Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Alasan Gagal Menerapkan Resolusi Tahun Baru, Kamu Gimana?

ilustrasi merenung (pixabay.com/nastya_gepp)

Di akhir tahun yang lalu, sebagian besar dari kamu pasti memiliki resolusi tahun baru. Nah, biasanya kamu akan memulai membuat resolusi atau setidaknya hal apa yang harus diperbaiki dalam dirimu. Tapi, biasanya di bulan Februari ini, resolusi itu sudah terbang entah kemana. Apa penyebabnya? Yuk, simak pembahasannya. 

1. Kurang detail dalam menyusun resolusi tahun baru

ilustrasi menulis (pixabay.com/LeandroDeCarvalho)

Misalnya saja kamu ingin memiliki badan yang ideal. Kamu cenderung hanya akan menyebutkan ingin punya badan ideal. Tapi, bagaimana cara mendapatkan badan ideal lupa kamu susun dengan baik. Hal ini tentu saja membuat diri jadi tak punya program apa pun selain keinginan saja.

Kalau membuat resolusi, pastikan detail. Misalnya ingin punya tubuh ideal dengan diet rendah kalori dan ikut gym seminggu tiga kali. Maka diri akan dengan sendirinya mengirim sinyal ke kamu kalau belum dilakukan. 

2. Membuat sesuatu jadi kebiasaan baru itu butuh proses

ilustrasi tidur (pixabay.com/Olichel)

Kamu mungkin di tahun sebelumnya tak pernah melakukan hal yang menjadi resolusi di tahun yang baru ini. Kemudian, saat malam pergantian tahun kamu memutuskan buat resolusi yang mungkin akan mengubah kebiasaan. Hal ini tentu saja tidak mudah, mengingat untuk menjadikan sesuatu menjadi kebiasaan adalah hal yang sulit.

Kamu bukannya tak ingin melakukan, namun normalnya kalau sesuatu tiba-tiba dilakukan tanpa pengenalan yang sesuai itu tak akan bertahan lama. Itulah kenapa kamu yang tadinya mau diet, akhirnya berpikir mulai besok terus dietnya. Jadi, badan ideal hanya di angan-angan saja. 

3. Menjadikan resolusi yang lagi hits jadi resolusi pribadimu

ilustrasi menulis (pixabay.com/iqbalnuril)

Bukannya tidak baik mendengarkan resolusi orang lain. Bukan berarti juga itu selalu tidak cocok sama kamu. Tapi pastikan resolusi yang menjadi referensi itu sesuai dan bisa kamu lakukan. Jangan meniru seratus persen resolusi orang lain karena setiap orang itu pasti berbeda.

Resolusi yang kamu susun sendiri saja kadang tak pas denganmu. Apalagi resolusi orang lain. Maka dari itu, sesuaikan dengan kondisi dirimu juga. Jangan terlalu memaksa, supaya tidak berhenti di tengah jalan. 

4. Belum punya motivasi atau urgensi yang kuat kenapa harus melakukannya

ilustrasi merenung (pixabay.com/phamthe113)

Jadi secara alam bawah sadar dirimu itu tak merasa bahwa harus melakukan perubahan. Beda banget ketika dari dalam diri itu sudah merasa ada yang salah dan harus segera melakukan perubahan. Maka dari itu tak heran kalau kamu berhenti menjalankan resolusi tahun baru di tengah jalan.

Mungkin di bulan Februari ini, resolusi itu sudah hanya jadi caption dalam post di media sosial dirimu. Karena dirimu sendiri hanya menuliskan, namun tak merasa benar-benar harus berubah. Jika terus demikian, sampai berganti tahun pun itu hanya jadi wacana sesaat saja. 

5. Untuk memulai perubahan sebenarnya tak perlu tunggu tahun baru

ilustrasi merenung (pixabay.com/Pexels)

Yang terakhir adalah sebenarnya untuk memulai sesuatu yang lebih baik itu tak perlu tunggu sampai tahun baru. Karena dirimu itu bisa kapan saja membuat sebuah kebiasaan baru, jika merasa kebiasaan lama itu kurang baik. Tak perlu tunggu sampai tahun berikutnya untuk menghentikan kebiasaan yang buruk. 

Balik lagi, kalau kamu harus tunggu tahun baru untuk membuat resolusi, maka sebenarnya dari dalam dirimu, tak menganggap itu penting untuk dilakukan. Jadi, lebih baik lakukan kapan saja dirimu merasa perlu berubah.

Membuat resolusi itu bagus, hanya saja kamu perlu benar-benar memahami diri sendiri. Jangan ikut-ikutan, atau merasa diri harus seperti yang lain. Perubahan itu bisa dilakukan kapan saja, tak perlu tunggu sampai tahun berikutnya. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Laurensius Aldiron
EditorLaurensius Aldiron
Follow Us