kekhawatiran sesekali adalah bagian dari tumbuh kembang anak, tapi jika anak terus-menerus dihantui rasa takut tanpa alasan jelas, misalnya takut ditinggal, takut gagal, atau terlalu cemas menghadapi kegiatan biasa, itu bisa menjadi tanda kecemasan. Anak-anak dengan anxiety sering kali terjebak dalam pikiran berulang yang sulit mereka hentikan sendiri. Menurut Child Mind Institute, bentuk kekhawatiran ini bisa sangat mengganggu kemampuan anak untuk menikmati momen sehari-hari atau bahkan untuk tidur nyenyak.

Untuk membantu anak yang mengalami ini, orangtua bisa menciptakan waktu khusus yang disebut “jam bebas kekhawatiran”. Waktu ini bisa diisi dengan kegiatan menyenangkan seperti menggambar, membaca buku, atau bermain bersama di luar rumah. Aktivitas fisik seperti melompat di trampolin atau berayun juga efektif membantu anak melepaskan energi cemas yang tersimpan di tubuh mereka. Dengan cara ini, anak belajar bahwa mereka dapat beristirahat dari pikiran cemas dan menikmati momen.

2. Keluhan fisik tanpa penyebab medis yang jelas

ilustrasi anak merasa sakit perut (freepik.com)
ilustrasi anak merasa sakit perut (freepik.com)

Kecemasan sering kali tidak langsung muncul dengan kalimat “saya merasa cemas”, terutama pada anak-anak. Sebaliknya, mereka akan mengatakan bahwa perut mereka sakit, kepala pusing, atau bahkan merasa mual, terutama menjelang aktivitas yang membuat mereka tegang seperti ujian, tampil di depan kelas, atau hari pertama sekolah. The American Academy of Pediatrics mencatat bahwa anak-anak sering menunjukkan stres psikologis melalui gejala fisik yang berulang tanpa penyebab medis yang dapat dijelaskan.

Dalam menghadapi ini, penting bagi orangtua untuk tidak langsung menepis keluhan tersebut. Validasi rasa sakitnya, lalu bantu mereka mengidentifikasi pemicu kecemasan. Latihan pernapasan dalam atau teknik mindfulness sederhana seperti “5-4-3-2-1 grounding” dapat menjadi cara efektif untuk membantu anak merasa lebih tenang dan sadar terhadap tubuh mereka.

3. Gangguan tidur atau susah tidur

ilustrasi anak susah tidur (freepik.com/stockking)
ilustrasi anak susah tidur (freepik.com/stockking)

Anak dengan kecemasan sering kesulitan tidur karena pikirannya terus aktif memikirkan berbagai kemungkinan negatif. Mereka mungkin kesulitan untuk memulai tidur, sering terbangun di malam hari, atau bermimpi buruk. Menurut National Sleep Foundation, gangguan tidur pada anak bisa menjadi indikasi kuat dari kondisi emosional yang belum terselesaikan, termasuk anxiety.

Untuk mengatasi hal ini, ciptakan rutinitas tidur yang menenangkan dan konsisten setiap malam. Mulai dari meredupkan cahaya, menghindari layar setidaknya satu jam sebelum tidur, atau membaca buku bersama. Anak-anak merespons kebiasaan yang terstruktur, dan rutinitas ini bisa memberi sinyal pada otak mereka bahwa sudah waktunya untuk beristirahat.

4. Menghindari situasi sosial atau interaksi

ilustrasi anak bersembunyi (pexels.com/Pixabay)
ilustrasi anak bersembunyi (pexels.com/Pixabay)

Jika anak yang sebelumnya aktif dan ceria mendadak menolak menghadiri acara sekolah, enggan bermain dengan teman, atau sering bersembunyi di balik orangtuanya saat bertemu orang baru, bisa jadi ia sedang berjuang dengan kecemasan sosial. Menurut Social Anxiety Institute, kecemasan sosial pada anak sering kali muncul pertama kali di masa sekolah dasar dan bisa memburuk jika tidak ditangani.

