4 Hal yang Patut Kita Pelajari dari Kematian Jonghyun SHINee

Senin (18/12) menjadi hari yang buruk bagi industri hiburan Korea Selatan. Dunia KPop telah kehilangan seorang musisi berbakat yang karya-karyanya telah banyak dicintai. Jonghyun SHINee meninggal dunia di usia 27 tahun karena percobaan bunuh diri menggunakan karbon monoksida di sebuah apartemen yang disewanya selama dua hari belakangan ini.
Sebuah kabar yang bagaikan mimpi buruk bagi para penggemar KPop di seluruh dunia, terutama bagi penggemar boyband SHINee yang disebut SHINee World atau Shawol. Dari kabar yang beredar, Jonghyun diketahui menderita depresi akibat tekanan pekerjaan serta kecintaannya terhadap musik.
Meski fakta meninggalnya vokalis utama SHINee ini begitu sulit untuk diterima, setidaknya ada empat hal berikut ini yang patut kita pelajari dari kepergian sang penyanyi bersuara emas.
1. Idol KPop juga manusia.

Dari layar, kita seringkali melihat dan mengagumi betapa sempurnanya hidup sebagai seorang idola Korea. Mereka terkenal, dipuja banyak orang, gaya hidup mereka serba ada dan keseharian mereka pun tampak baik-baik saja seolah selalu penuh kebahagiaan.
Namun di balik itu, kita seringkali lupa bahwa mereka sebenarnya jugalah manusia sama seperti kita. Mereka bisa merasa lelah, stress, bahkan depresi. Namun sebagai publik figur, mereka punya tugas besar untuk selalu tampak bahagia di depan kamera demi menghibur para penggemar tercinta.
Bayangkan betapa tertekannya hidup Jonghyun beserta idola Korea selama ini. Tuntutan profesi membuat mereka harus selalu bersikap profesional, tampak ceria di mana pun dan kapan pun mereka melakoni pekerjaan mereka, tidak peduli masalah atau beban apapun yang sebenarnya mereka hadapi.
Tidak peduli betapa mereka sebenarnya ingin menangis sekeras mungkin untuk menyuarakan keletihan mereka.
2. Isu kesehatan psikologis bukan hal yang patut diremehkan.

Seringkali kita mengabaikan kesehatan psikologis orang-orang di sekitar kita. Mengambil contoh paling sederhana ketika salah seorang kerabat datang kepada kita untuk mengungkapkan keluh kesah mereka. Apa yang paling sering kita lakukan? Dengan gampangnya menjawab keluh kesah tersebut dengan ungkapan, "Sudahlah... gitu aja kok dipikir. Hidup dibawa happy aja".
Padahal apa yang sebenarnya paling mereka butuhkan bukanlah diabaikan dan dianggap lemah. Mereka membutuhkan dukungan dan cinta dari kita yang mampu membuat mereka bangkit dan keluar dari kegelapan yang selama ini sudah menaungi mereka.
Untuk itu, marilah kita belajar lebih peka terhadap perasaan dan keluh kesah semua orang yang kita sayang. Mereka yang selalu tersenyum dan tampak ceria belum tentu perasaannya baik-baik saja. Mereka yang tampak selalu menyendiri bukan berarti mereka membenci orang lain.
Daripada hanya mengamati dari kejauhan, datangilah mereka dan jadikan pundakmu sebagai sandaran mereka. Karena dibalik kesendiriannya, mereka sebenarnya membutuhkan teman yang mampu memahami rasa sedihnya.
Jangan menganggap mereka yang depresi itu lemah. Dekati mereka dan luangkan waktu untuk menjadi pendengar yang baik untuknya. Karena apa yang benar-benar membunuh seseorang yang memiliki gangguan kesehatan psikologis sebenarnya bukanlah sakit itu sendiri, melainkan stigma dari orang-orang di sekitar yang cenderung lebih suka tidak mempedulikannya, bukannya datang dan memberikan banyak perhatian serta cinta.
3. Bunuh diri bukan sekadar fenomena.

Melainkan sebuah masalah serius yang memerlukan perhatian dari kita semua. Kepergian Jonghyun beserta artis-artis Korea lain yang mengakhiri nyawanya karena depresi menjadikan pelajaran bagi kita agar bisa lebih menghargai para selebritas, bukan hanya sebagai publik figur tetapi juga sebagai manusia biasa.
Marilah kita menghargai setiap kerja keras yang mereka curahkan demi menjadi penghibur publik, dan marilah kita berhenti mencacati kekurangan mereka. Tanpa kita sadari, kritik dan protes dari publik merupakan satu dari sekian banyaknya faktor yang menimbulkan depresi dari para publik figur itu sendiri.
4. Pesan rahasia musisi yang tersembunyi di setiap karyanya.

Tidak banyak orang yang tahu bahwa sebenarnya Jonghyun sudah lama menuangkan pesan-pesan berisi keluh kesah dan depresinya melalui lirik di lagu-lagu ciptaannya yang menceritakan tentang rasa depresi, tekanan serta kesepian. Ia seolah sudah lama meneriakkan penderitaannya selama ini, namun tak banyak orang yang peka terhadap suara batin dan penderitaannya.
Bukan hanya Jonghyun, sudah banyak kasus di mana seorang musisi yang bunuh diri ternyata sudah lama menyiratkan pesan depresinya di lagu-lagu ciptaannya. Fenomena ini mengajarkan kita untuk lebih peka terhadap perasaan sebenarnya dari setiap penyanyi lewat rangkaian kalimat di lirik lagu ciptaan mereka.
Selamat jalan Jonghyun. Kini engkau tak lagi merasakan sakit dan sedih. Kini engkau sudah damai dan bahagia di pangkuan-Nya. Karya-karyamu akan selalu kami kenang.