Cara terbaik untuk membantu anak melewati ini adalah dengan pendekatan bertahap (graded exposure). Mulailah dengan cara sederhana, seperti mengajak satu teman ke rumah untuk bermain selama satu jam. Seiring waktu dan kepercayaan diri anak meningkat, durasi dan intensitas interaksi bisa ditambah. Yang penting, berikan dukungan emosional dan pujian tulus setiap kali anak berhasil melangkah keluar dari zona nyamannya.

5. Kesulitan berkonsentrasi

ilustrasi anak sulit konsentrasi (pexels.com/Yan Krukau)
ilustrasi anak sulit konsentrasi (pexels.com/Yan Krukau)

Pikiran yang dipenuhi rasa khawatir akan sulit fokus. Anak yang mengalami kecemasan biasanya menunjukkan penurunan kemampuan berkonsentrasi, cepat terdistraksi, atau tidak menyelesaikan tugas sekolah. Dr. Jerry Bubrick, psikolog klinis dari Child Mind Institute, menjelaskan bahwa kecemasan bisa membuat otak anak dalam “mode waspada” yang menyulitkan mereka untuk belajar dan memproses informasi.

Untuk membantu anak meningkatkan konsentrasi, bagi tugas menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah dikelola. Gunakan alat bantu visual seperti daftar tugas atau jadwal harian. Berikan waktu istirahat singkat di antara tugas untuk membantu anak tetap fokus.​

6. Ledakan emosi atau amarah mendadak

ilustrasi anak menangis (pexels.com/Yan Krukau)
ilustrasi anak menangis (pexels.com/Yan Krukau)

Kecemasan tidak selalu berupa rasa takut atau sedih. Pada beberapa anak, emosi tersebut bisa muncul dalam bentuk ledakan amarah, reaksi berlebihan, atau tantrum yang sulit dijelaskan. Hal ini terjadi karena mereka belum mampu mengenali atau mengomunikasikan rasa cemas dengan baik. Menurut Harvard Health Publishing, mengenali emosi adalah langkah penting dalam regulasi emosi yang sehat pada anak-anak.

Untuk membimbing mereka, bantu anak mengenali dan menamai perasaan mereka menggunakan alat visual seperti Feel Wheel (roda emosi) atau kartu ekspresi wajah. Ajak anak berbicara rutin tentang perasaan mereka, bukan hanya saat mereka meledak. Kesadaran emosional ini membantu mereka memahami bahwa rasa cemas bisa diungkapkan tanpa kemarahan.

7. Terlalu clingy atau takut berpisah

ilustrasi anak takut berpisah dengan ayahnya (pexels.com/Phil Nguyen)
ilustrasi anak takut berpisah dengan ayahnya (pexels.com/Phil Nguyen)

Apakah anak menangis berlebihan atau rewel saat ditinggal, bahkan untuk waktu yang singkat? Itu bisa menjadi tanda kecemasan perpisahan. Menurut American Psychiatric Association, separation anxiety adalah salah satu bentuk gangguan kecemasan yang umum terjadi pada anak usia dini, dan bisa terus berlangsung jika tidak ditangani.

Untuk mengatasinya, bantu anak merasa aman saat melakukan rutinitas, kemudian coba tinggalkan secara bertahap. Misalnya, biarkan anak bermain di ruangan lain meski tetap di rumah, lalu perlahan perpanjang waktu dan jarak. Ritual perpisahan seperti pelukan khusus atau kata-kata tertentu juga bisa memberi rasa tenang bagi anak.

Meski ada cara yang bisa dilakukan di rumah, penting untuk mencari bantuan profesional jika kecemasan anak mulai mengganggu aktivitas sehari-harinya. Cobalah berkonsultasi dengan psikolog anak untuk mendapatkan penanganan yang tepat dan sesuai.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sani Eunoia
EditorSani Eunoia
Follow Us